Foto: - WINDI LISTIANINGSIH
Pembentukan Bursa CPO Indonesia diharapkan meningkatkan harga TBS Petani
Jakarta (AGRINA-ONLINE.COM). Untuk menjaga keberlanjutan sawit Indonesia sebagai salah satu produsen kelapa sawit terbesar dunia, pemerintah telah mengeluarkan serangkaian kebijakan yang melibatkan kementerian dan lembaga. Salah satunya pembentukan Bursa CPO (crude palm oil) Indonesia.
Ketua Umum APKASINDO, Gulat ME Manurung menjelaskan, sebelum hadir Bursa CPO Indonesia, harga TBS (tandan buah segar) tetap melandai meski harga CPO naik. Namun sesudah ada bursa CPO Indonesia, harga TBS mulai terkoreksi naik mengikuti kenaikan harga CPO.
“Sebelum ada bursa, harga TBS kayak jalan bergerigi dan ini disukai pemain-pemain. Setelah ada Bursa CPO, yang terjadi stabil harga TBS petani,” ujar Gulat pada seminar Serial Kebijakan Sawit "Kupas Tuntas Regulasi Perkelapasawitan Indonesia" : Bursa CPO dan Bursa Karbon di Jakarta, Rabu (15/5).
Hadirnya Bbursa CPO Indonesia, sambungnya, akan meminimalkan setiap keterbatasan dari KPBN selama ini. Hal ini sekaligus akan memastikan data (debet-credit CPO) dan melalui bursa CPO Indonesia yang dikelola oleh ICDX.
Meski begitu, Bursa CPO Indonesia juga tidak bermaksud meniadakan peran KPBN yang telah ada selama ini. Gulat menegaskan, petani sawit hanya ingin mendapat harga yang sebenar-benarnya sebagaimana harga yang di dunia dan bukan harga yang ditakar-takar.
“Bursa CPO itu adalah salah satu tujuan dari Satgas Sawit dan sekaligus cita-cita petani sawit sejak dulu. Hadirnya Bursa CPO Indonesia semakin merangsang gairah petani sawit untuk lebih baik, karena adanya keterbukaan dalam harga CPO dan tentunya akan terkoneksi ke harga TBS Petani,” tandasnya.
Semenjak berdirinya Bursa CPO Indonesia, paling tidak fluktuasi harga TBS yang drastis nampaknya sudah mulai berangsur hilang. Gulat berharap, ke depannya peran Bursa CPO Indonesia akan semakin sentral dalam percaturan harga CPO internasional.
Menurut Sekretaris Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), Olvy Andrianita, ekosistem perdagangan CPO yang terjadi saat ini adalah Bursa CPO Indonesia menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan sarana untuk kegiatan jual beli CPO. Lembaga Kliring Berjangka bekerja sama dengan bursa CPO melaksanakan kliring dan/atau penjaminan penyelesaian transaksi. Peserta penjual dan pembeli bertindak sebagai penjual dan pembeli CPO di Bursa CPO yang memenuhi persyaratan.
Sedangkan, Komite Pasar Fisik CPO memberikan pertimbangan dan/atau nasihat kepada Bursa CPO dan Lembaga Kliring CPO dalam kegiatan pengembangan perdagangan Pasar Fisik CPO. Serta, melakukan koordinasi dalam penetapan biaya-biaya yang dikenakan pada peserta penjual dan peserta pembeli.
Olvy menambahkan, pembentukan Bursa CPO Indonesia bermanfaat sebagai preferensi harga acuan sendiri yang adil, transparan, akuntabel, dan real time. Bursa CPO juga akan menempatkan penjual dan pembeli pada level yang sama dan menjadi market influencer di pasar global. Di sisi hulu, Bursa CPO Indonesia akan memperbaiki harga TBS petani sedangkan di hilir berperan menetapkan harga patokan ekspor dan optimalisasi penerimaan negara dari pajak.
Ketua Bidang Promosi dan Pemasaran GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia), Manumpak Manurung memaparkan, peran ICDX menawarkan sejumlah manfaat bagi para pengusaha yang terlibat dalam industriCPO di Indonesia.Di antaranya, membantu dalam pembentukan harga referensi domestik untuk komoditas CPO, yang diharapkan memiliki dampak positif pada industri dan ekonomi.
ICDX memberikan harga referensi CPO yang transparan dan real time, untuk membantu pelaku usaha membuat keputusan yang lebih tepat. “Transparansi harga mengurangi risiko manipulasi harga dan memastikan semua pihak yang terlibat dalam perdagangan memiliki informasi pasar yang sama,” tukasnya.
ICDX juga menciptakan lingkungan bermain yang sama untuk semua pelaku usaha, terutama dalam pasar CPO, baik domestik maupun internasional. Ini memastikan bahwa semua pihak memiliki akses ke informasi pasar yang sama dan mengurangi potensi keuntungan yang tidak adil atau kerugian.
Windi Listianingsih