Foto: Dok. Pribadi
1. Prof. Dr. drh. I Wayan Teguh Wibawan, M.S., Program Salmonella Clean mengurangi cemaran bakteri
Perhatikan 3 pilar untuk meminimalisir penyakit.
Penyakit unggas pada 2023,Prof. Dr. drh. I Wayan Teguh Wibawan, M.S., Guru Besar SKH dan Biomedis IPB University menjelaskan, masih didominasi oleh penyakit bakterial, terutama CRD (Chronic Respiratory Disease) kompleks, korisa (Infectious Coryza), dan Necrotic Enteritis (NE). “Ini penyakit-penyakit bakteri yang cukup serius, cukup banyak dilaporkan, disusul penyakit-penyakit viral lainnya,” ujarWayankepada AGRINA (04/12). Apakahserangan penyakit bakterial itu akan terus berlanjut tahun depan?
Evaluasi 2023
Wayan menuturkan, penyakit bakterial sangat berkaitan dengan kualitas manajemen kesehatan yang dilakukan peternak.Penyakit bakterial seperti itu, bebernya, ”Karena belum jamak peternak menggunakan vaksin bakteri. Vaksin bakteri yang sudah umum digunakan paling korisa, yang lain belum ada. (Vaksin) CRD baru pada tingkat breeding. Pada komesial belum banyak digunakan.”
Saat ini pengendalian penyakit bakterial dengan aplikasi antibiotik. Sementara, banyak bakteri resisten terhadap antibiotik. ”Sehingga, penyakit bakterial belakangan ini relatif menonjol terjadi di lapangan. Kasus resistensi bakteri terhadap antibiotik cukup serius belakangan ini dan ini menjadi perhatian global, termasuk kita juga,” ulas Wayan.
Ditambah lagi, kondisi cuaca sangat mempengaruhi performa ayam dan kemampuannya melawan penyakit. Broilerdanlayer,bedahnya, ”Secara fisiologis ayam-ayam tersebut sudah merupakan ayam-ayam stres secara intriksik karena dipacu produksinya sangat tinggi, pertumbuhannya sangat cepat, ditambah lagi dengan kondisi lingkungan, misal suhu, kelembapan ekstrem,” imbuhnya.
Selain itu, penyakit viral yang dilaporkan menyerang ayam tahun ini yaitu tetelo (Newcastle Disease, ND), gumboro (Infectious Bursal Disease), dan Avian Influenza (AI). “Penyakit-penyakitviral ini relatifterkontrol karena para peternak sudah menerapkan, terutama vaksinasi,baik padaayam broiler maupun layer di tingkat breeding dan komersial, relatif tertib melakukan ini sehinggarelatif terkendali. Tidak ada wabah yang luar biasa dari penyakit viral,” ucap Wayan lebih lanjut.
Sedikit berbeda pandangan, Haris Setiadi, Head of AHST, SBU Animal Health Livestock Equipment Japfa mengatakan, sejak tahun lalu penyakit viral yang masih terus merajalela di peternakan ayam. “Yang umum kejadian tahun ini ND dan IB (Infectious Bronchitis), walaupun ada beberapa suspect terhadap AI, AI yang baru atau lama, tapi AI tidak seramai ND dan IB. Ada penyakit-penyakit lainnya tapi spot-spot,” terangnya.
Memasuki musim hujan seperti saat ini membuat tantangan penyakit jadi lebih tinggi. Pasalnya, Haris menjelaskan, kondisi dingin dan lembap sangat cocok buat virus bertahan lebih lama daripada saat musim kemarau. ND dan IB, lanjutnya, muncul sejak 2021 dan ada terus hingga saat ini. ”Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal itu. Selain airborne disease (menyebar lewat udara), jenis vaksin yang digunakan juga nggak terlalu cocok dengan strain yang ada di lapang,” katanya.
ND secara teoripunya proteksi silang antara satu ND dengan lainnya. Tapi jika vaksin yang digunakan berbeda dengan yang ada di lapang, ulasnya, tentu proteksinya semakin menurun, tidak 100% lagi. “Di sisi lain, IB itu proteksi silangnya hampir tidak ada. Sehingga ketika vaksin yang digunakan dengan challenge di lapang beda, pasti akan lebih besar kejadiannya. IB ketika menyerang ayam, patogenesis ke tubuh ayam lebih cepat dibandingkan ND. IB juga ketersediaan vaksin dibandingkan virus yang beredar di lapangan sangat sedikit,” uraipria kelahiran25 Desember 1981 itu.
Prediksi 2024
Membahas kondisi penyakit 2024, Wayan mengupas, polanya hampir mirip dari tahun ke tahun karena gaya beternak yang sama. ”Kemungkinan itu masih begitu, masih miriplah, (penyakit) bakterial paling banyak, terutama berkaitan dengan respirasi dan saluran pencernaan,” urainya. Namun, ia mengingatkan, peternak perlu mengantisipasi bakteri yang mencoba memperkuat diri dengan resisten terhadap berbagai antibiotik.
Selain penyakit viral seperti ND dan IB, menurut Haris, penyakit bakterial yang perlu diwaspadai yaitu E. coli dan CRD yang selalu ada berdasar pengamatan lapang. ”Balik lagi, bagaimana cara meng-handling. (Penyakit) bakterial lebih terkontrol dibandingkan viral. Orang mengobati virus ‘kan sebetulnya tidak bisa. Orang mengobati viral karena ada invasi sekunder dari bakterial itu sendiri,” sahutnya. kehadiran E. coli hanya menunggu kondisi kekebalan tubuh ayam turun. Jika kekebalan ayam bagus, serangan E. coli hampir tidak muncul.
Antisipasi
Untuk mengantisipasi penyakit bakterial sejak dini, Wayan mengungkap, pemerintah sedang melakukan Program Salmonella Clean. Program ini berkaitan dengan syarat eksportasi yang harus bebas salmonella.
”Tentu di dalam Salmonella Clean bukan hanya membersihkan salmonella tapi juga membersihkan hampir semua bakteri. Jadi, kita mencoba dari hulu-hilir melakukan pembersihan atau tindakan-tindakan tertentu agar para peternak dapat DOC (Day Old Chick) dari breeding itu benar-benar DOC yang sudah bersih, tidak membawa bakteri,” jabarnya.
Dengan begitu, nanti peternak tidak perlu lagi memberikan antibiotik di awal pemeliharaan sewaktu menerima DOC. Saat ini ketika DOC tiba di kandang, langsung diberi antibiotik pada 3 atau 5 hari pertama untuk mencegah bakteri tertentu yang mungkin terbawa dari pembibitan. Masalahnya, buka Wayan, pada praktiknya peternak sering mengurangi dosis antibiotik sehingga menyebabkan resistensi.
Wayan menjelaskan, ”Intinya, bagaimana mengurangi cemaran supaya bakteri-bakteri itu berkurang di lingkungan kemudian tidak dibawa oleh DOC (dari breeding) ke jenjang berikutnya (komersial).”
Lalu, ia menekankan perlunya memperhatikan nafsu makan. “Artinya, feed intake itu harus masuk. Karena semua itu: performance kesehatan, performance produksi, semuanya itu sumbernya adalah keseimbangan pakan, jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ayam. Mungkin ada perubahan yang sangat drastis, khususnya untuk ayam modern, itu sangat berpengaruh terhadap kemauan ayam makan. Jadi, jangan sampai ada penurunan nafsu makan. Asupan itu penting. Begitu ada penurunan nafsu makan, itu perlu hati-hati karena efeknya bisa berlanjut ke hal lain,” simpulnya.
Untuk meningkatkan daya tahan tubuh, Haris menganjurkan, sejak awal berikan pakan berkualitas bagus, gunakan vaksin homolog, dan laksanakan biosekuriti dengan cukup baik. Prinsip biosekuriti, singgungnya, pembersihan (cleaning) dan disinfeksi. ”Kalau cleaning-nya tidak bagus, disinfektan yang digunakan untuk membunuh mikroba tidak begitu optimal. Cleaning itu bisa berpengaruh 90%-95%, disinfeksi 5% terhadap membunuh mikroba. Kalau cleaning tidak optimal, kerja disinfektan juga tidak begitu optimal,” tuturnya.
Ia meminta peternak memperhatikan 3 pilar: manajemen, biosekuriti, dan vaksinasi. ”Tidak bisa hanya menitikberatkan ke salah satu titik pilar saja karena akan berpengaruh. Kalau menerapkan manajemen yang bagus, biosekuriti bagus, vaksin tidak begitu sesuai dengan kondisi di lapang, salah juga. Jadi, 3 pilar itu sangat berkaitan untuk mencegah atau meminimalisir penyebaran penyakit,” tegasnya.
Windi Listianingsih