Rabu, 4 Januari 2023

PERIKANAN : Mengembangkan Industri Akuakultur Berkelanjutan Melalui Teknologi dan Inovasi

PERIKANAN : Mengembangkan Industri Akuakultur Berkelanjutan Melalui Teknologi dan Inovasi

Foto: STP
Produk olahan ikan dan udang dihasilkan dari budidaya berkelanjutan

Semangat transformasi STP menghadirkan produk akuakultur dan pelayanan berkualitas tinggi buat Indonesia dan dunia.
 
 
Dengan visi menjadi perusahaan solusi total di industri akuakultur (perikanan budidaya), PT Suri Tani Pemuka (STP) terus mengedepankan budidaya perairan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan bagi masyarakat dan pelaku industri budidaya perairan di Indonesia.
 
STP merupakan salah satu anak usaha PT Japfa Comfeed Indonesia, Tbk yang fokus pada integrasi budidaya perairan. Perusahaan yang berdiri tahun 1987 ini,  memiliki pabrik pakan udang dan ikan, pembenihan dan pembesaran udang dan ikan, serta pabrik pengolahan makanan laut yang produk-produknya menyebar di pasar lokal dan mancanegara.
 
 
Segmen Bisnis
 
Dalam menjalankan usahanya, STP menghasilkan berbagai produk, yaitu pakan ikan (aqua feed), pembenihan (breeding), customer & technical services, tilapia (nila), eel (sidat), dan Japfa Prime Seafood. Di segmen aqua feed, STP telah memproduksi berbagai pakan untuk ikan air tawar, ikan air payau, ikan laut, dan udang sejak 1992. perusahaan ini mengoperasikan 5 pabrik pakan yang berlokasi strategis di seluruh Indonesia, yaitu Banyuwangi, Gresik, Purwakarta, Lampung, dan Medan.
 
Formulasi pakan ikan yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan budidaya ikan dan udang komersial untuk pasar domestik dan ekspor. Demi memastikan kualitas performa pakan yang konsisten di setiap level, seluruh bahan baku pakan yang masuk diseleksi secara ketat menggunakan teknologi canggih seperti NIRS (Near Infrared Spectroscopy).
 
Sebelum keluar dari pabrik, pakan tidak hanya diuji secara kualitas tetapi juga melalui berbagai uji coba lapangan. Tujuannya, buat menghasilkan performa yang optimal di bawah kondisi air dan budidaya yang berbeda-beda.
 
Pabrik pakan pun dilengkapi 4 fasilitas R&D untuk meneliti produk baru yang membantu pembudidaya ikan dan udang mencegah polusi air. Seperti, produk yang mampu mengurangi limbah sisa pakan sekaligus mengangkat kecernaan pakan serta stabilitas kualitas air.
 
Produk pakan yang dihasilkan contohnya pakan udang, pakan pelet apung, pakan pelet tenggelam, serta pakan ikan sidat, nila, lele, mas, bandeng, patin, dan kakap putih.
 
Pada segmen pembenihan, STP memiliki unit pembenihan yang lengkap guna menunjang aktivitas bernilai tambah pada bisnis ikan nila, sidat, dan produk seafood lainnya. Perusahaan berbasis di Jakarta ini menyediakan benih lele dan benur udang vaname dari hatchery di Jawa Barat dan Jawa Timur.
 
Dan untuk mendukung pembudidaya mendapatkan hasil produksi yang konsisten, STP menyediakan paket komplet dengan pakan, bantuan teknis lapang, dan pelatihan produk bagi operator kolam.
 
Untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, perusahaan menyediakan fasilitas layanan pelanggan dan bantuan teknis (customer & technical services). Layanan pelanggan yang disajikan meliputi pengujian & analisis kualitas air, analisis kondisi budidaya, analisis data panen, peningkatan kualitas air dan pembersihan kolam, peningkatan sistem budidaya, pelatihan program pemberian pakan; teknik pemberian pakan; dan penyimpanan pakan, SOP manajemen tambak, tenaga kerja teknis kontrak untuk budidaya udang.
 
Ardi Budiono, Presiden Direktur STP menjelaskan, tim teknisi memberikan pendampingan di tambak sampai panen. ”Teknisi dilengkapi dengan program TKT Android yang bisa memantau performa budidaya di lapangan almost real time via aplikasi Android,” ujar Ardi kepada AGRINA.
 
 
Nila, Sidat, dan Seafood
 
STP mengoperasikan nila dengan sistem terintegrasi penuh yang terbesar di Indonesia. Perusahaan ini menghasilkan tilapia berkualitas premium menggunakan induk yang bermutu tinggi dan pakan yang diproduksi khusus oleh pabrik pakan sendiri. Nila tersebut dibudidayakan secara alami dan ramah lingkungan dalam keramba jaring apung di Danau Toba, Sumut. Kombinasi lingkungan perairan Danau Toba dengan pakan berkualitas tinggi yang tidak mengandung tepung ikan menjadi kunci meghasilkan tekstur daging dan rasa daging nila yang sangat baik.
 
Nila yang dipanen lalu diangkut dalam kondisi hidup ke tempat pemrosesan dan penyimpanan bersistem rantai dingin milik STP yang jaraknya sejauh 32 km dari lokasi budidaya. Untuk menjaga kualitas rasa dan kesegaran, pengolahan nila menggunakan tunnel freezer. Nila berlabel Toba Tilapia itu mayoritas dipasarkan ke Amerika Serikat, sisanya Asia dan Eropa.
 
Untuk menikmati pasar domestik dan ekspor sidat, STP pun mengembangkan produk olahan sidat khas Jepang, yaitu unagi kabayaki berlabel “Ichi-No-Ji”. Produk unagi kabayaki ini diproduksi oleh PT Iroha Sidat Indonesia, usaha patungan STP dengan Marubeni Corporation dan PT Marubeni Indonesia.
 
Sebelum diolah, ikan yang digandrungi warga Jepang ini dibudidaya secara hati-hati di tambak beriklim tropis untuk menghasilkan sidat yang lebih beraroma, lembut, dan tidak kering. Sidat segar yang dipanen dari tambak langsung dikirim dan diproses di pabrik menggunakan teknologi dan peralatan modern untuk menghasilkan unagi kabayaki berkualitas perimum dengan standar HACCP (Hazzard Analysis and Critical Control Point) sesuai kebutuhan ekspor.
 
Selanjutnya, Japfa Prime Seafood sebagai divisi budidaya yang mengoperasikan 2 pabrik yaitu cold storage (gudang berpendingin) dan pengolahan seafood bernilai tambah di Cirebon, Jabar dan Medan, Sumut. Bahan bakunya berasal dari kegiatan budidaya milik sendiri untuk memastikan pasokan bahan baku yang segar dan berkualitas tinggi. Struktur rantai suplai yang terintegrasi memampukan STP memenuhi kebutuhan traceability (ketelusuran) dan kemanan pangan bagi food service lokal dan dunia.
 
Tim pengembangan produk menyediakan produk sesuai pesanan dengan variasi yang luas dan gaya masakan etnis untuk memenuhi spesifikasi mutu dan profil rasa. Produk Japfa Prime Seafood di antaranya olahan udang berupa ebi fry, shrimp bites, golden money bag, shrimp burger, hakau, prawn ball; dan olahan ikan berupa fish burger, sakana fry, fish nugget, bakso ikan.
 
 
Transformasi
 
Pada 11 Maret 2021 STP meluncurkan logo baru sebagai bagian dari transformasi perusahaan. Logo baru ini hadir dalam elemen warna utama biru yang merepresentasikan air dengan dilengkapi 3 garis biru, garis putih, dan warna oranye sebagai penggambaran nilai-nilai perusahaan.
 
Tiga garis biru menadakan perusahaan penuh tujuan (purposeful), bertanggung jawab (responsible) dan berkembang tanpa henti (relentless). Garis putih melukiskan perkembangan yang konstan dan berkelanjutan. Sementara, warna oranye menunjukkan komitmen STP dalam menciptakan dampak positif yang sejalan dengan visi perusahaan induk, JAPFA, yakni Berkembang Menuju Kesejahteraan Bersama.
 
Melalui identitas baru ini, ungkap Ardi, perusahaan hadir sebagai merek dengan reputasi baik yang menyediakan rangkaian produk sesuai kebutuhan pelanggan, memberikan distribusi produk yang lebih singkat, menjadi mitra yang dapat diandalkan oleh pelanggan, serta menjadi penyedia protein yang mengedepankan keberlanjutan sebagai komitmen untuk memberikan solusi total bagi pemangku kepentingan.
 
Identitas baru mewujud pula dalam kemasan baru produk pakan udang dan ikan yang tampil lebih modern dan informatif. Menurut Ardi, kemasan pakan udang dan ikan memiliki tampilan dengan informasi yang memudahkan pelanggan untuk memahami produk, seperti sertifikasi dan fitur-fitur produk.
 
Tidak berhenti di situ, semangat transformasi perusahaan juga ditunjukkan melalui kehadiran Mobile Diagnostic Lab. Yaitu, sebuah lab keliling yang dapat menjangkau pelanggan lebih dekat untuk membantu pengecekan hasil budidaya agar lebih optimal. Mobile Diagnostic Lab merupakan perwujudan komitmen STP untuk menjadi mitra yang dapat diandalkan.
 
Di bidang riset dan inovasi, STP mengembangkan Aquaculture Technology Department dan Animal Health Team. “Kami fokus untuk mengembangkan industri aquaculture melalui teknologi dan inovasi, serta riset terhadap penyakit budidaya serta antisipasi ancaman aquaculture di masa depan,” terang Ardi. STP pun bekerja sama dengan 2 universitas terkemuka di bidang akuakultur, yaitu Kindai University, Jepang dan Universiti Malaysia sabah.
 
 
BMC dan Hatchery
 
Sebagai bentuk dukungan program pemerintah mencapai target produksi udang 2 juta ton untuk meningkatkan nilai ekspor 250% pada tahun 2024, STP mendirikan hatchery udang dan Pusat Pembesaran Induk Udang Vaname (Broodstock Multiplication Center, BMC). Hatcheryudang seluas 1,3 ha di kawasan Anyer, Serang, Banten diresmikan pada 28 Juli 2022 sedangkan hatchery di Kecamatan Parittiga, Kabupaten Bangka Barat, Bangka resmi beroperasi jelang akhir tahun 2022, tepatnya 12 Desember.
 
Ardi menjelaskan, kehadiran hatchery udang Bangka mendekatkan perusahaan dengan pelanggan, terutama di wilayah Babel. Hatchery ini memproduksi benur udang dalam fase post larvae (PL) yang diperoleh dari hatchery STP di Banten, Jabar, dan Lampung. Secara bertahap hatchery Bangka akan memproduksi produksi benur mulai dari nauplii hingga PL.
 
Peresmian unit pembenihan udang di Babel itu menambah daftar baru unit operasional STP. Saat ini hatchery udang STP telah beroperasi di 10 wilayah Indonesia seperti Aceh, Lampung, Banten, Jabar, Jatim (Rembang dan Banyuwangi), Bali (Negara dan Singaraja), NTB (Sumbawa), dan Sulsel.
 
Melalui PT Kona Bay Indonesia (KBI), perusahaan kongsi antara STP dengan Hendrix Genetics, dibangun pula BMC di Tejakula, Kabupaten Buleleng, Bali dengan nilai investasi mencapai Rp40 miliar. Pusat pembesaran induk udang seluas 16 ribu m2 ini mulai beroperasi pada November 2022 dengan target memenuhi 70% permintaan pasar pembenihan udang vaname di Indonesia.
 
Menurut Ari Setiadhi, General Manager KBI, kebutuhan udang vaname di Indonesia sekitar 120 ribu ton per tahun. KBI bisa memproduksi udang vaname sebanyak 7.000 – 8.000 ekor dalam waktu pembesaran selama 6 bulan.
 
Ari berharap, BMC ini mampu memotong rantai distribusi untuk memenuhi kebutuhan induk udang vaname yang selama ini diimpor langsung dari Hawaii dalam bentuk induk dewasa. “Dengan adanya unit pembesaran ini, kita impor dalam bentuk calon induk ukuran post larvae lalu dibesarkan dan dipasarkan,” katanya.
 
Keberadaan BMC, ulas Ardi, merupakan langkah strategis untuk mendorong perkembangan industri budidaya udang nasional. “STP melihat peluang ini dan sepakat untuk bekerja sama dengan Hendrix Genetic yang  merupakan pemain besar global di bidang pemuliaan genetik udang. Kami yakin unit pembesaran ini bisa memenuhi target kebutuhan pasar induk udang berkualitas di Indonesia,” pungkasnya.
 
 
 
 
Windi Listianingsih

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain