Foto: Tangkapan Layar
Gejala sapi terserang LSD
Penyakit cacar kulit yang sangat serius ini bisa dikendalikan dengan memaksimalkan proteksi terhadap ternak.
Peternakan sapi di Provinsi Riau terserang penyakit cacar kulit atau Lumpy Skin Disease (LSD). Mengutip data dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Provinsi Riau, penyakit LSD merupakan penyakit baru di Indonesia.
Riau terbilang provinsi pertama yang melaporkan kasus ini melalui Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional (iSIKHNAS) pada 9 Februari 2022. Sebanyak 18 ekor sapi terkena LSD di Kabupaten Indragiri Hulu.
Menanggapi kasus LSD, Ketua Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia, Jatim, Deddy Fachrudin Kurniawan, mengimbau, peternak jangan panik.“LSD bisa disembuhkan dan tingkat kesembuhan sangat tinggi,” ungkapnya saat acara seminar LSDdiTangerang, Banten(1/8).
Peran Insektisida
Dalam presentasinya Deddy memaparkan, penyakit-penyakit ruminansia sudah ada sejak duludi Indonesia. Contoh, Penyakit Mulut dan Kuku (PMK)muncul pada 1887 dan mulai merebak lagi pada April 2022 setelah Indonesia dinyatakan bebas pada 1986. Selain PMK, ada pula antraks pada 1990-andan sampai sekarang masih sering muncul. Yang terbaru adalah LSD.
Penyakit-penyakit tersebut merupakan suatu tantangan bagi peternak agar menjaga antibodihewan ternak. Tanpa antibodi yang optimal, ternak tidak akan memiliki proteksi dalam tubuhnya. Karena itu, hewan ternak harus mendapatkan nutrisi dan energi cukup untuk melindungi dirinya.
“Serangan penyakit pada hewan ternak menimbulkan kepanikan luar biasa bagi peternak. Sebagai contoh, dampak serangan PMK kita kehilangan 30 ribu indukan.Hilangnyabukan karena PMK tapi akibat kepanikan. Teorinya, karenaPMK hilang 3-5%, sedangkan karena kepanikan bisa hilang mencapai 100%. Begitu juga LSD, tingkat kesembuhannya sangat tinggi tetapi yang menjadi masalah,sapi perah penampilanya tidak ekonomis, tidak menarik lagi, tapi bisa diatasi. Keuntungan usaha peternakan sapi perah dan potong tidak tercapai karena kepanikan,” terang pria kelahiran Kota Batu, Jatim, itu.
Deddy mengungkap, hasil penelitian dilakukan di Inggris, penggunaan insektisida di kandang menjadi faktor dominan meminimalkan serangan LSD. Tujuannya untuk membasmi vektor yang dapat membawa virus LSD dari ternak yang sudah terjangkit,seperti nyamuk, lalat, dan caplak. Dalam penelitian itu, dibentuk tiga grup sapi, masing-masing berisi lima ekor.Grup satu dan tiga tidak diberikan apapun, grup dua diinjeksi virus LSD.
Untuk naskah selengkapnya silakan baca Majalah AGRINA Edisi 351 terbit September 2023 atau dapatkan majalah AGRINA versi digital dalam format pdf di Magzter, Gramedia, dan Myedisi.