Foto: Kementerian Pertanian
Batang menghasilkan serat untuk industri otomotif
Tanaman kenaf dapat dikembangkan dalam skala besar untuk memenuhi kebutuhan luar negeri.
Ada berita menggembirakan di sela-sela Perkebunan Expo (Bunex) 2022 yang dihelat Kementan, 21-23 Desember 2022 di Jakarta. Dalam acara temu bisnis hari kedua, ada penandatanganan nota kesepahaman antara perusahaan lokal, PT Sahabat Mitra Strategis dengan mitra dagangnya asal Korsel, yakni PT Gaong Daol Indonesia disaksikan Dirjen Perkebunan, Kementan, Andi Nur Alamsyah. Kedua pihak bekerja sama untuk mengembangkan tanaman kenaf di Indonesia dengan nilai investasi US$14,8 juta.
Peluang Bisnis Kenaf
Andi mengatakan, kemitraan yang terjalin, khususnya pada komoditas kenaf, dapat membuka peluang ekspor untuk menghasilkan devisa dari sektor perkebunan. “Kementan terus berupaya mendorong peningkatan investasi di subsektor perkebunan dan perluasan akses pasar pelaku usaha perkebunan melalui business networking antara pelaku usaha dan off taker atau buyer,” tuturnya.
Kenaf merupakan komoditas perkebunan yang diminati pasar global. Tanaman ini menghasilkan serat alami yang permintaannya semakin tinggi untuk industri otomotif dan industri lain pengguna serat nabati.
Lebih jauh Andi menjabarkan, penggunaan biomassa tanaman kenaf untuk sumber energi menerapkan teknologi nano. Biomassa sisa penyeratan kenaf, yaitu core kenaf dapat digunakan untuk campuran ban, bioetanol generasi dua, kertas, fiberboard, dan bahan lain yang memerlukan sedikit selulosa.
“Pemasaran kenaf membutuhkan sistem yang strategis agar pengembangan komoditas tersebut dapat memenuhi kebutuhan industri, baik dalam negeri maupun luar negeri,” ujar mantan Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian tersebut.
Menurutnya, tidak hanya kenaf, komoditas unggulan perkebunan, seperti kelapa sawit, karet, kelapa muda, kopi, kakao, teh, rempah-rempah juga diarahkan untuk mencapai target nilai ekspor produk pertanian sebesar Rp1.400 triliun pada 2024.
“Potensi-potensi komoditas spesifik daerah lain, seperti pinang, gambir, aren, stevia, kelor, dan tanaman atsiri termasuk kenaf perlu didorong karena semakin meningkatnya kebutuhan dunia,” ulas lulusan S2 Teknik Kimia, Institut Teknologi Bandung itu.
Mengenal Kenaf Lebih Dalam
Mungkin masih banyak anggota masyarakat yang belum mengenal kenaf. Pemilik nama ilmiah Hibiscus cannabinusinimerupakan tanaman penghasil serat alam di samping rosela dan yute. Kenaf sudah lama diintroduksi ke Indonesia dari India pada 1940 kemudian dibudidayakan di sini sejak 1980-an. Dulu banyak dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan karung.
Tanaman semusim ini berbentuk semak dengan ketinggian bisa mencapai 3 m. Warna batang dan daunnya hijau. Batangnya berduri cukup tajam, silindris, dan tidak bercabang. Keunggulan tanaman ini dapat beradaptasi di berbagai kondisi lahan, toleran terhadap kekeringan, genangan, dan tahan pada pH tanah yang rendah.
Kenaf dikembangkan dari biji yang kemudian bisa dipanen dalam umur 100-140 hari. Saat ini kebun kenaf tersebar di daerah Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Kalimantan Selatan.
Hampir semua bagian tanaman kenaf mulai dari kayu, serat, daun, dan biji dapat dimanfaatkan dalam beberapa macam industri. Kayu kenaf biasanya sebagai bahan baku industri particle board untuk berbagai keperluan, seperti furnitur, pintu, jendela, dan pelapis dinding rumah. Seratnya untuk bahan baku industri kertas, geo-textile, soil remediation, dan sebagainya. Fiberboarddari serat kenaf digunakan sebagai bahan untuk interior mobil,langit-langit, pintu, dan dashboard.
Sementara daunnya mengandung protein kasar sebanyak 24% yang potensial sebagai pakan ternak unggas dan ruminansia. Bijinya kaya akan asam lemak tidak jenuh, yakni oleat dan linoleate, sebanyak 20%, sehingga dapat diolah menjadi minyak goreng.
Manfaat dari semua bagian tanaman tersebut menjadikan kenaf menawarkan peluang bisnis yang menjanjikan.
Sabrina Yuniawati