Foto: Thomas Roland
Coop Danmark mengangkat branding produk organik dengan logo supermarket
Pasar modern terkendala memasarkan produk organik karena terbentur regulasi.
Indonesia memiliki potensi besar dalam mengembangkan produk organik. Selain pangsa pasar lokal yang sangat besar, juga terbuka peluang ekspor. Bagaimana mengembangkan pasar produk organik? Indonesia bisa belajar dari kesuksesan Denmark.
Prospek Produk Organik
Tri Melasari, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan, Ditjen Peternakan dan kesehatan Hewan, Kementanmenyatakan, tahun 2015 perdagangan produk organik baru US$47 juta dan meningkat menjadi US$155 juta pada 2022. Pasar terbesar produk organik adalah Amerika Serikat (AS), disusul China.
“Terdapat 17.948 produsen dengan luas kebun 280 ribu ha pada tahun 2020. Pangsa pasar bisa ditingkatkan seiring peningkatan kesejahteraan dan kesadaran masyarakat mengkonsumsi produk organik,” tuturnya membuka webinar “How to Build Consumer Awareness on OrganicProducts”.
Menurut Tri, mengonsumsi pangan organik selain untuk menjaga kesehatan karena bebas residu pestisida, juga untuk kelestarian lingkungan. “Upaya yang dilakukan pemerintah dalam mengembangkan produk organik di dalam negeri salah satunya dengan memproduksi susu organik yang merupakan pilot project bantuan pemerintah Denmark,” lanjutnya.
Tri mengajak segenap pemangku kepentingan produk organik untuk belajar dari Denmark dalam membentuk dan mengembangkan pasar serta kampanye konsumsi produk organik. “Ini sekaligus merupakan tantangan bagaimana kita melakukan kampanye dan promosi produk organik di dalam negeri. Kita ingin produk organik yang dihasilkan diprioritaskan untuk konsumsi masyarakat kita, kemudian baru diekspor,” harapnya.
Ketua Asosiasi Pedagang Ritel Indonesia (Aprindo), Roy N Mandey menyebutkan, prospek produk organik di Indonesia cukup besar dilihat dari jumlah penduduk dan tumbuhnya kelompok menengah. Hanya, saat ini pasar modern terkendala memasarkan produk organik karena terbentur regulasi.
Kebanyakan produk organik diproduksi oleh industri rumah tangga (IRT). “Sesuai regulasi, untuk memasarkan produk organik di pasar modern harus memenuhi berbagai persyaratan regulasi. Sementara, IRT sendiri kesulitan melengkapinya karena selain keterbatasan dana juga SDM (sumber daya manusia). Jadi, untuk mempercepat penetrasi pasar produk organik di pasar modern, pemerintah harus mempermudah regulasinya,” Roy mengingatkan.
Model Organik Denmark
Melihat pasar produk organik di Denmark, Helle Borup Friberg, CEO Organic Denmark memaparkan, penjualan ritel produk organik pada tahun 2003 baru 2%. Namun, di tahun 2020 pertanian organik tumbuh 11%-12%dan konsumsi produk organik 13%-14%. Tahun 2030 pertanian organik ditargetkan naik jadi 30%dan makanan konsumsi dari produk organikmencapai 30%.
Para pegiat produk organik di Denmark juga mendirikan Organic Denmark.Helle menjelaskan, Organic Denmark merupakan asosiasi profesional independen yang bekerja sama dengan produsen produk organik Denmark. Organisasi ini mewakili seluruh rantai nilai dan berkolaborasi dalam pengembangan pertanian dan konsumsi organik.
“Selain produsen, kami juga merangkul segenap rantai nilai guna meningkatkan konsumsi produk organik. Posisi kekuatan Organic Denmark terletak pada kontrol oleh pemerintah, tingginya kepercayaan, keandalan pengiriman yang tinggi, inovasi dan merupakan negara organik terkemuka dunia,” sambungnya.
Dalam membuka jalan bagi kesuksesan pengembangan produk organik model Denmark, Hellemenyatakan, Organic Denmark berkolaborasi secara luas dengan produsen produk organik, pengambil kebijakan, dan sektor ritel guna membuka jalan bagi produksi dan konsumsi produk organik yang lebih banyak dan lebih baik. Target capaian politik baru-baru iniberupa penggandaan area pertanian organik, ekspor produk organik,dan konsumsi produk organik Denmark pada 2030.
Dalam mengkampanyekan produk organik, Organic Denmark menyampaikan pesan-pesan tentang manfaat produk organik,seperti produk organik melindungi alam dan petani organik membantu iklim karena menggunakan lebih sedikit pupuk.Lalu, memasang merek di toko-toko yang menjual produk organik, memasang poster untuk menciptakan kesadaran konsumen akan label organik,memanfaatkan media sosial, dan mengadakan pameran yang bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan organik. Saat ini kepercayaan terhadap produk organik Denmark di atas 90%.
Dengan kontrol ketat maka Organic Denmark mudah mengambil tindakan jika ada produsen yang berbuat curang. Kemudian,inovasi juga harus luar biasa, seperti cara-cara baru dalam memproduksi produk organik dan selalu mendorong produsen untuk meningkatkan kualitas produk.
Mengenai pengembangan organik di Indonesia, Helle merekomendasikan untuk membuat perencanaandanmenyosialisasikanbahwa produk organik bermanfaat. “Lakukan kerja sama dengan entitas penting, pengambil kebijakan, dengan para produsen. Dorong semua pihak agar mendukung petani organik, produk organik, dan peternakan organik. Peran sektor ritel dalammengembangkan produk organik sangat penting, termasuk dalam mempromosikannya,” ia mengingatkan.
Pemasaran produk organikmenemui sejumlah hambatan perilaku konsumen. Di antaranya, konsumen kurang mengetahui manfaat memilih makanan organik dan banyak yang memilih produk nonorganik.
“Merek nonorganik berhasil mem-branding diri mereka pada keberlanjutan. Lalu,makanan organik sering kali terletak di lokasi yang tidak tepat. Seperti,babi organik dan unggas organik tidak tampak cukup menarik dalam situasi pembelian. Sehingga,konsumen kekurangan inspirasi pada hidangan organik yang berkelanjutan. Termasuk,kebisingan komunikasi menenggelamkan pesan-pesan manfaat produk organik,” tambahnya.
Edukasi Konsumen
Thomas Roland, CSR Manager, Coop Danmark, salah satu ritel besar di Denmarkmenyatakan, 37%makanan yang dijual di Denmark merupakan produk organik. Terdapat sekitar 1.500 produk organik di negaranya sehingga konsumen lebih bebas memilih dengan harga murah namun berkualitas baik.
Roland menyebutkan, Coop Danmark mulai jualan produk organik tahun 1980 tanpa ada label. Tahun 1984 baru diberikan label organik dan tahun 1987 mulai jualan susu organik. “Banyak ibu membeli susu organik untuk anak-anak mereka agar terbebas dari pestisida.Jika anak pertama mereka sudah mengkonsumsi susu organik maka anak berikutnya akan diberikan susu organik,” ujar Roland.
Saat menjalin kerjasama dengan produsen produk organik, Coop Danmark membantu produsen agar tidak bangkrut. “Ini penting untuk kelanjutan pasar produk organik. Jaga branding produk organik dengan logo supermarket,” lanjutnya.
Dalam mengembangkan pasar produk organik, Roland membagikan resep berupa mengelompokkan konsumendan mengevaluasi kebutuhan konsumen. Bukan saja kelompok menengah atas, ungkapnya, hampir semua kelompok bisa membeli produk organik. Ini merupakan peluang pasar produk organik.
“Yakin konsumen organik akan bertumbuh. Kembangkan pasar dengan berbagai varian produk organik dan pastikan tidak ada pestisida. Jelaskan kepada konsumen jika mengonsumsi produk organik akan berkontribusi dalam pengurangan karbon. Memang harga produk organik lebih mahal tetapi emisi karbon yang dihasilkannya lebih rendah,” tutupnya.
Syafnijal Datuk Sinaro (Lampung)