Foto: Windi Listianingsih
Sentra Penggilingan Padi (MRMP) Kendal salah satu bagian infrastruktur penunjang menuju King of Rice
Infrastruktur penggilingan dan pengolahan gabah bertujuan membantu petani dan menyederhanakan proses pengolahan beras.
Mimpi Perum BULOG menjadi King of Rice di Indonesia akan segera terwujud. Sebab, ulas Direktur Utama Perum BULOG, Budi Waseso, perusahaan pelat merah ini telah mengadirkan infrastruktur teknologi pengolahan beras modern terintegrasi yang bisa menghasilkan beras premium dengan harga medium sehingga lebih terjangkau masyarakat.
“BULOG ke depan akan menjual beras premium dengan harga beras medium. Seandainya modal buat beras premium Rp9.000/kg, kita buat konsep komersial, kita akan jual Rp9.500/kg. Pasaran beras premium Rp11 ribu/kg, kita jual Rp10 ribu/kg. Saya yakin kita jadi rajanya beras,” ujarnya optimis.
MRMP
Untuk menjalankan tugas sebagai penjamin ketersediaan, keterjangkauan dan stabilitas harga pangan khususnya beras, BULOG membangun 10 unit infrastruktur pabrik penggilingan dan pengolahan beras modern (Modern Rice Milling Plant – MRMP) di sentra produksi padi. MRMP tersebut tersebar di Bojonegoro, Magetan, Jember, dan Banyuwangi – Jatim, Sumbawa – NTB, Sragen dan Kendal – Jateng, Subang dan Karawang – Jabar, serta Bandar Lampung – Lampung.
"BULOG akan menjadi King of Rice atau Raja Perberasan nasional. Untuk itu, kita sedang fokus kepada infrastruktur penggilingan dan pengolahan gabah. Sekarang sudah dibangun sebanyak 10 unit, kemudian nanti akan ditambah 3 unit lagi sehingga nanti akan ada 13 unit MRMP seperti yang di Kendal ini," kata Budi Waseso saat mengunjungi MRMP Kendal, Kamis (21/7).
Menurut pria yang disapa Buwas itu, MRMP bertujuan membantu petani dan menyederhanakan proses pengolahan beras yang terpusat dalam fasilitas pengolahan gabah berbasis teknologi modern. Teknologi tersebut terdiri dari pengering (dryer), penggilingan padi (rice milling unit – RMU) sebagai mesin konversi gabah menjadi beras yang dilengkapi teknologi penyortir warna (color sorter).
"Satu unit MRMP BULOG seperti yang di Kendal ini dilengkapi dengan mesin pengering berkapasitas 120 ton/hari, RMU berkapasitas 6 ton/jam, dan 3 unit silo berkapasitas simpan 2.000 ton," jelasnya. Dengan begitu, 10 MRPM memiliki kapasitas dryer hingga 288 ribu ton gabah kering panen (GKP)/tahun, RMU 115.200 ton gabah kering giling (GKG)/tahun, dan silo 60 ribu ton. Pembangunan MRMP memanfaatkan dana PMN tahun 2016. “Nilai pembangunannya sekitar Rp60 miliar – Rp70 miliar. Ada juga yang Rp90 miliar,” katanya.
BULOG pun melakukan 3 langkah menuju King of Rice. Yaitu, selalu menghasilkan beras berkualitas baik, menghadirkan beras berharga murah dengan perhitungan yang sesuai, menguasai masalah perberasan sehingga mencegah timbulnya mafia atau kartel beras. “Di wilayah Indonesia yang tidak memproduksi beras, kita suplai dari produksi kita. Kelebihan di sini, kita suplai untuk wilayah lain seperti Maluku, NTT, Papua sehingga rata semua tersuplai beras dengan kualitas baik,” cetusnya.
MRMP Kendal
Buwas menguraikan, investasi proyek MRMP di Kendal, Sragen, dan Subang telah rampung 100% dan siap digunakan. Petani tinggal memproduksi GKP yang akan dibeli BULOG sesuai harga pasar. MRMP Kendal, terang Mochamad Aziz Latif, Operation Manager MRMP Kendal, beroperasi pada Februari 2022. Hingga Juli 2022, produksi beras premium dengan broken (beras patah) 10% sekitar 400 ton. Harga jualnya Rp9.500 – Rp9.800/kg, lebih murah dari harga pasar. “Beras premium untuk broken 10% di pasaran sudah di atas Rp10 ribu/kg,” ujarnya kepada AGRINA.
MRMP Kendal juga menghasilkan produk turunan bernilai ekonomi tinggi, seperti sekam untuk bahan bakar dan pupuk organik, beras menir untuk dijadikan tepung beras, dan dedak atau bekatul yang akan diolah menjadi tepung dedak sebagai bahan pangan alternatif.
“Dryer ini bahan bakarnya sekam, bukan minyak atau solar. Sekam didapat dari kulit gabah. Hasil pembakaran sekam dikelola jadi pupuk organik dan ini dikembalikan ke petani-petani mitra BULOG yang barangnya dibeli BULOG. Banyak hal yg bisa kita kelola dari sini. Sisa sekam yang tidak terpakai dibuat briket, lebih hemat, efisien,” imbuh Buwas.