Foto: Sabrina Yuniawati
Pendapatan petani meningkat dengan IP400
Tanam empat kali setahun menjadi salah satu jurus pemerintah meningkatkan produksi padi.
Menciutnya lahan pertanian pangan menjadi tantangan nyata dalam memproduksi tanaman pangan, khususnya padi di Pulau Jawa yang notabene lumbung pangan nasional. Sebagai contoh di Jawa Barat yang merupakan sentra produksi beras ketiga setelah Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Berdasarkan data Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Jabar, statistik pertanian menunjukkan adanya penurunan luas baku sawah pada 2014-2016, dari 936.529 ha menjadi 929.024 ha lalu berkurang lagi tinggal 916.000 ha. Artinya, selama 2015-2016 luas sawah berkurang 13.024 ha.
Hal yang sama terjadi di Banten, khususnya Serang. Menurut Zaldi Duhana, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Serang, pada 2017-2018, citra satelit LAPAN menunjukkan sawah di wilayahnya hanya 47.500 ha dibandingkan luasan pada 2011 sebesar 49.600 ha “Dalam tujuh tahun mengalami penyusutan karena alih fungsi ke industri, perumahan, sekolah dan lainnya,” jelasnya.
Kendati begitu, Agus M. Tauchid, Kepala Dinas Pertanian Provinsi Banten mengatakan, penyusutan lahan sawah itu bisa diantisipasi dengan mengoptimalkan penyediaan pangan dengan pogram IP400. “Penduduk terus bertambah setiap tahun, alih fungsi lahan pertanian menjadi nonpertanian terus terjadi di daerah sentra produksi padi. Pemerintah mendorong peningkatan produksi padi dan memanfaatkan lahan secara optimal dengan cara pola tanam empat kali dalam setahun,” terangnya.
Secara nasional, Kementerian Pertanian (Kementan) melakukan berbagai terobosan, salah satunya melalui Program Optimalisasi Indeks Pertanaman (OPIP). OPIP dilaksanakan dengan meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) dari yang biasanya tanam dua kali (IP200) menjadi tiga kali (IP300) atau dari tiga kali menjadi empat kali (IP400). Bahkan bisa juga dari dua kali langsung menjadi empat kali bila lahan dan petaninya memenuhi syarat.
Menurut Suwandi, Dirjen Tanaman Pangan, Kementan, IP400 bertujuan meningkatkan luas tanam dan produksi padi untuk ketahanan pangan, meningkatkan penghasilan petani, dan sebagai solusi keterbatasan lahan akibat akibat alih fungsi lahan sawah.
“Bangkitkan semangat kelompok tani untuk ikut dalam pola IP400 ini. Saat kelompok tani atau petani mempunyai semangat dan kemauan menerapkan pola IP400, maka masalah teknis dari segi air, mekanisasi, dan lainnya bisa dioptimalkan oleh pemerintah. Sampaikan ke petani bahwa dulu hanya tanam satu-dua kali dalam setahun, sekarang dapat empat kali tanam dalam setahun. Para penyuluh agar lebih intens lakukan sosialisasi,” ajaknya dalam webinar IP400 yang diadakan Propaktani bulan lalu.
Data Direktorat Serealia, Ditjen Tanaman Pangan menunjukkan, OPIP pada 2021 mencapai luasan 9.834 ha dari target 10 ribu ha. Sementara pada 2022,program OPIP akan dikembangkan sampai 30 ribu ha.Namun, Dirjen meminta, cakupan IP400 diperluas hingga 150 ribu ha dengan dukungan pendanaan tidak hanya dari APBN, tapi juga APBD, swasta, dan Kredit Usaha Rakyat.
Contoh Keberhasilan
Menurut Suwandi, kunci keberhasilan program IP400 adalah dikembangkan di sawah beririgasi teknis dengan ketersediaan air sepanjang tahun, mekanisasi memadai, dan penggunaan benih umur genjah dan super genjah. Persemaiannya di luar sistem culik, dapog, dan tray sampai bibit berumur 15-25 HSS kemudian dipindah ke sawah. Varietas padi umur genjah dan super genjah akan diminati petani karena bukan hanya meningkatkan produktivitas pertanaman juga dapat meningkatkan pendapatan petani.
IP400 perlu varietas umur sangat pendek sekitar 100 Hari Setelah Semai (HSS). Varietas tersebut antara lain, Padjajaran (105 HSS) yang dilepas pada 2018 potensi hasil 11 ton/ha. Cakrabuana, varietas sangat genjah (104 HSS), potensi hasil 10,2 ton/ha. “Lalu gunakan pupuk organik dan pengurangan secara bertahap pupuk kimia, pengendalian hama terpadu, manajemen tanam dan panen yang singkat dan efisien 5-10 hari dengan menggunakan mekanisasi,” jelas Dirjen.
Sementara itu Nashir, Sekretaris Dinas Kabupaten Pandeglang, Banten, mengklaim, IP400 bukanlah program baru di wilayahnya karena sudah diterapkan pada 2015 oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Banten di Desa Gunungcupu, Kecamatan Cimanuk.
“Pandeglang utara memiliki air berlimpah dari sumber Gunung Pulosari, Gunung Aseupan, Gunung Karang dan beras yang dihasilkan diberi nama beras Cimanuk. IP400 akan maksimal saat air berlimpah. Penerapan IP400 meningkatkan produksi dan pendapatan petani,” tandasnya.
Naskah selengkapnya silakan baca Majalah AGRINA Edisi 332 terbit Februari 2022. Dapatkan majalah AGRINA versi digital dalam format pdf di e-Agrina secara gratis atau berlangganan di Magzter, Gramedia, dan Myedisi.