Foto: Dok. Pribadi
Tanaman Anthurium pterodactyl variegated dijual ke luar negeri sebesar US$4,500 atau setara Rp64 juta lebih
Jangan anggap tanaman hias hanya sebagai tanaman musiman.Tanaman hias itu industri besar.
Pandemi Covid-19 menghantam Indonesia hampir 2 tahun lebih.Hal ini mengubah kebiasaan masyarakat yang lebih banyak menghabiskan waktu di rumah saja. Berbagai macam hobi pun muncul untuk menemani aktivitas di rumah buat menghindari stres. Salah satu hobi tersebut adalah merawat tanaman hias hingga menjadikannya peluang bisnis. Pasalnya,tren bisnis tanamanhias diprediksi akan tetap tumbuh dan hit pada 2022.
Menangkap Peluang Bisnis Tanaman Hias
Menurut Ade Wardhana Adinata,CEO Minaqu Indonesia, masyarakat menganggap tanaman hias adalah tanaman musiman. Padahal,tanaman hias yang berawal dari hobi bisa menghasilkan pundi dan menjadi industri besar.
“Coba bayangkan,konsumsi tanaman hias itu kalah dengan konsumsi teh dan kopi. Konsumsi tanaman hias kurang-lebihRp10 ribu triliun/tahun secara global, jauh dibandingkan konsumsi kopi dan teh. Tapi sayangnya Indonesia baru menyerap 0,08% tanaman hias. Kalah dengan Singapura menguasai global 5% yang notabene tidak memiliki lahan seluas Indonesia.Miris bukan!Tapi,dilihat dari 0,08% tersebut diartikan peluangnya sangat tinggi ” terangnya saat webinar “Budidaya Tanaman Hias dari Hobi Jadi Pundi”.
Ade menambahkan, tanaman hias Indonesiamemiliki ciri khas telihat kuno. Minaqu melakukan inovasi dan kreativitas tentang tanaman hias Indonesia. Berangkat dari itu,tanaman hias Indonesia yang dipasarkan Minaqu dikenal dan diterima oleh pecinta tanaman hias di Eropa dan Amerika Serikat serta Asiasehinggadibanderol dengan harga yang cukup mahal. Sebagai contoh, tanaman hias Anthurium pterodactyl variegateddijual ke luar negeri sebesar US$4.500 atau setara Rp64 juta lebih.
Jenis tanaman hias yang dijual Minaqu yaitu anthurium, cyrtosperma, alocasia, syngonium,monstera, dan lainnya. “Pasar tanaman hias ini global, pasarnya besar. Potensi global market kurang lebih US$230 miliar menurut data International Association of Horticultural Producers(IAHP/AIPH) 2021-2024. Market retentionatau langganan 50 negara lebih, sedangkan klien Minaquada di 15 negara lebih.This is a big industrybukan kecil-kecilan,” kata peraih penghargaan ‘Penggerak Usaha Hortikultura Inovasi Terbaik’ Tahun 2021 dari Kementerian Pertanian.
Lebih lanjut Ade mempertanyakankemampuan Indonesia menyamakan status dengan Singapura yang menguasai global 5%atau bahkan negara lainnya, seperti Thailand 8% dan Vietnam 7%. Perlu diketahui bahwa produksi tanaman hias Singapura berada di Indonesia dan memproduksi kurang lebih 15 jutabibit tanaman hias per tahun. Lalu,Vietnam perusahaannyajuga di Indonesia memproduksi mencapai 30 jutabibit tanaman hiasper tahun. “Kedua negara tersebut produksi di Indonesia.Ini‘kan ngeri sekali. Kenapa bukan kita yang mengembangkan usaha ini?” ulasnya.
Naskah selengkapnya silakan baca Majalah AGRINA Edisi 331 terbit Januari 2022. Dapatkan majalah AGRINA versi digital dalam format pdf di e-Agrina secara gratis atau berlangganan di Magzter, Gramedia, dan Myedisi.