Selasa, 16 Nopember 2021

TEBU : Bidik Swasembada, Revitalisasi Jangan Sepotong-Sepotong

TEBU : Bidik Swasembada, Revitalisasi Jangan Sepotong-Sepotong

Foto: DOK. HUMAS RNI
Pabrik gula harus menghasilkan produk turunan tebu bernilai ekonomi tinggi

Supaya mampu memenuhi kebutuhan konsumsi secara mandiri, para pemangku kepentingan industri gula perlu kerja sama yang masif dan terstruktur dari hulu hingga hilir.

 

Kementerian Pertanian menargetkan swasembada gula konsumsi pada 2023. Sampai sekarang neraca gula konsumsi masih defisit sekitar 600 ribu ton. Kebutuhan gula nasional mencapai 2,8 juta ton, sementara berdasarkan data Asosiasi Gula Indonesia (AGI) produksi gula kristal putih (GKP) dalam negeri hanya 2,2 juta ton pada akhir 2020. Menurut Budi Hidayat, Direktur Eksekutif AGI,  produksi tersebut berasal dari gula berbasis tebu milik BUMN 1,1 juta ton dan swasta 1,1 juta ton.

 

“Rencana ke depan roadmap swasembada gula,yaitu pabrik gula (PG) direvitalisasi yang berkapasitas di bawah 4.000 TCD (ton cane per day), sasaran Hak Guna Usaha (HGU) 60%, budidaya, dan hilirisasi. Permasalahan tersebut akan diperbaiki untuk mencapai swasembada gula konsumsi,” ungkap Budi pada webinar “Outlook Gula Dunia dan Indonesia”dengan tema “Carut Marut Industri Gula Nasional” yang diselenggarakan Institut Pertanian Stiper (Instiper) Yogyakarta bulan lalu.    

 

Kelembagaan dan Perbaikan Hulu Hilir

Untuk mencapai target mencapai swasembada diperlukan kerja sama dan dukungan dari pemerintah, pemangku kepentingan, dan lainnya. Kerja sama dilakukan secara masif dan terstruktur dari hulu hingga hilir.

 

Soemitro Samadikun, Ketua Umum Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) mengungkapkan, sisi hulu yang perlu dilakukan adalah peningkatan produktivitas tebu per hektar (ha), peningkatan rendemen. Peningkatan tersebut membutuhkan beberapa upaya,yaitu ketersediaan benih atau bibit berkualitas, ketersediaan pupuk tepat waktu, tepat jenis, dan tepat jumlah. “Meningkatkan produktivitas per ha dapat diartikan kualitas meningkat dan peningkatan produksi gula nasional tercapai,” katanya.

 

Sementara Mahmudi, M.Si, Direktur Produksi dan Pengembangan Holding Perkebunan Nusantara III (PTPN) menjabarkan peningkatan produksi gula dalam negeri melalui optimalisasi pengembangan kebun tebu bekerja sama dengan petani. Sampai saat ini petani masih terbilang garda terdepan pencapaian swasembada gula nasional. “PTPN Group punya cita-cita untuk mewujudkan dan mencapai kemandirian gula nasional. Khususnya gula konsumsi dengan membangun kemitraan bersama petani.Ini poin penting bagi PTPN untuk mewujudkan transformasi dan kesejahteraan petani,” jelasnya.

 

Mahmudi menguraikan, kemitraan antara petani tebu dengan industri atau pabrik gula (PG)sangat diperlukan untuk meningkatkan produktivitas tebu. Pasalnya,pemenuhan kebutuhan industri akan bahan baku bermutu dan berkualitas tentu didorong dengan penataan budidaya. Dengan demikian, industri memperoleh bahan baku sesuai standarnya dan di sisi lain petani mendapatkan harga wajar. “PTPN memiliki program besar untuk meningkatkan produktivitas dengan memberikan bantuan varietas unggul dan benih sesuai lahan masing-masing, fasilitas tanam, dan aktivitas lain,” lanjutnya.

 

Lanjut Mahmudi, posisi petani terhadap suplai bahan baku tebu memiliki peran penting. Bahan baku yang dibutuhkan PTPN hampir 100% dihasilkan dari petani tebu. Ia mencontohkan, PTPN IX, PTPN X, PTPN XI, dan PTPN XII pasokan bahan baku tebu 80% dari petani tebu. “PTPN group porsi bahan baku dari petani kurang lebih 63%, sedangkan internal hanya 37%. Penerapan kelembagan cita-cita swasembada dan kesejahteraan petani bisa terwujud, ini bisa dieksekusi,” ungkapnya.     

 

 

 

Naskah selengkapnya silakan baca Majalah AGRINA Edisi 329 terbit November 2021 atau dapatkan majalah AGRINA versi digital dalam format pdf di Magzter, Gramedia, dan Myedisi.

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain