Minggu, 2 Mei 2021

PERIKANAN : Resep Menghidupkan Tambak Tua

PERIKANAN : Resep Menghidupkan Tambak Tua

Foto: Syafnijal Datuk Sinaro
Pemberian pakan tidak berlebih salah satu kunci tambak berkelanjutan

Dengan resep jitu, tambak uzur bisa optimal kembali buat budidaya udang. Mau tahu resepnya?


Kepiawaian dan resep jitu tim teknis tambak sangat menentukan keberhasilan budidaya udang. Tambak di Farm Triwindu Bahari (TWB) di Desa Merak Belantung, Kecamatan Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung yang beroperasi puluhan tahun dan endemik berbagai penyakit, berhasil “dihidupkan” lagi sejak 2017.


Perbaikan Tambak

Menurut Ardika Maulana, Manajer Tambak TWB, sejumlah penyakit kerap mewabah di tambak seluas 2,8 ha dan sudah beroperasi sejak 1990-an ini. Sebelum mendapat pendampingan PT Suri Tani Pemuka (STP), penyakit White Spot Syndrome Virus (WSSV) dan Infectious Myonecrosis Virus (IMNV) alias Myo datang silih berganti.
 
Ardi menjelaskan, STP melakukan sejumlah analisis berdasarkan data dan fakta lapang sebelum pendampingan. Data yang diambil termasuk hasil cek laboratorium kualitas air tambak dan air laut yang menjadi sumber air tambak.

Di awali dengan perbaikan konstruksi tambak, kolam budidaya yang berdinding beton dan berlantai tanah, dibeton semua. Lalu dari 12 kolam, masing-masing seluas 3.000 m2 dijadikan dua petak tandon.
 
Tandon pertama untuk pengendapan, tandon kedua pengolahan air. Setelah itu, optimalisasi persiapan mulai dari pembersihan lumpur juga pembersihan dan pengapuran lantai serta dinding kolam budidaya secara sempurna dan merata.

Khusus penggunaan TCCA (kaporit), ungkap Ardi, dikurangi ke dosis terendah 1-2 ppm dari sebelumnya 10-15 ppm.
 
“Yang penting tujuan pemakaian TCCA untuk mengendalikan bakteri, virus, dan parasit lainnya bisa tercapai,” ujarnya ketika menerima AGRINA. Dosis TCCA didasarkan pada potensi oksidasi-reduksi (ORP). Jika ORP sudah terpenuhi hingga 300 mp maka TCCA diaplikasikan pada dosis tersebut.


Padat Tebar

Menurut Ardi, padat tebar menyesuaikan kondisi lingkungan dan daya dukung perairan. Kepadatan tebar awalnya di atas 100 ekor/m2 dan sering bermasalah lalu diturunkan jadi 80-100 ekor/m2. “Kebijakan penurunan kepadatan tebar juga melihat kondisi lingkungan dengan merebaknya penyakit di tambak sekitar,” ucapnya.

Untuk mempertahankan kelarutan oksigen, setiap kolam dipasang 12 kincir selama 24 jam sehari. Mengingat di kawasan ini listrik PLN sering biarpet maka stok solar harus cukup untuk menghidupkan genset sebagai energi pengganti.

Ardi mengaku, pengecekan air lebih intens pada musim hujan. Selama musim hujan juga lebih banyak aplikasi mineral buat menumbuhkan plankton. Penggantian atau penambahan air dilakukan seminggu sekali. Penurunan tinggi air relatif kecil karena seluruh tambak dibeton.

Sedangkan dosis pakan, standar saja sesuai anjuran sejak awal. Pada usia 23 hari, cek anco. Jika pakan di anco habis maka ditambahkan.
 
Sebaliknya jika tersisa, dikurangi. Dengan padat tebar 85 ekor/m2, udang bisa dipanen sekitar 15 ton/ha sebanyak tiga kali panen. Panen parsial pertama pada usia 70-an hari dengan size 60-80 sekitar 20%-25%. Dua minggu kemudian panen parsial kedua sebanyak 18%-20% dengan size 50-60.



Untuk naskah selengkapnya silakan baca Majalah AGRINA Edisi 323 terbit Mei 2021 atau dapatkan majalah AGRINA versi digital dalam format pdf di Magzter, Gramedia, dan Myedisi.

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain