Foto: Dok. Alibaba
Robot Hema siap mengirim pesanan makanan di restoran Hema
George Chamberlain, President Global Aquaculture Alliance menegaskan, Covid-19 tidak mempengaruhi industri seafood secara langsung tapi berdampak tidak langsung, di antara dampak utamanya pada saluran pasar food service (jasa makanan), yaitu hotel, restoran, dan katering.
Food service sebelumnya merupakan pasar utama konsumsi seafood, khususnya di Amerika Serikat (AS) yang mengalami penurunan penjualan 70%. Penutupan pasar basah juga terjadi, terutama di Asia.
“Ini mendorong peningkatan konsumsi seafood di ritel dan melalui penjualan digital (e-commers). Transformasi yang sangat besar terjadi di Asia, di mana ikan segar dan hidup normalnya dibeli di pasar basah, sekarang pembeliannya meningkat di ritel dan e-commers,” ulas George. Bagaimana sebenarnya kondisi pasar seafood global, khususnya udang?
Pasar Udang Global
Menurut Gorjan Nikolik, Senior Global Specialist in Seafood RaboResearch Food & Agribusiness, sesaat sebelum hadirnya virus Corona, pada November 2019 – Januari 2020 banyak produsen udang yang optimis tumbuh.
“Ini mendorong peningkatan konsumsi seafood di ritel dan melalui penjualan digital (e-commers). Transformasi yang sangat besar terjadi di Asia, di mana ikan segar dan hidup normalnya dibeli di pasar basah, sekarang pembeliannya meningkat di ritel dan e-commers,” ulas George. Bagaimana sebenarnya kondisi pasar seafood global, khususnya udang?
Pasar Udang Global
Menurut Gorjan Nikolik, Senior Global Specialist in Seafood RaboResearch Food & Agribusiness, sesaat sebelum hadirnya virus Corona, pada November 2019 – Januari 2020 banyak produsen udang yang optimis tumbuh.
Seperti, India bisa tumbuh 7%, Ekuador 9%, dan Vietnam 13%. “Optimisme sekitar 6%–10% bagi produsen utama,” katanya dalam webinar “Covid-19 and the Implications to Global Aquaculture”.
Corona datang ke China di tahun baru sementara negara ini pasar udang yang penting dengan serapan terbesar. Akibatnya, semua udang yang dikirim ke China hanya menemui permintaan yang menghilang karena Corona.
Corona datang ke China di tahun baru sementara negara ini pasar udang yang penting dengan serapan terbesar. Akibatnya, semua udang yang dikirim ke China hanya menemui permintaan yang menghilang karena Corona.
“Hilangnya permintaan cukup menakutkan. Sekarang China sudah pulih tapi masih lambat. Permintaan food service turun, permintaan utama terkontraksi, mulanya di China diikuti Uni Eropa (UE), AS, dan pasar lokal Asia,” jelas Gorjan.
Ketika tidak ada permintaan dari China, seluruh eksportir utama fokus ke Amerika sehingga terjadi pertumbuhan digit ganda. Karena udang ini tidak dikonsumsi, harga di pasar impor Amerika turun dengan mencatat nilai rendah yang baru, di bawah US$3,75/lb atau US$8,26/kg pada Mei 2020.
Gejolak pasar udang akibat Covid-19 pun berdampak ke harga udang di level produsen. Ekuador, produsen udang kedua dunia setelah India, yang pertama kali terkena serangan. Suplai utamanya ke pasar China 68%, UE 17%, dan AS 12%.
Ketika tidak ada permintaan dari China, seluruh eksportir utama fokus ke Amerika sehingga terjadi pertumbuhan digit ganda. Karena udang ini tidak dikonsumsi, harga di pasar impor Amerika turun dengan mencatat nilai rendah yang baru, di bawah US$3,75/lb atau US$8,26/kg pada Mei 2020.
Gejolak pasar udang akibat Covid-19 pun berdampak ke harga udang di level produsen. Ekuador, produsen udang kedua dunia setelah India, yang pertama kali terkena serangan. Suplai utamanya ke pasar China 68%, UE 17%, dan AS 12%.
Di Januari Ekuador menghadapi penurunan harga yang besar dan menjadi sangat jatuh, hampir 50% karena AS dan EU tidak mau membeli produknya yang sangat banyak. Meski begitu, ungkap Gorjan, “Volume ekspor Ekuador pada Q1 2020 mencapai 70% lebih. Hanya di Maret mulai mengalami penurunan.” Saat ini Ekuador mengalami perbaikan karena pasar China bangkit lagi.
Meski harga agak turun, India tidak terlalu terpengaruh dengan China karena lebih banyak ekspor ke AS. Pemerintah India juga bertindak cepat dengan mengenakan price minimum guarantee (garansi harga minimum) untuk melindungi petambak kecil yang kehilangan mata pencaharian. “Tapi, India sudah mulai ekspor dan petambak sudah kembali ke tambak,” jelasnya.
Untuk naskah selengkapnya silakan baca Majalah AGRINA Edisi 313 terbit Juli 2020 atau dapatkan majalah AGRINA versi digital dalam format pdf di magzter, gramedia, dan myedisi.
Meski harga agak turun, India tidak terlalu terpengaruh dengan China karena lebih banyak ekspor ke AS. Pemerintah India juga bertindak cepat dengan mengenakan price minimum guarantee (garansi harga minimum) untuk melindungi petambak kecil yang kehilangan mata pencaharian. “Tapi, India sudah mulai ekspor dan petambak sudah kembali ke tambak,” jelasnya.
Untuk naskah selengkapnya silakan baca Majalah AGRINA Edisi 313 terbit Juli 2020 atau dapatkan majalah AGRINA versi digital dalam format pdf di magzter, gramedia, dan myedisi.