Kamis, 2 Januari 2020

PERIKANAN : Penyakit Masih Jadi Ancaman Utama

PERIKANAN : Penyakit Masih Jadi Ancaman Utama

Foto: Windi Listianingsih
Peran biosekuriti sangat penting agar tidak terkontaminasi penyakit

Fokus penerapan biosekuriti dan pakan udang dalam sistem budidaya udang. 
 
 
Menurut Fauzan Bahri, Sales Executive Skretting Indonesia, pakan menjadi salah satu yang sangat penting di hatchery (pembenihan) sebagai asupan nutrisi. Pembenihan membutuhkan dua jenis pakan, yaitu pakan alami seperti plankton dan artemia, pakan buatan, serta pakan pellet. 
 
Pakan buatan dapat diolah sendiri oleh petambak. Pakan pellet relatif lebih aman karena memenuhi standar produksi oleh perusahaan.
 
Tidak hanya itu, terdapat kandungan nutirisi yang sangat tinggi. Hal ini dapat menjamin performa benur yang baik. Sedangkan pakan alami perlu perhatian khusus di pembenihan karena berpotensi terkontaminasi penyakit. 
 
“Pakan alami untuk induk udang umumnya adalah pakan fresh seperti cacing laut, cumi, kerang, dan ati ayam,” jelas Fauzan.
 
Ketergantungan induk udang terhadap pakan alami masih sangat tinggi. Peran biosekuriti  sangat penting agar tidak terkontaminasi penyakit. Pembenihan wajib melewati proses biosekuriti. 
 
 
Terapkan Sistem Biosekuriti 
 
Dr. Arief Taslihan, M.Si, Perekayasa Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau Jepara menyampaikan, pentingnya penerapan biosekuriti pada hatchery. Agar menghasilkan udang bebas penyakit.
 
Biosekuriti merupakan langkah awal dalam mencegah patogen dan agensia berbahaya masuk ke dalam sistem. “Biosekuriti terdiri dari pencegahan, pengendalian, dan komponen sistem monitoring (sistem cross-checked QC) begitu sangat penting,” katanya.
 
Aspek biosekuriti pada pembenihan udang merupakan konsep dalam sistem budidaya udang sebagai upaya pencegahan terhadap berkembang penyakit pembesaran pada tahap dini.
 
Penerapan biosekuriti menghasilkan produksi benih kualitas unggul, bebas penyakit. In penting karena penyakit merupakan musuh utama dalam budidaya.
 
“Biosekuriti pada hatchery dapat mengidentifikasi ancaman dan faktor risiko apa saja yang bisa dianalisis dari penyakit,” jelasnya.
 
Arief menjelaskan, jenis penyakit pada udang di Indonesia antara lain bercak putih viral/white spot viral disease, taura, nekrosis otot disebabkan Infectious Myo Necrosis Virus (IMNV), Infectious Hypodermal and Hematopoietic Necrosis Virus (IHHNV), White Feces Disease (WFD), Acute Hepatopancreatic Necrosis Disease (AHPND), Covert Mortality Noda Virus (CMNV). “Penyakit tersebut merupakan yang berpotensi menimbulkan kematian,” paparnya.
 
 
Pengawasan  Impor Udang 
 
Dr. Ir. Riza Priyatna, M.Si, Kepala Pusat Karantina Ikan, Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) menyampaikan, tata kelola masuknya induk udang ke Indoesia perlu pengawasan di setiap provinsi agar terhindar dari penyakit.
 
Ada pun persyaratan impor ikan dan udang, yaitu dilengkapi Health Certificate (HC) yang diterbitkan oleh instansi setiap negara ekspor. 
 
“Tempat pemasukan mengacu pada Kepmen KP nomor 76 tahun 2018 tentang Tempat Pemasukan dan Pengeluaran Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan Karantina (MP HPIK). Sedangkan impor induk udang berasal dari negara baru wajib dilakukan analisis risiko impor sebelum melakukan importasi,” jelasnya.
 
Riza merinci, ada beberapa poin penting dalan kegiatan importasi induk udang. Pertama, peran karantina ikan sebagai pintu gerbang perdagangan regional dan internasional memiliki peran penting terhadap masuk atau tidaknya peredaran udang.
 
Pasalnya, impor induk udang membuka peluang bagi masuknya jenis penyakit udang.  Kedua, ketergantungan impor induk udang sangat tinggi sehingga hanya diperbolehkan dari Hawaii. “Hatchery di Indonesia lebih menyukai induk impor asal Hawaii,” ungkapnya. 
 
Produksi budidaya udang di tambak pada 2012-2017 mengalami kenaikan yang signifikan. Rata-rata produksi budidaya udang windu 3,84%, udang vanname 37,82%.
 
Total kenaikan budidaya selama 5 tahun terakhir sebesar 20,83%. Sedangkan, pada 2016-2017 terjadi penurunan produksi udang windu -1,92% dan udang vanname naik signifikan sebesar 187,19%.
 
“Ekspor udang berdasarkan volume pada 2012-2018 mengalami peningkatan rata-rata 7% per tahun. Budidaya udang menjadi prospek yang paling menjanjikan,” pungkas Riza.
 
 
 
Sabrina Yuniawati

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain