Kamis, 2 Januari 2020

PERKEBUNAN : Selamat Datang Harga Sawit Mahal

PERKEBUNAN : Selamat Datang Harga Sawit Mahal

Foto: Dok. AGRINA
Dr. Tungkot Sipayung, Pengamat Ekonomi dan Direktur Eksekutif Pam Oil Agribusiness Strategic Policy Institute ( PASPI)

Mengakhiri 2019, senyum pelaku sawit makin lebar setelah dalam tiga bulan terakhir harga CPO melejit sampai US$720/ton. Akankah tren bagus ini masih terus berlanjut?
 
 
Harga minyak sawit mentah (CPO) menguat pada akhir tahun lalu. Dari sekitar US$500/ton pada September 2019, naik ke level US$720 pada 26 Desember 2019. 
 
 
Mengapa Harga Terdongkrak?
 
Kenaikan harga CPO yang cepat pada akhir tahun 2019 tersebut disebabkan oleh berbagai faktor. 
 
Pertama, ekspektasi pasar bahwa produksi CPO dunia akan menurun pada 2020 sebagai dampak El Nino yang melanda Indonesia dan Malaysia 2018/2019.
 
Akibat kekeringan yang disertai kebakaran hutan dan lahan (karhutla), kebun sawit tidak dipupuk, tanaman stres, defisit air, dan fotosintesis terganggu akibat asap.
 
Semua itu berefek menurunkan produksi. Dampak El Nino tersebut pada produksi sawit akan terjadi 6-12 bulan berikutnya, yakni tahun 2020.
 
Kedua, kebijakan peningkatan mandatori biodiesel Indonesia dari B20 menjadi B30 yang efektif berlaku Januari 2020.
 
Dengan B30 tersebut terjadi penyerapan CPO domestik sekitar 9 juta ton atau tambahan 3 juta ton sehingga mengurangi pasokan CPO ke pasar dunia.
 
Apalagi kalau Malaysia benar-benar mengikuti Indonesia dengan B20, maka akan makin besar pengurangan pasokan CPO ke pasar dunia.
 
Berkurangnya  pasokan CPO sebesar itu membuat pasar CPO panik dan khawatir akan terjadinya kelangkaan CPO tahun 2020. 
 
Ketiga, menurut perkiraan FAO, pada 2020 juga terjadi pengurangan produksi minyak nabati pesaing sawit, yakni kedelai, rapeseed, dan minyak bunga matahari (sunflower) akibat cuaca yang tidak bersahabat. Ini pun membuat pemain pasar minyak nabati dunia mengejar CPO. 
 
Keempat, kombinasi trade war (perang dagang) dengan merebaknya penyakit Africa Swine Fever (ASF) yang menyerang ternak babi di China.
 
Perang dagang menyebabkan pasokan kedelai ke China menurun, sementara ASF menurunkan produksi minyak hewani di China. Efek nettonya China beralih ke minyak sawit.
 
 
Serap Lebih Banyak CPO
 
Indonesia memasuki B30 makin pasti sudah setelah Rabu, 17 Desember 2019, Pertamina bersama 18 produsen biodiesel sawit nasional menandatangani penyediaan biodiesel sawit (FAME) untuk kebutuhan mandatori B-30 mulai 1 Januari 2020.
 
Hal ini memberi signal positif ke pasar CPO dunia yang akan menggerek naik harga CPO di pasar dunia. 
 
Dengan B30, sekitar 9,6 juta kilo liter biodiesel sawit atau  setara dengan 8,5 juta ton CPO per tahun akan terserap di dalam negeri.
 
Akibatnya, sekitar 26% volume CPO Indonesia yang diekspor ke berbagai negara akan berkurang.
 
Selain itu, pengurangan pasokan CPO ke pasar dunia juga lantaran ada perkiraan terjadinya pelambatan produksi CPO dunia 2020 akibat kekeringan 2018/2019 yang melanda Indonesia dan Malaysia.  Jadi, 2020 pasar dunia akan kekurangan CPO yang memicu harga naik. 
 
Momentum ini memang ditunggu para petani sawit yang selama satu tahun terakhir menggerutu  akibat harga tandan buah segar (TBS) rendah. Memasuki 2020 para petani sawit kembali bergairah menikmati  kenaikan harga TBS yang ditransmisi dari kenaikan harga CPO dunia. 
 
Bahkan tidak perlu menunggu 2020, pasar sudah merespons rencana B30 tersebut. Harga CPO domestik sudah mulai tergerek naik dari sekitar Rp7.500/kg awal November menjadi Rp9.100/kg pada minggu ketiga Desember 2019. Kenaikan harga CPO ini masih berlanjut ke tahun 2020. 
 
 
Hemat Devisa dan Kurangi Emisi Karbon
 
Tentu saja manfaat B30 tidak hanya mendongkrak harga TBS di 200 kabupaten sentra sawit nasional. Manfaat B30 yang tak kalah pentingnya adalah terciptanya nilai tambah di dalam negeri yang diperkirakan mencapai  sekitar Rp14 triliun. 
 
Penghematan devisa untuk impor solar sekitar US$5,13 miliar juga akan kita nikmati. Hal ini  menyumbang pada penyehatan dan pengurangan defisit neraca perdagangan.         
 
Di samping itu, penggantian 30% konsumsi solar fosil dengan biodiesel sawit akan mengurangi emisi sekitar 14,2 juta ton CO2. Ini adalah bagian dari sumbangan industri sawit pada lingkungan melalui pengurangan emisi global. 
 
Mandatori B30 tersebut juga menjadi pencapaian Indonesia yang sangat penting. Jika B30 benar-benar terlaksana, Indonesia adalah negara pertama dunia yang berani melangkah ke B30. Ini prestasi kelas dunia. Hal ini sekaligus membuat Indonesia naik kelas menjadi top-3 produsen biodiesel dunia. 
 
Pencapaian yang membanggakan tersebut jangan sampai terganggu. Seluruh komponen bangsa perlu memberi dukungan maksimal. Jika B30 berhasil tahun ini, maka untuk B50 berikutnya akan lebih mudah kita raih.
 
 
Jangan Berpesta Dulu
 
Melihat karakteristik empat faktor pendongkrak harga CPO yang merupakan faktor fundamental pasar minyak nabati dunia tersebut, tampaknya kenaikan harga CPO masih berlanjut atau bertahan setidaknya sampai pertengahan 2020.
 
Namun jangan berpesta dulu. Keberlanjutan harga CPO dunia 2020 tergantung pada bagaimana Indonesia dan Malaysia sebagai produsen utama minyak sawit dunia dalam mengelola pasokan CPO ke pasar dunia.  
 
Jika B30 Indonesia dan B20 Malaysia tidak benar-benar terlaksana, ceritanya akan berbeda. Biasanya harga CPO dunia yang tinggi menggoda kedua negara meningkatkan ekspor CPO ke pasar dunia dan menunda hilirisasi domestik, khususnya biodiesel. Jika hal ini yang terjadi, maka laju kenaikan harga CPO akan kehilangan napas. 
 
Karena itu, masa kenaikan harga CPO ini harus dilihat sebagai momentum untuk memperbaiki produktivitas kebun agar harga pokok produksi (HPP) makin turun. Pemerintah dan pelaku usaha harus memastikan bahwa B30 benar-benar terlaksana di dalam negeri dan jangan tergoda dengan harga CPO tinggi. 
 
Bahkan 2020 perlu dimanfaatkan untuk mempercepat perluasan  penyerapan CPO domestik lebih lanjut selain B30 seperti mempercepat produksi bensin sawit, diesel sawit, avtur sawit dan bioplastik sawit, serta produk hilirisasi lainnya.
 
Lanjutan peningkatan penyerapan CPO domestik seperti itu bakal mengirim signal positif ke pasar dunia yang akan efektif mempertahankan excess demand pasar dunia. Hasilnya, harga minyak sawit dunia bertahan pada level yang menguntungkan dalam waktu lebih panjang. Selamat menyambut Tahun Baru 2020. 
 
 
 
Dr. Tungkot Sipayung, Pengamat Ekonomi dan Direktur Eksekutif Pam Oil Agribusiness Strategic Policy Institute ( PASPI)

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain