Foto: Galuh Ilmia Cahyaningtyas
Sawit memberikan devisa US$20 miliar setahun kepada Indonesia
Sejauh ini sudah 66% perusahaan sawit yang bersertifikasi ISPO. Bagi pemerintah, ini langkah tabayyun terhadap sawit.
Selama dua tahun terakhir, harga minyak sawit berada pada level terendah. Keadaan ini diperburuk oleh perlambatan ekonomi di beberapa negara tujuan ekspor utama.
Padahal, menurut Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Joko Supriyono, minyak sawit Indonesia memainkan peran besar dan berkontribusi dalam menopang ekonomi nasional.
“Ini menyangkut 17 juta orang yang hidupnya bergantung kepada industri sawit. Hasil devisa US$20 miliar setahun dan memiliki pengaruh multiplier terhadap sendi-sendi ekonomi lainnya. Berdampak langsung pada kesejahteraan petani,” bahas Joko di sela acara 15th Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) 2019 and 2020 Price Outlook di Nusa Dua, Bali, Kamis (31/10).
Sebagai penghasil dan pengekspor minyak kelapa sawit terbesar, imbuh dia, Indonesia perlu memperkuat posisi pasar di global. Sebab, pasar ekspor masih lebih besar ketimbang domestik.
Estimasi produksi CPO pada 2019 sebesar 45,7 juta ton plus PKO 4 juta ton. Tercatat, besaran ekspor mencapai 35 juta ton sedangkan konsumsi domestik 16 juta ton. Di samping itu permintaan lokal perlu juga digenjot.
Melawan Kampanye Negatif
Tahun lalu, devisa dari ekspor sawit mencapai Rp270 triliun. Meskipun banyak ditanam di daerah pinggiran dan terpencil, sawit menjadi penopang peningkatan ekonomi daerah.
Joko mengatakan, pemerintah Indonesia perlu menciptakan iklim investasi dan usaha yang kondusif. Caranya melalui regulasi yang lebih harmonis di antara kementerian, baik pusat maupun daerah.
Dari sisi sertifikasi, ujar dia, seluruh anggota GAPKI wajib mengantungi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) pada 2020.
Ia memaparkan, capaian sertifikat ISPO hingga kuartal III-2019 mencapai 566 perusahaan secara nasional. Dari jumlah tesebut, 372 perusahaan atau 65,72% merupakan anggota GAPKI.
Sementara sisanya sebanyak 194 perusahaan merupakan non-anggota GAPKI. Saat ini tercatat anggota GAPKI berjumlah 725 perusahaan. Dengan kata lain, sebanyak 66% anggota GAPKI telah besertifikasi ISPO.
Langkah baik tersebut mendapat apresiasi dari Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin. Dalam kesempatan yang sama, ia mengajak para stakeholder untuk dapat menangkal kampanye negatif terkait kelapa sawit Indonesia. Salah satunya ialah melalui sertifikasi ISPO.
Menurut RI 2 itu, direalisasikannya ISPO akan menunjukkan keseriusan industri sawit terhadap pengelolaan yang terstandar dan berkelanjutan. Kemudian data mengenai perkebunan dan pengelolaan kelapa sawit juga bisa terverifikasi.
"Melalui sertifikasi ISPO, diharapkan mengurangi kesan negatif tentang kelapa sawit Indonesia. Di sinilah pentingnya tabayyun (teliti lebih dahulu, Red.) melalui data dan fakta," tutur Maruf.
Kelanjutan tentang tulisan ini baca di Majalah AGRINA versi Cetak volume 15 Edisi No. 305 yang terbit November 2019. Atau, klik : https://ebooks.gramedia.com/id/majalah/agrina, https://higoapps.com/browse?search=agrina, https://www.mahoni.com, dan https://www.magzter.com/ID/PT.-Permata-Wacana-Lestari/Agrina/Business/