Sabtu, 7 September 2019

PERKEBUNAN : Dukungan Perlindungan Perkebunan dalam Meningkatkan Produktivitas Lada

PERKEBUNAN : Dukungan Perlindungan Perkebunan dalam Meningkatkan Produktivitas Lada

Foto: Istimewa
Produktivitas lada di Indonesia masih kalah dari Vietnam dan India

Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) bisa menurunkan produksi lada 30%-40%. Perlu penanganan yang efektif dan ramah lingkungan.
 
Dalam sejarah Indonesia, lada merupakan komoditas yang memegang peranan penting. Sejak akhir abad ke-16, Indonesia termasuk pemasok utama dalam perdagangan lada dunia.
 
Hingga saat ini, lada masih menjadi salah satu jenis rempah yang memberikan kontribusi utama dalam penerimaan devisa negara. Berdasarkan data BPS, pada kurun waktu 2012-2016, lada menyumbang nilai ekspor lebih dari US$400 juta dengan rata-rata volume perdagangan mencapai 54 ribu ton/tahun. 
 
 
Kendala Produksi
 
Daerah pengembangan lada di Indonesia sebagian besar berada di Provinsi Lampung, Bangka Belitung, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara.  Pada 2017, luas total areal lada sebesar 186.297 ha dengan total produksi sebesar 87.991 ton dan produktivitas 0,798 ton/ha. 
 
Produktivitas lada tersebut masih rendah sehingga belum bisa meningkatkan nilai ekspor di tingkat dunia, yaitu di peringkat ketiga di bawah Vietnam dan India. Vietnam mampu menghasilkan produktivitas 2,6 - 3,0 ton/ha. 
 
Rendahnya produktivitas lada Indonesia terutama karena banyak petani belum menerapkan teknik budidaya yang baik atau Good Agricultural Practices (GAP). 
 
Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), seperti penyakit busuk pangkal batang akibat cendawan Phytophthora capsici; penyakit kuning yang disebabkan oleh cacing renik Meloidogyne incognita dan Radophalus similis; penyakit jamur pirang (Septobasidium sp.), dan penyakit keriting akibat infeksi pepper yellow mottle virus dan cucumber mosaic virus.
 
Selain itu juga masih ada serangan serangga hama, misalnya kepik pengisap buah (Dasynus piperis), penggerek batang/cabang (Lophobaris piperis), dan kepik pengisap bunga (Diconocoris hewetti).
 
Akibat serangan berbagai OPT tersebut, diperkirakan produksi menurun sekitar 30% – 40% dan mutu lada rendah sehingga harga jualnya rendah.
 
 
Kelanjutan tentang tulisan ini baca di Majalah AGRINA versi Cetak volume 15 Edisi No. 303 yang terbit September 2019. Atau, klik : https://ebooks.gramedia.com/id/majalah/agrina, https://higoapps.com/browse?search=agrina, https://www.mahoni.com, dan https://www.magzter.com/ID/PT.-Permata-Wacana-Lestari/Agrina/Business/

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain