Foto: Peni Sari Palupi
Sapi betina perlu Cu, Zn, Se, dan Mn untuk perkembangan janin
Iklim usaha penggemukan sapi potong yang kurang kondusif membuat pelaku usaha memutar otak menekan biaya produksi, salah satunya dengan asupan nutrisi seimbang.
Menurut Joni Liano, Direktur Eksekutif Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong Indonesia (Gapuspindo), industri sapi potong di Indonesia sedang menghadapi masalah. Daging yang dihasilkan pelaku usaha lokal belum mampu bersaing dengan daging kerbau dan sapi impor.
“Perkembangan industri sapi di Tanah Air sangat dipengaruhi tiga faktor, yakni harga jual sapi, kurs dolar AS terhadap rupiah, dan harga pakan. Jika pelaku usaha mampu melakukan efisiensi maka biaya produksi bakal turun sehingga mampu bersaing dengan produk impor,” ujarnya.
Joni menyinggung bahan ilegal yang digunakan dalam formulasi pakan sapi sebagai upaya menekan biaya produksi. Ia minta pemerintah bertindak tegas terhadap pelanggaran ini dan mengenakan sanksi terhadap pelakunya.
Lalu, ia menyarankan penggunaan mineral dalam formulasi pakan sebagai solusi meningkatkan bobot harian dan efisiensi biaya produksi.
Pakan Ruminansia
Ossy Ponsanie, Kasubdit Keamanan Pakan dan Pendaftaran Pakan, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), Kementerian Pertanian menguraikan strategi pengembangan pakan ruminansia.
Di antaranya, meningkatkan ketersediaan sumber benih hijauan pakan ternak di masyarakat yang mudah diakses untuk pengembangan sendiri, optimalisasi integrasi ternak di lahan hutan, tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan, serta mengakselerasi pengembangan padang rumput, pengolahan, pengawetan, dan penyimpanan pakan.
Pemerintah mengeluarkan aturan untuk menjaga keamanan pakan. Mulai dari UU No. 18/2009 jo UU No. 41/2014 tentang Peternakan & Keswan yang dalam proses revisi, Permentan No. 14/2017 tentang Klasifikasi Obat Hewan Dalam Pakan Untuk Tujuan Terapi, dan Permentan No. 22/2017 tentang Pendaftaran dan Peredaran Pakan.
Guna menjamin mutu dan keamanan pakan, pemerintah mengeluarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) dan Persyaratan Teknis Minimal (PTM). Persyaratan mutu pakan adalah SNI 3148-1:2017 untuk pakan konsentrat – bagian 1: sapi perah dan SNI 3148-2:2017 untuk pakan konsentrat – bagian 2: sapi potong.
Ossy menjelaskan, pengawasan mutu dan keamanan pakan ruminansia masih menemukan sejumlah masalah di lapang, meliputi kontinuitas suplai bahan pakan tidak terjamin dan harga bahan pakan atau pakan mahal.
“Lalu, masih adanya penambahan obat-obatan, bahan aditif, dan suplemen yang tidak sesuai pakan ruminansia. Bahkan, masih banyak pakan yang belum berstandar dan terdaftar. Ini terjadi karena industri pakan ruminansia belum berkembang seperti industri pakan unggas,” urainya.
Sementara, di peternak rakyat terjadi ketidakstabilan pasokan hijauan. Hijauan melimpah saat musim hujan dan menipis ketika kemarau. Kualitas bahan pakan pun belum terjaga baik, terutama yang berasal dari limbah pertanian.
Yang cukup merisaukan, ada sapi yang diberi pakan unggas mengandung tepung daging dan tulang (meat and bone meal).
Ossy mengakui, isu yang cukup santer adalah pemalsuan bahan pakan dan pakan karena kelangkaan dan kenaikan harga. Bahkan, terjadi penggunaan eks pangan sebagai bahan pakan, seperti limbah roti, biskuit, dan mi yang belum mendapat pengawasan secara efektif.
Vitamin dan Mineral
Kate Jackson, Ph.D., Dipl. ACAN, pakar nutrisi sapi potong dari Amerika menyebut, vitamin berperan penting bagi organ sapi. Sapi butuh vitamin A untuk fungsi mata. Gigi dan tulang perlu vitamin A, D, C.
Pembentukan darah mengandalkan vitamin E, K, B6, B, C, folat sedangkan pembentukan kulit membutuhkan vitamin A, C, B6, B12, niasin, riboflavin (B2), asam pantotenat (B5). Untuk berproduksi, butuh vitamin A, B2 dan fungsi hormon butuh vitamin A, B5, B.
Kebutuhan vitamin A berkisar 22 ribu–50 ribu IU/hari. Vitamin A sebanyak itu untuk pertumbuhan, nafsu makan, reproduksi, menyusui, meningkatkan kualitas semen dan libido, integritas membran, serta menjaga penglihatan.
“Kebutuhan vitamin D sebanyak 2.750-3.000 IU/hari yang digunakan untuk penyerapan kalsium dan fosfor, mencegah demam susu dan rakhis di betis muda. Kemudian vitamin E 350-600 IU/hari yang berfungsi sebagai antioksidan, bekerja bersama selenium, mencegah penyakit otot putih, dan resistensi penyakit,” ujarnya.
Kelanjutan tentang tulisan ini baca di Majalah AGRINA versi Cetak volume 15 Edisi No. 300 yang terbit Juni 2019. Atau, klik : https://ebooks.gramedia.com/id/majalah/agrina, https://higoapps.com/browse?search=agrina, https://www.mahoni.com, dan https://www.magzter.com/ID/PT.-Permata-Wacana-Lestari/Agrina/Business/