Minggu, 7 April 2019

PETERNAKAN : Virus AI Mereda, Tetap Waspada

PETERNAKAN : Virus AI Mereda, Tetap Waspada

Foto: Syafnijal Datuk Sinaro
Ayam yang mati bisa 5-10 ekor sehari

Dengan pemeliharaan yang dilepasliarkan, ayam kampung rentan terserang AI.  Bagaimana solusinya?
 
Virus flu burung (Avian Influenza – AI) masih menjadi momok bagi industri perunggasan di Tanah Air. Belum lama ini, ratusan ayam kampung (buras) di Kel. Campang Jaya, Kec. Sukabumi, Kota Bandarlampung mati, diduga akibat serangan virus yang telah endemik di Indonesia ini.
 
Sugito, peternak ayam kampung Campang Jaya mengatakan, meskipun kematian massal ayam sudah mulai mereda, masih ada kasus kematian setiap hari. Sebagian besar ayam yang mati mendadak, beber Sugito, adalah ayam jago dan betina indukan.
 
“Sekarang sudah tidak seganas sebelumnya, sehari bisa 5-10 ekor ayam saya mati mendadak. Yang mati itu ayam jago yang harganya sudah seratus ribuan per ekor,” ungkapnya kepada AGRINA baru-baru ini.
 
Meluasnya AI di wilayah tersebut bermula ketika ada warga yang memotong ayam sakit. Kemudian air bekas mencuci ayam itu dialirkan ke selokan yang kemudian terminum ayam sehat. 
 
Sugito menambahkan, sebagian besar warga di wilayahnya memelihara ayam kampung dan umumnya dilepasliarkan. Pada malam hari, ayam-ayam itu baru dikandangkan. “Perkiraan saya lebih dari 100 ekor yang mati,” ulas dia.
 
Begitu pula dengan Kujaemi, Ketua RT yang turut memelihara ayam kampung di daerahnya, turut mengalami kerugian. Ia mengaku, sebanyak enam ekor ayam kampungnya mati. Sehubungan kasus tersebut, Staf Dinas Pertanian Kota Bandarlampung melakukan inspeksi ke lapangan.
 
Positif H5N1
 
Kepala Dinas Pertanian Kota Bandarlampung, Agustini menjelaskan, penyakit yang menyerang ayam peliharaan warga di kelurahan tersebut positif disebabkan oleh virus AI subtipe H5N1 (ganas). "Bangkai ayam diuji di lab Balai Veteriner Lampung, hasilnya positif H5N1," ungkapnya.
 
Ayam kampung termasuk salah satu jenis unggas yang peka terhadap virus AI lantaran kebanyakan tidak divaksinasi dan dipelihara secara diumbar. Berbeda dengan ayam komersial, baik petelur (layer) maupun pedaging (broiler) pada umumnya telah divaksinasi.
 
Sebagai upaya mengatasi penyebaran virus, Dinas Pertanian Bandarlampung sudah melakukan penyemprotan disinfektan pada kandang-kandang ayam milik warga. Termasuk di pasar-pasar dan melakukan sosialisasi ke para pedagang. Untuk pencegahan, bahas Agustini, vaksinasi juga telah diberikan kepada 1.000 ekor unggas di wilayah setempat.
 
 “Dinas Pertanian juga sudah mengirimkan surat edaran kepada semua camat di Bandarlampung untuk membersihkan kandang-kandang pemeliharaan dan meminta unggas-unggas tidak diliarkan sementara,” paparnya.
 
Agustini mendeskripsikan, ciri-ciri ayam yang terserang virus AI antara lain, jengger mengembang berwarna kehitaman, muncul bercak pada kaki ayam, dan mengeluarkan lendir dari hidung serta paruh. Ayam yang menunjukkan gejala demikian, lanjut dia, sebaiknya tidak dipotong dan dikonsumsi sebab dikhawatirkan virus AI menular kepada manusia. 
 
Kendati demikian masyarakat tidak perlu takut mengonsumsi ayam sehat karena Dinas Pertanian melakukan pengawasan ke pasar-pasar. Sebaiknya masyarakat tetap teliti dan waspada,” tandas Agustini.
 
Kelanjutan tentang tulisan ini baca di Majalah AGRINA versi Cetak volume 15 Edisi No. 298 yang terbit April 2019. Atau, klik : https://ebooks.gramedia.com/id/majalah/agrina, https://higoapps.com/browse?search=agrina, https://www.mahoni.com, dan https://www.magzter.com/ID/PT.-Permata-Wacana-Lestari/Agrina/Business/
 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain