Foto: Windi Listianingsih
Target prodduksi udang nasional 2019 mencapai 1 juta ton
Tahun ini produksi udang SCI ditargetkan naik 10% sedangkan produksi udang nasional sebanyak 1 juta ton.
Slamet Soebjakto, Dirjen Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menegaskan, produksi udang nasional tidak akan terganggu selepas hantaman tsunami yang melanda Lampung dan Banten akhir Desember lalu. “Produksi udang saya kira tidak (terganggu). Karena benih udang ‘kan bukan hanya dari Lampung dan di sini (Pandeglang) saja,” ujarnya kepada AGRINA saat ditemui di Pandeglang, Banten beberapa waktu lalu.
Sebelumnya, Asosiasi Pembenih Udang (APU) Provinsi Lampung menyatakan potensi kehilangan produksi benur di Lampung sebesar 1,2-1,5 miliar ekor selama 6 bulan proses pemulihan. Forum Komunikasi Praktisi Akuakultur (FKPA) Lampung juga sependapat. “Jika recovery (pemulihan) membutuhkan waktu 6 bulan maka akan kehilangan potensi produksi benur sebesar 2–2,5 miliar ekor yang nilainya bisa puluhan miliar rupiah,” tutur Bambang Nurdiyanto.
Koordinator Tim Iptek FKPA Lampung itu melanjutkan, kebutuhan benur untuk Lampung dan Bengkulu dalam kondisi normal mencapai 600 juta ekor/bulan. Terganggunya produksi benur di hatchery Lampung Selatan dan Anyer menyebabkan kekurangan pasokan benur 400 juta ekor/bulan. Menurut Bambang, kekurangan itu tidak mampu dipenuhi dari Banyuwangi dan Bali karena selama ini benur dari Lampung memasok tambak udang di Jatim, Bali, hingga Sulawesi.
Perbaikan
Iwan sutanto, Ketua Umum Schrimp Club Indonesia (SCI) menyatakan, tsunami Banten berpengaruh terhadap pembenihan (hatchery) dan budidaya udang. “Ada pengaruhnya pada produksi benih di Pantai Canti, itu cukup besar. Tapi ada nggak kaitan di tambak? Itu ada tapi nggak begitu banyak. Benur yang dari Pantai Canti itu saya rasa untuk wiilayah Pantai Utara Lampung saja. Mereka bisa beli dari pantai lain,” terangnya menjawab AGRINA.
Iwan mengaku tidak mengetahui secara detail berapa kerugian yang dialami hatchery dan pembudidaya udang terdampak tsunami. Tetapi, ia menggambarkan, satu juta ton benur dibutuhkan untuk memproduksi sekitar 10 ton udang.
Slamet menjelaskan, kerusakan hatchery udang di Lampung mayoritas dialami hatchery skala kecil atau backyard pembenihan yang kapasitasnya tidak terlalu banyak dengan pelanggannya adalah pembudidaya udang tradisional dan tradisional plus. Sedangkan, hatchery skala besar di Lampung hanya sedikit yang terdampak dan hatchery skala besar di Banten tidak terdampak.
Ditjen Perikanan Budidaya (DJPB) menerima laporan, kerusakan sarana-prasarana budidaya meliputi 196,2 unit bangunan hatchery/backyard dan 2 ha tambak yang tersebar di Kec. Kalianda, Rajabasa, Sidomulyo, Ketapang, Katibung, Sragi, dan Bakauhenii.
Kelanjutan tentang tulisan ini baca di Majalah AGRINA versi Cetak volume 15 Edisi No. 298 yang terbit April 2019. Atau, klik : https://ebooks.gramedia.com/id/majalah/agrina, https://higoapps.com/browse?search=agrina, https://www.mahoni.com, dan https://www.magzter.com/ID/PT.-Permata-Wacana-Lestari/Agrina/Business/