Kamis, 5 September 2024

Dari Joko Supriyono Untuk Industri Sawit Indonesia

Dari Joko Supriyono Untuk Industri Sawit Indonesia

Foto: DOK. GAPKI
Kiri-kanan: Joko Supriyono (tengah) didampingi Rachmat Pambudy, Bustanul Arifin, Eddy Martono (penanggap) dan Purwadi (moderator)

Jakarta (AGRINA-ONLINE) Berbekal pengalaman sebagai praktisi budidaya, bisnis, dan advokasi sawit selama 38 tahun, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) periode 2015-2023 ini meluncurkan buku bertajuk “Masih Berjayakah Sawit Indonesia Menghadapi Tuntutan Sustainability Global” di Jakarta, Rabu (4/9).
 
Melalui bukunya, Joko Supriyono memaparkan perkembangan kelapa sawit sejak awal hingga kini lengkap beserta peran strategis industri sawit, persaingan di pasar global, dan beratnya tantangan yang dihadapi para pelaku usaha Indonesia. Tantangan dari luar negeri cukup berat berupa kampanye negatif. 
“Belum ada kampanye negatif sedahsyat satu dekade terakhir ini. Semua aspek kehidupan manusia dijadikan tema kampanye negatif mulai dari masalah kesehatan, lingkungan, kehutanan, deforestasi, keanekaragaman hayati, kebakaran, emisi gas rumah kaca, lahan gambut, HAM, pekerja anak, pekerja perempuan, masyarakat adat.
 
Kampanye-kampanye ini seolah mengatasnamakan sustainability (keberlanjutan). Apapun temanya mengarah ke sustainability. Seolah kita ini tidak sustainable kalau kita tidak mengakomodir semua aspek tadi,” cetusnya dalam pembukaan acara.
 
Alumnus Faperta UGM tersebut berpendapat, di tengah tuntutan dan hambatan sedemikian berat, pemerintah kita gamang, kurang suportif, dan protektif di tengah pasar global yang sangat menganut proteksionisme. Banyak kebijakan dan regulasi yang diterbitkan pemerintah bersifat tumpang tindih dan tidak suportif bagi industri. 
 
“Kejayaan kelapa sawit perlu komitmen yang besar dari pemerintah dan pelaku usaha untuk menjaga produksi dan produktivitas. Pemerintah juga perlu aktif melakukan diplomasi yang luas, advokasi, litigasi, dan retaliasi. Perlu ada proteksionisme yang serupa dilakukan oleh negara-negara lain,” tegas mantan Wakil Direktur Utama PT Astra Agro Lestari Tbk. ini.
 
Sementara itu, Ketua Umum GAPKI Eddy Martono mengatakan, buku besutan Joko Supriyono adalah karya yang baik. Segudang tantangan dan solusi yang diperlukan oleh segenap stakeholders telah terangkum dalam buku tersebut. “Buku ini memperjelas bahwa sustainability adalah memang tuntutan pasar. Sustainability adalah hal yang wajar maka itu Indonesia perlu memperkuat komitmen terkait sustainability melalui sertifikasi ISPO dan kami sudah menjalankannya,” ucapnya.
 
Eddy berharap, melalui buku ini, hambatan-hambatan seperti masalah biaya dan kebijakan terkait kebun masyarakat yang masuk dalam kawasan dapat terselesaikan. Selain itu penguatan sertifikasi ISPO juga bisa segera digalakkan agar dapat diterima di pasar global.
Sementara Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Lampung Bustanul Arifin  menanggapi, "Buku ini bagus, jelas, dan inspiratif. Pendekatan yang ditempuh adalah kombinasi antara analisis ekonomi, analisis kebijakan dan story-telling oleh Pak Joko.” 
 
Menurut Ketua Umum Perhimpuan Ekonomi Pertanian Indonesia itu, kepiawaian Joko Supriyono menjabarkan industri sawit telah mencakup berbagai aspek. Termasuk tinjauan historis tentang perkembangan komoditas ini di Indonesia dari waktu ke waktu. "Proses warning (memberi peringatan) tentang masa depan sawit yang diusung buku ini menurut saya sangat baik," jelasnya.
 
Acara peluncuran dan bedah buku ini dihadiri semua pemangku kepentingan, baik dari Kemenko Perekonomian, BPDP Kelapa Sawit, pengurus GAPKI pusat dan daerah, asosiasi sawit lain, pelaku usaha, akademisi, dan juga media.
Peni Sari Palupi
 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain