Rabu, 29 Juni 2022

Meskipun Tidak Zoonosis, PMK Sangat Merugikan dan Mesti Diwaspadai

Meskipun Tidak Zoonosis, PMK Sangat Merugikan dan Mesti Diwaspadai

Foto: ANTARA/Ampelsa
Merunut data GKSI, per bulan Juni 2022, terdapat sekitar 70 ribu ekor sapi perah telah terinfeksi

Jakarta (AGRINA-ONLINE.COM). Prof Warsito, Guru Besar FKH UGM menuturkan virus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) ternyata dapat menyebabkan degenerasi hyalin pada otot inang. Hal ini lantaran virus membutuhkan nutrisi yakni protein untuk bereplikasi. Berdasarkan literasi yang ia peroleh, daging hewan yang terinfeksi PMK kualitasnya akan menurun.

 

“Kadar protein juga turun, sehingga masyarakat yang tadinya diharapkan mendapatkan protein malah cuma makan serat kasarnya saja. Ini berpotensi menyebabkan malnutrisi," ungkap Prof Warsito dalam diskusi yang digelar Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI), Selasa (28/6).

 

Sementara itu, pada kesempatan yang sama, Denny Widaya Lukman, ahli kesmavet SKHB IPB University menekankan, PMK bukan merupakan penyakit zoonosis. Untuk itu, masyarakat tidak perlu khawatir dalam mengkonsumsi produk hewani seperti susu, daging, dan produk olahan lainnya. Nemun ia mengatakan, kendati tidak zoonosis, PMK masuk ke dalam isu Onehealth.

 

"Masak daging dan jeroan sampai benar - benar matang untuk memastikan semua mikroba patogen baik virus PMK maupun mikroba lain mati. Kita tidak usah panik, tetaplah konsumsi produk hewan dengan kewaspadaan," tutur Denny.

 

Yudi Guntara Noor, Komtap Peternakan Kadin Indonesia mengutarakan, saat ini yang tengah terdampak ialah para peternak sapi perah. Merunut data GKSI, per bulan Juni 2022, terdapat sekitar 70 ribu ekor dari total 280 ribu ekor sapi perah milik anggota GKSI terinfeksi PMK.

 

“Sekitar 3000 ekor diantaranya dipotong paksa dan sekitar 1500 ekor mati.  Kerugian tersebut belum termasuk penurunan produksi susu sekitar 30-40%,” ulasnya.

 

Try Surya A

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain