Foto: DOK. KKP
Ekspor udang Indonesia ke pasar global baru mencapai 8,8%
Pasar udang dunia sebesar US$23,2 miliar dan Indonesia baru mengisinya 8,8%.
Industri perikanan nasional menampilkan kinerja positif sepanjang tahun 2021. Di sisi pasar, ekspor udang sebanyak US$1,8 miliar pada Januari – Oktober 2021 atau naik 7,7% dari periode yang sama di 2020. Nilai ekspor si bongkok ini mencapai 40% dari total nilai ekspor produk perikanan Indonesia yang sebesar US$4,56 miliar, diikuti tuna-tongkol-cakalang (13%), rajungan-kepiting (11%), cumi-sotong-gurita (10%), dan rumput laut (6%). Bagaimana targetpembangunan industri perikanan nasional di tahun depan?
Unggulan Perikanan Budidaya
Dirjen Perikanan Budidaya, Kementerian Perikanan dan Kelautan (KKP), TB Haeru Rahayu menjelaskan, KKP memiliki dua program unggulan perikanan budidaya. Yakni, pengembangan perikanan budidaya berbasis ekspor dan pembangunan kampung perikanan budidaya berbasis kearifan lokal.
Pengembangan perikanan budidaya berbasis ekspor fokus pada komoditas bernilai ekonomi tinggi, yaitu udang, lobster, kepiting, dan rumput laut. Sementara, pembangunan kampung perikanan budidaya tawar, payau, dan laut berbasis kearifan lokal bertujuan mengentaskan kemiskinan melalui peningkatan pendapatan pembudidaya ikan dan menjaga komoditas bernilai ekonomi tinggi dari kepunahan.
Lokasi kampung perikanan budidaya dan komoditas yang dikembangkan diatur dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 64/ 2021 tentang Kampung Perikanan Budidaya. Kampung budidaya ikan mas akan dikembangkan di Pasaman-Sumbar, patin di OKU Timur-Sumsel, nila salin di Pati-Jateng, bandeng di Gresik-Jatim, lobster di Lombok Timur-NTB, dan kerapu di Kupang-NTT. Ada pula 130 lokasi lain yang akan dibangun pada 2022 dengan komoditas ikan budidaya meliputi nila, patin, lele, mas, gurami, bandeng, nila salin, kerapu, kakap, bawal bintang, rumpur laut, ikan hias, dan lobster.
“Kampung perikanan budidaya menjadi salah satu andalan untuk bisa menjadi ketahanan pangan nasional. Selain itu, program terobosan KKP terkait subsektor perikanan budidaya diharapkan dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat melalui pembentukan korporasi maupun lahirnya entrepreneur baru, meningkatkan penerimaan negara melalui devisa ekspor, pajak, PNBP, maupun sumber penerimaan subtitusi impor, serta meningkatkan kesejahteraan pembudidaya ikan," tutur Tebe, sapaannya.
Udang
Pemerintah menetapkan target produksi udang sebesar 2 juta ton pada 2024. Saat ini, ungkap Tebe, produksi udang sekitar 856 ribu ton. Sementara, total produksi ikan dan udang pada triwulan III 2021 sebesar 12,25 juta ton atau naik sekitar sejuta ton dari triwulan III tahun lalu. “Salah satu komoditas yang akan kita kejar terus produksinya adalah udang karena memang udang masih jadi primadona ekspor," ucapnya di Jakarta (7/12).
Strategi untuk memenuhi target ekspor udang berupa revitalisasi tambak tradisional menjadi tambak semiintensif mengandalkan teknologi. Targetnya 45 ribu ha tambak dari 247.803 ha tambak tradisional yang ada. Melalui strategi ini, produktivitas tambak udang tradisional akan diangkat menjadi 20-30 ton/ha/tahun dari sebelumnya 0,6 ton/ha/tahun. Lokasi revitalisasi di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara.
Untuk merevitalisasi 45 ribu ha tambak, ulas Tebe, butuh anggaran Rp57 trilun-Rp67 triliun. Karena itu, pihaknya mencetuskan modelling (pemodelan) tambak udang seluas 1.000 ha sebagai contoh kawasan tambak udang modern terintegrasi yang menerapkan good aquaculture practices hulu-hilir. Pemodelan tambak diharapkan mencapai produktivitas 80 ton/ha/tahun dari 0,6 ton/ha/tahun. Lokasi modelling ada di Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, NTB, dan Kepulauan Maluku.
Naskah selengkapnya silakan baca Majalah AGRINA Edisi 330 terbit Desember 2021 atau dapatkan majalah AGRINA versi digital dalam format pdf di Magzter, Gramedia, dan Myedisi.