Senin, 18 Nopember 2024

Hilirisasi Pertanian Strategi Krusial Mencapai Pertumbuhan Ekonomi

Hilirisasi Pertanian Strategi Krusial Mencapai Pertumbuhan Ekonomi

Foto: Sabrina Yuniawati
Hilirisasi Pertanian Mencapai Pertumbuhan Ekonomi

BOGOR (AGRINA-ONLINE.COM) Hilirisasi pertanian dan re-industrialisasi perekonomian merupakan dua strategi krusial dalam upaya untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif. Indonesia merupakan negara dengan sumber daya alam melimpah, memiliki peluang besar untuk meningkatkan nilai tambah.

 

Melalui pengolahan produk pertanian, seperti minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO), kakao, kopi, kelapa, dan komoditas lainnya. Namun, upaya hilirisasi telah dilakukan sejak beberapa dekade terakhir, kontribusi sektor pengolahan terhadap ekonomi nasional belum optimal.

 

Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB), Bungaran Saragih mengatakan, pemerintah perlu mempercepat industrialisasi agribisnis untuk meningkatkan daya saing sektor tersebut. Negara ini belum mempunyai strategi industrialisasi dengan agroindustri. “Agroindustri memiliki pokok industrialisasi. Agroindustri dikaitkan dengan pertanian dan PDB dapat menyentuh 47% dari PDB ada di pertanian dan agroindustri. Agroindustri berkembang maka hulu akan berkembang,” ungkapnya saat acara FGD bertema “Hilirisasi Pertanian dan Re-Industrialisasi Perekonomian Indonesia” gedung STP IPB, Senin (18/11).   

 

Menurut Yulia Astuti, S.T., M.S.E – Sekretaris Direktorat Jenderal (Sesditjen) Industri Agro, Kementerian Perindustrian, Kemenperin terus berupaya mengembangkan industri kelapa sawit nasional. Industri ini merupakan tumpuan bagi 4,2 juta orang, menghidupi sekitar 17 juta jiwa masyarakat Indonesia. Hilirisasi produk sawit pada 2010 hanya 54 jenis, meningkat menjadi 193 jenis pada 2023. Sedangkan kontribusi PBD nonmigas tahunan 11,6% atau Rp775 triliun.

 

Kinerja ekspor pada 2023 sebesar USD 28,65 miliar atau Rp450 triliun, 93,5% ekspor dalam bentuk produk hilir. Namun industri sawit memiliki tantangan, seperti sertifikasi legalitas atau sustainability bahan baku minyak sawit. Menjamin ketersediaan bahan baku minyak sawit mentah yaitu melalui peningkatan produktivitas kebun rakyat dari 9,6 ton TBS/ha/tahun menjadi 23,0 ton TBS/ha/tahun.

 

Lalu meningkatkan rendemen ekstraksi minyak sawit kebun rakyat dari 16,3% menjadi 24,0%. Terkahir, menjaga kinerja ekspor CPO dan turunannya dari kampanye negatif dan pengenaan hambatan tarif maupun nontarif di negara tujuan ekspor.  

 

“Langkah Kemenperin menjaga pasokan CPO dan turunannya sebagai bahan baku industri hilir melalui tarif pungutan ekspor yang progresif. Lalu fasilitasi investasi melalui insentif fiscal/non fiscal. Injeksi teknologi pengolahan melalui program restrukturisasi mesin/peralatan pabrik SPPOT. Mendukung perbaikan Tata Kelola Perkelapasawitan Nasional melalui Digitalisasi pengembangan SIPROSATU (Sistem Informasi Produksi Sawit dan Turunannya),” urainya.

 

Wahyu Wijayanto, SIP, MA – Direktur Industri, Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementrian PPN/Bappenas mengatakan, pertumbuhan ekonomi dan industri pengolahan Indonesia pada Triwulan III 2024 tumbuh sebesar 4,95% dibandingkan Triwulan III 2023.

 

Industri pengolahan tumbuh di bawah ekonomi nasional yaitu sebesar 4,72% di Triwulan III 2024. “Secara kuartal ekonomi Indonesia pada Triwulan III 2024 tumbuh sebesar 1,50% atau lebih rendah dibandingkan Triwulan II ditahun yang sama, hal ini mengikuti pola musiman,” jelasnya.

 

Wahyu melanjutkan, industri pengolahan merupakan tiga sector utama yang menyerap tenaga kerja Indonesia dengan serapan mencapai 13,8% dari total tenaga kerja. Sektor pertanian masih menjadi sektor utama yang menyerap tenaga kerja 28,2% dari total tenaga kerja. Tidak hanya tingginya serapan tenaga kerja, hilirisasi sumber daya hayati akan mendorong pertumbuhan industri makanan dan minuman, kimia atau farmasi, dan obat tradisional.

 

Salah satu contohnya, kelapa sawit yaitu industri oleokimia seperti suplemen kapsul vitamin A dan E. Vitamin tersebut untuk pendampingan program makan bergizi. Kedua industri oleofood seperti CPO, Cocoa butter substitute, margarine, palm fionutriet. Ketiga industri biofuel (B40 dan SAF) untuk meningkatkan kapasitas industri sawit mencapai 222,4 juta ton di tahun 2029.         

 

“Berbagai produk turunan sawit terutama oleokimia diproyeksikan tumbuh tinggi dalam 5 tahun ke depan. Pasar oleokimia dunia pada 2030 diproyeksikan mencapai USD 54,4 miliar. Sedangkan kapasitas oleochemical berbasis sawit mencapai 23,3 juta ton dan merupakan terbesar di dunia,” ungkapnya.

 

Menurut Wahyu, hilirisasi sawit perlu dibarengi perbaikan dari hulu hingga hilir. Hal ini dikarenakan rendahnya produktivitas sawit rakyat, lalu menggunakan Wet Process Technology. Teknologi produksi yang digunakan di pabrik kelapa sawit (PKS) saat ini adalah Wet Process, yang rendemennya relative kecil dan menghasilkan emisi karbon yang tinggi.

 

“Sedangkan di hilir berupa rebranding sawit berkelanjutan. Perlu adanya riset dan inovasi teknologi sebagai produsen CPO terbesar dunia, industri CPO Indonesia mengalami technological regression sejak 2010. Lalu tuntutan pasar global, tuntunan pasar ekspor ini terhadap praktek bisnis sawit yang bertanggung jawab, berkelanjutan, dan ketelusuran,” urainya.

 

Wahyu menambahkan, “Rancangan struktur hilirisasi kelapa sawit dalam RPJMN 2025-2029 memiliki proyek prioritas yaitu peningkatan produktivitas kebun kelapa sawit dan kualitas bahan baku, sustainability dan traceability, pengembangan industri biofuel. Pengembangan industri oleokimia, dekarboniasi industri dan ekonomi sirkular di industri sawit, dan paling utama adalah rebranding produk sawit Indonesia yang berkelanjutan,” jelasnya.   

 

Senada dengan Wahyu, Moorman Amanda, MM- PKPM Ahli Muda - Direktorat Hilirisasi Perkebunan, Kelautan, Perikanan, dan Kehutanan, Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM mengungkapkan, Industri prioritas hilirisasi kelapa sawit yaiatu nitrogliserine, biosurfaktan, cocoa butter substitute, carotene, dan tocopherol.

 

Proyeksi dampak ekonomi hilirisasi sawit 2023 hingga 2040 yaitu nilai investasi USD 4,38 miliar, PDB USD 2,85 miliar, peningkatan devisa USD 11,43 miliar, serta meningkatnya tenaga kerja.

 

“Tiga besar produsen kelapa sawit dunia 2022 posisi pertama Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Namun Belanda negara importir terbesar kedua bahan baku CPO, dan menjadi lima besar negara eksportir produk oleofood atau carotene. Indonesia eksportir CPO no. 2 di dunia namun untuk produk turunan oleofood atau carotene menjadi importir ke-5 dunia,” terangnya.

 

 

Sabrina

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain