Foto: Windi Listianingsih
Koi disukai karena mau berinteraksi dengan manusia
Bisnis ikan hias tidak sepi di masa pandemi karena permintaannya selalu ada setiap hari.
Pandemi Covid-19 membuat segala aktivitas masyarakat berubah. Orang diharuskan menghabiskan waktu di rumah karena dibatasi segala aktivitasnya di luar ruangan. Lantaran lebih sering di rumah, hobi-hobi baru muncul selama pandemi mulai dari berkebun, memasak, berkreasi dengan seni, bersepeda dan masih banyak lainnya. Demam ikan hias pun turut menjangkiti masyarakat baik sekedar hobi maupun membudidayakan skala rumahan. Ikan koi dan mas koki menjadi salah satu ikan hias alternatif yang banyak disukai penghobi ikan hias.
Tren Bisnis Ikan Hias
Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Artati Widiarti menyampaikan terjadi peningkatan tren ikan hias selama masa pandemi tahun 2020-2021, yaitu sebesar 12,3%. “Ketika masa pandemi, pemasaran ikan hias naik untuk ekspor maupun dalam negeri. Ikan hias fungsinya terapeutik. Kalau kita banyak nonton ikan hias ketika stres, bisa hilang. Atau, kita beri makan, bercengkrama dengan ikan hias, itu bisa hilangkan stres,” jelasnya di Jakarta (8/12).
Kondisi ini membuat budidaya ikan hias menjadi peluang bisnis yang cukup menjanjikan. Terlebih, KKP telah meresmikan Pusat Koi dan Maskoki Nusantara di Raiser Ikan Hias Cibinong, Bogor, Jawa Barat pada Maret 2021 sebagai one stop service ikan hias. “Kalau pengen ekspor bisa dari sana. Domestik juga bisa beli di sana. Raiser akan dilengkapi logistik, karantina ikan hias. Pengemasan bisa di sana sehingga di bandara tidak lagi diperiksa. Kemudahan-kemudahan itu akan menggairahkan pelaku usaha,” terangnya.
Sadar ikan hias makin popular dan diminati saat pandemi, Joko Susanto, pembudidaya ikan mas koki di bilangnan Jakarta Timur menangkap peluang ini dengan menjual ikan mas koki sejak Maret 2019. Ikan mas koki atau gold fish merupakan salah satu ikan hias terpopuler di dunia. Siapa yang menyangka bisnis ikan mas koki saat pandemi ternyata mampu memberikan keuntungan menjanjikan.
Ia mulanya hanya hobi memelihara ikan mas koki karena bentuknya yang lucu, imut, gemoy, dan dapat menghilangkan stres ketika lelah pulang dari tempat bekerja. Joko mengaku, awalnya tak mengenal jenis-jenis ikan mas koki yang beredar di pasar atau toko-toko ikan. Ia memelihara ikan mas koki juga asal pelihara.
Ketika pandemi terjadi dan kantor tempat Joko bekerja mengharuskan bekerja dari rumah, pria yang kerap dipanggil Joe ini sering menghabiskan waktu mengurus ikan mas koki peliharaannya. Sewaktu ada ikan yang bertelur, ia coba membudidayakan ikan itu dalam akuarium. Meski ikan mas koki berhasil dibudidayakan, kualitas yang dihasilkan sangat jelek. Kemudian, Joe memperdalam pengetahuan tentang ikan mas koki lewat media sosial, masuk grup konsultasi seputar ikan mas koki, hingga lantas menemukan wadah jual beli ikan mas koki.
Pemasaran secara Online
Pemasaran yang tidak lagi konvensional turut menunjang booming ikan hias di masa pandemi. Platform media sosial seperti Instagram (IG), Facebook (FB), Tik Tok, dan YouTube sejauh ini terbukti menjadi sarana promosi yang efektif. Joe memanfaatkan internet dan teknologi digital tersebut untuk memasarkan ikan mas koki ketika akuarium miliknya sudah penuh.
Pria kelahiran 14 April 1992 ini mengunggah gambar ikan mas koki di FB untuk dijual. Di luar dugaan, ikan itu diminati. “Daripada akuarium penuh dan tidak laku, iseng-iseng dijual ternyata laku. Lumayan buat ganti pakan dan perawatan,” ujar Joe saat disambangi AGRINA.
Setelah itu, Joe memasarkan ikan mas koki lewat akun IG dan membuat grup WhatsApp (WA). Ikan mas koki yang dia jual memiliki harga bervariasi, tergantung jenis dan ukurannya. Ikan mas koki yang dijual melalui IG berkisar Rp50 ribu – Rp500 ribu/ekor. Sedangkan, penjualan di grup WA mencapai Rp2 juta/ekor. Jenis ikan mas koki yang dijual pun cukup beragam, ada rancau, ryukin, oranda, panda, dan lain-lain. Namun, jenis ikan mas koki panda paling banyak dicari penghobi pemula. Bahkan, pelanggan setia toko Joe sekitar 80%-nya adalah wanita.
Di saat banyak orang kehilangan pekerjaan karena dampak pandemi Covid-19, Joe mampu meraih omzet Rp7 juta – Rp11 juta/bulan dari penjualan ikan mas koki. Lantaran masih bekerja sebagai karyawan, Joe hanya mampu melayani pembeli di seputaran Jabodetabek. Padahal, permintaan luar pulau sangat banyak. “Permintaan koki sendiri setiap hari ada. Untuk luar Jabodetabek atau luar pulau (Jawa) itu banyak yang minta. Sebenarnya, omzet bisa lebih lagi kalau saya mau mengirimkan keluar kota atau luar pulau. Tapi, saat ini kita lagi tidak terima,” terang Joe.
Penjualan ikan hias secara daring juga dilakukan Feri Purwo, Konsultan Spiritual dan hobiis ikan koi di Tangerang, Banten. Ia memasarkan koi secara online sejak 1 Maret 2020. Feri mempromosikan koi melalui akun IG. Dengan strategi lelang menggunakan 22 grup lelang, omzet lelang perdana koi tembus di angka Rp103,825 juta. Masing-masing grup jenis koi yang akan di lelang berbeda. Hampir setiap hari Feri melelang 70 ekor ikan koi lewat 22 grup WA yang dikelolanya. Kini omzet bisnis pria kelahiran 11 Oktober 1976 itu sudah menembus Rp300 juta - Rp500 juta/bulan dengan margin keuntungan 20%. Angka yang cukup menggiurkan.
Sejak awal lelang koi, Feri bermitra dengan pembudidaya dan penyuplai koi di seluruh Indonesia untuk menjamin ketersediaan stok saat transaksi. Pembudidaya dan penyuplai yang bermitra hanya bertugas menyediakan dan mengirimkan koi ke konsumen. Feri bertugas sebagai fasilitator pasar, termasuk administrasi pembayaran dan menangani keluhan pembeli jika ada koi yang bermasalah. “Mereka tidak berhadapan langsung dengan pembeli, makanya ada biaya 20% yang dipotong dari hasil lelang. Komplain dan pembayaran kita yang tangani,” ujarnya yang menyebut jenis koi yang paling diminati adalah showa, tancho, dan kohaku.
Naskah selengkapnya silakan baca Majalah AGRINA Edisi 330 terbit Desember 2021 atau dapatkan majalah AGRINA versi digital dalam format pdf di Magzter, Gramedia, dan Myedisi.