Foto: Windi Listianingsih
“Hidup itu harus bergelombang. Zona nyaman itu senang tapi itu sebetulnya mati, tenggelam secara nggak sadar.”
Bisnis tak disengaja mendatangkan omzet setengah miliar rupiah per bulan. Bagaimana kisahnya?
Dunia metafisik, spiritual, dan paranormal kental dengan nuansa mistik dan klenik. Namun, sosok Feri Purwo yang ditemui AGRINA berbeda dengan gambaran paranormal pada umumnya. Jauh dari kesan seram dan mistik, konsultan spiritual muda ini dengan santai berbincang seputar hobi memelihara ikan koi di kediamannya di bilangan Tangerang, Banten. Hobi memelihara koi sejak 2015, mengantarkan Feri, sapaannya, ke bisnis koi berkelanjutan beromzet Rp300 juta-Rp500 juta per bulan. Sedapnya!
Bisnis Tak Disengaja
Sarjana Ekonomi lulusan Universitas Trisakti tahun 2000 ini awalnya tidak berpikir akan menjalani bisnis koi. Ikan-ikan itu dipelihara di kolam samping rumah karena hobi. Lantas, Feri membuat akun media sosial Instagram (IG) dengan nama The Koi Indonesia untuk menampilkan foto dan video pertumbuhan ikan-ikan koi yang dipelihara sejak berukuran kecil hingga besar. “Saya nggak kepikiran jadi bisnis. Saya kasih nama eye catching (menarik mata) dan enak didengar,” ungkapnya santai.
Di luar dugaan, banyakpesan langsung (direct message, DM) di akun IG yang menanyakan cara merawat koi agar cepat tumbuh besar dan memintanya membuat grup diskusi seputar koi. “Iseng-iseng buat Instagram The Koi Indonesia, terus banyak DM masuk minta ada grup diskusi koi,” terang Feri, Senin, (29/11).
Walau bukan ahli koi, Feri mencoba membuat grup diskusi via aplikasi pesan singkat WhatsApp (WA) sekitar Oktober 2019. “Saya nggak ngerti koi, gimana diskusi, konyol ‘kan. Tapi, dorongannya makin kuat. Akhirnya, saya bikin The Koi Indonesia Forum,” bukanya blak-blakan.
Dalam hitungan seminggu, grup WA berkapasitas 256 orang itu terisi penuh. Padahal, masih banyak yang ingin bergabung di grup tersebut. Akhirnya, Januari 2020 ia memutuskan menonaktifkan grup WA dan memindahkan grup diskusi ke aplikasi Telegram yang saat itu belum banyak digunakan orang. Meski banyak pro-kontra, anggota grup Telegram tembus seribuan orang dalam sebulan.
Ketika pemintaan lelang koi datang di grup, Feri berinisiatif mengembangkan hobinya menjadi bisnis. Pembawa acara realitas Nalar itu mengaku tidak punya stok koi mencukupi buat melakukan lelang. Ia pun mencoba bekerja sama dengan penjual dan pembudidaya koi. “Alhamdulillah pada nolak,” ucapnya tertawa kecil, “karena mereka pikir apa tuh The Koi Indonesia. Saya anggap itu wajar. Pasti dia akan cari yang sudah established (mapan) dan menguntungkan buat mereka.”
Akhirnya, Feri memperoleh satu penyuplai koi di Maret 2020. “Kita mulai (lelang) dan sampai sekarang,” ucapnya senang. Sesekali diselingi gelak tawa yang khas, bapak 3 anak ini bercerita, lelang koi perdana yang dibuat pada 1 Maret 2020 itu meraup omzet cukup fantastis, yaitu Rp103,825 juta.
Sukses lelang perdana, pria yang sebelumnya dikenal sebagai motivator cinta itu kembali menggadakan lelang koi dan meraih omzet hingga Rp180 juta pada April 2020. Hasil yang sangat signifikan di masa pandemi. “Yah, lumayan zaman begini. Untuk pertama, itu bagus. Buat kita yang baru masuk bisnis dan belum dikenal, itu bagus,” ujarnya semringah.
22 Grup Lelang Koi
Strategi lelang koi ala Feri terbilang kreatif. Pembudidaya dan penyuplai koi yang bermitra disediakan grup lelang lengkap dengan anggota sebagai calon pembeli. Pembudidaya dan pemasok hanya menyediakan koi dan mengirimnya ke konsumen jika sudah terjual. Mereka pun tidak berhadapan langsung dengan konsumen. Untuk pembayaran dan komplain, Feri langsung yang menangani. “Makanya ada biaya 20% dipotong dari hasil lelang. Mereka tidak kena omelan, kita yang handle (tangani). Mereka hepi kita juga hepi,” ulasnya.
Yang unik dalam proses lelang, hampir 70 ekor koi dilelang setiap hari. Jenis koi yang dilelang di setiap grup pun berbeda-beda. Dengan memanfaatkan platform digital dan membuat 22 grup WA lelang koi, Feri cukup dibantu 3 orang tenaga kerja. “Jadi, tidak ada alasan member (anggota) keluar grup. Strateginya bagus begitu. Makanya, kita akan terus melakukan inovasi. Artinya, apa aja yang bisa kita kembangkan,” cetusnya.
Pria kelahiran 11 Oktober 1976 ini selalu mengedepankan rasionalitas dan akal dalam menyikapi segala hal. Berawal dari komunitas The Koi Indonesia, ia terus berinovasi membuat berbagai ide bisnis kreatif untuk menjadikan koi sebagai sebuah industri yang berkelanjutan.
Tidak jarang nada suaranya berubah serius ketika mulai mengutarakan pemikiran tentang konsep dan ide-ide bisnis seputar koi yang ingin direalisasikan. “Bahwa ada tantangan, itu biasa. Hidup kalau nggak ada tantangan, nggak seru. Hidup itu harus bergelombang. Zona nyaman itu senang tapi itu sebetulnya mati, tenggelam secara nggak sadar,” urai Feri bijak.
Saat ini ia sedang mendaftarkan salah satu produk pakan koi. Rencana bisnis lainnya, membangun portal berita seputar koi bernama Benigoi alias Berita Terkini Gosip Koi Indonesia, merchandise dengan merek The Koi Style, seperti celana jeans, batik, dan lain-lain. “Saya latar belakangnya entertainment (hiburan) dan orang hiburan itu terbiasa kreatif dan banyak ide. Saya mau bikin one stop solution seputar koi. Jadi, dari hulu ke hilir itu ada, saya kuasai bisnisnya,” ujar Feri tertawa.
The Koi Indonesia
The Koi Indonesia dibentuk untuk menjadi wadah komunikasi dan berbagi ilmu bagi hobiis koi tanpa terbatas profesi dan usia. Banyak kegiatan yang aktif dilakukan The Koi Indonesia. Sebut saja Koi Talks format talk show dengan bintang tamu ahli koi, KAWARI (Koi Action with Ali Fauri) SHOW, Koi Biro of Investigation (KBI) untuk membantu orang-orang yang terkena penipuan saat membeli koi, dan Koi for Humanity yaitu lelang koi untuk kegiatan sosial. “Koi Indonesia itu pada akhirnya suatu ekosistem,” jelasnya.
Meski sudah banyak agenda dan kegiatan, akan ada pula talk show The Koi Women yang narasumbernya perempuan. Bahkan, akan dibentuk pula arisan. “Arisan ibu-ibu semua, mereka bayar Rp200 ribu. Yang ikut arisan 10 orang, berarti Rp2 juta ‘kan. Dikocok setiap bulan, pemenangnya nanti akan dikasih ikan koi seharga Rp2 juta,” terang dia.
Terbilang mulus berbisnis koi, Feri mengaku pekerjaan utama sebagai konsultan spiritual sedikit banyak bermanfaat, khususnya saat menghadapi komplain pembeli. Sebagai konsultan spiritual, ia lebih banyak mendengarkan keluhan orang. “Makanya jika ada yang komplain, nggak terlalu komplain banget. Karena, saya lebih menguasai manusia. Menghadapi orang, saya lebih tahu bagaimana treat (perlakuan)-nya. Buat saya gini, melobi orang yang mau bunuh diri aja saya berhasil. Apalagi, melobi orang yang kecewa hanya karena ikannya mati. Gitu aja logika saya,” pungkasnya.
Brenda Andriana, Windi Listianingsih