Foto: Syafnijal Datuk Sinaro
Muhamad Zaini, lele yang diberi pakan maggot lebih tahan penyakit
Keuntungan budidaya bisa mencapai 80% dan lele lebih tahan penyakit.
Berbagai inovasi terus dilakukan pembudidaya ikan air tawar, khususnya lele untuk menekan biaya produksi agar tetap mendapat keuntungan ketika harga jual terkoreksi. Salah satu di antaranya dengan menggunakan pakan dari maggot (Hermetia illucens).
Keuntungan Maggot
Muhamad Zainiadalahsalah satu pembudidaya lele di KelurahanLabuhan Dalam, KecamatanTanjung Senang, Kota Bandarlampung, Lampung yang sudah menggunakan pakan maggot. Sebelum terjun ke budidaya ikan, ia lama berkecimpung di percetakan grafika dan bengkel las.
Pernah juga mencoba budidaya cabai tapi tidak bertahan lama karena fluktuasi harga yang tajam dan serangan penyakit sehingga sering mengalami kerugian.
Kepada AGRINA, Bang Jai, panggilan akrabnya menceritakan, mulai budidaya lele sejak Januari 2020. Ia menekuni perikanan dengan membudidayakan nilanamun kurang sukses.
“Pertumbuhan nila di kolam beton agak lambat dan juga faktor biaya pakan yang tinggi karena masa pembesaran nila lebih lama. Lalu,harga jual nila juga hanya sekitar Rp24 ribu/kg di kolam sehingga saya beralih ke lele,” tutur bang Jai di kolamnya baru-baru ini.
Sementara,pembesaran lele paling lama 3 bulan sudah mencapai 10-12 ekor/kg dan ditampung agen dengan harga Rp16 ribu/kg. Jika produksi lele sedang banyak dan ikan sungai serta laut juga banjir di pasar maka paling rendah harga jual lele turun ke angka Rp14 ribu/kg.
Bang Jai membudidayakan lele pada 4 unit kolam beton, masing-masing berukuran 4 x 4 m, dengan kapasitas 40 ribu ekor yang dibangun pada lahan 520 m2. Panen lele pada keempat kolam Bang Jai rata-rata 7-8 kuintal/bulan.
Kolam lainnya berukuran 6 x 6 m digunakan untuk membesarkan lele hingga 1-2 kg yang dijual ke kolam pemancingan. Kolam lainnya dari plastik berukuran 1 x 2 m dimanfaatkan untuk pendederan dan sortir lele.
Benih yang ditebar jenis Mutiara dan Sangkuriang ukuran 5-7 cm yang dibelidari pembenih lele di Kecamatan Batanghari, Lampung Timurseharga Rp16 ribu/gelas. Guna mengurangi kanibalisme dan agar pertumbuhan lebih rata maka Bang Jai melakukan sortir sebanyak tiga kali sehingga nilai kelulusan hidup (survival rate, SR)bisa mencapai 90%.
Pada awalnya pembudidaya multitalenta ini menggunakan pakan pabrikan sepenuhnya. Setelah dihitung dengan biaya produksi maka margin keuntungan yang diterimanya hanya sekitar 20%. Sebab, saat ini harga pakan lele yang kandungan proteinnya tinggi sudah mencapai Rp11 ribu hingga Rp12 ribu/kg, tergantung merek.
“Dengan menggunakan kombinasi pakan pabrikan di awal(saat lele masih kecil) dan maggot serta roti bekas sampai panen maka biaya pakan bisa ditekan sehingga margin keuntungan bisa dinaikan hingga 50%. Bahkan jika memproduksi sendiri kebutuhan maggot maka keuntungan budidaya lele bisa mencapai 70%-80%,” ungkapnya.
Untuk naskah selengkapnya silakan baca Majalah AGRINA Edisi 327 terbit September 2021 atau dapatkan majalah AGRINA versi digital dalam format pdf di Magzter, Gramedia, dan Myedisi.