Rabu, 2 Juni 2021

PERIKANAN : Gagal di Ayam, Sukses di Ikan

PERIKANAN : Gagal di Ayam, Sukses di Ikan

Foto: Syafnijal Datuk Sinaro
Sufendi Winarto, ingin sama-sama berkembang dengan sesama pembenih lainnya

Menjaga stabilitas harga saat harga pasar turun, mendorong pembudidaya menghasilkan benih lele berkualitas secara berkesinambungan.


Tidak ada kata menyerah dalam kamus hidup Sufendi Winarto. Selepas malang-melintang di usaha peternakan ayam broiler dan kandas setelah membuka usaha bersama, akhirnya ia banting setir.
 
Sempat terancam rumah disita karena tumpukan utang di bank, pria yang akrab disapa Fendi ini justru sukses berbisnis benih lele dan ikan air tawar lainnya serta membina para pembenih ikan di Lampung.


Bisnis Broiler

Sebelumnya dalam menjalankan usaha ayam broiler melalui kemitraan, Fendi menjelaskan, secara teknis tidak masalah. Bahkan, usaha tersebut menghasilkan keuntungan setiap kali panen. Untuk membesarkan skala usaha, Fendi dengan teman-temannya yang menanamkan modal dalam usaha bersama tersebut mengambil kredit bank.

Di sinilah mulainya malapetaka. Muncul kecurigaan di antara penanam modal kepada Fendi. Ia dituding menggunakan sebagian dana pinjaman untuk keperluan pribadi sehingga kawan-kawannya menolak untuk mencicil bersama. Akhirnya, Fendi terpaksa mencicil sendiri karena yang diagunkan dalam pinjaman tersebut adalah sertifikat rumahnya.

“Padahal, kita sudah berusaha transparan dalam penggunaan keuangan. Lagipula, usaha ayam broiler ini ‘kan sistem kemitraan sehingga pembelian DOC (day old chick), pakan, dan obat-obatan, serta penjualan ayam sangat terbuka. Selain di kita, pembukuannya juga ada di perusahaan inti sehingga bisa dilakukan crosscheck (pemeriksaan ulang),” jelas bapak dua anak ini mengawali kisahnya kepada AGRINA.

Sementara soal keuntungan usaha, menurut Fendi sangat bervariasi. “Tergantung tingkat kematian dan harga jual ayam. Jadi, keuntungannya tidak bisa dipatok harus sekian per siklus. Banyak faktor yang menentukannya,” ia beralasan.

Untuk itu, Fendi harus memutar otak guna mencari usaha baru yang hasilnya bisa digunakan untuk mencicil pinjaman tersebut hingga lunas agar rumahnya tidak sampai disita bank. “Mungkin bukan garis tangan saya beternak ayam. Meski sempat berhasil namun karena usahanya kerja sama dengan beberapa teman, muncul ketidakcocokan sehingga akhirnya bubar,” tutur Fendi.

Pilihannya jatuh pada usaha pembenihan lele. Alasannya, saat itu di Lampung Tengah, Kota Metro, dan Lampung Timur sedang berkembang usaha pembesaran lele. Sementara, yang bergerak di pembenihannya masih sedikit sehingga benih lele dibawa dari luar daerah.


Pembenihan Lele

Fendi mulai membuka usaha pembenihan lele sejak 1 Februari 2000 di samping rumahnya di Kampung Seputih Jaya, Kecamatan Gunungsugih, Kabupaten Lampung Tengah. Awalnya ia membenihkan lele pada satu petak kolam plastik dengan induk Sangkuriang dari Balai Riset Pemuliaan Ikan (BRPI) Sukamandi, Subang, Jawa Barat.

Dalam membesarkan usaha pembenihan, Fendi memiliki resep sendiri. Selain mempertahankan mutu benih yang dihasilkan, ia membuka jaringan pasar ke berbagai sentra lele di banyak daerah. Pertimbangannnya, pemasaran benih berbeda dengan lele konsumsi. Kalau lele konsumsi, lebih banyak pedagang yang mencari barang. Sedangkan pada benih ikan, pembenih yang mengembangkan pasar.

Setelah pangsa pasar terbuka, Fendi menjalin kemitraan dengan pembenih di sekitar kampungnya. Ia tidak sanggup memenuhi permintaan pelanggan yang terus bertambah banyak meski pada kurun tahun 2014-2016 usaha pembenihannya sudah diperbesar.
 
Selain itu, ia ingin sama-sama berkembang dengan sesama pembenih lainnya. Oleh karena itu Fendi selalu berusaha membeli benih dari mitra dengan harga standar meski harga pasaran benih turun. Tujuannya, agar pembenih mitranya tetap menghasilkan benih berkualitas.

“Jika benihnya bagus maka pembudidaya lele akan terus memesan benih setiap mau tebar. Jika benihnya jelek maka tidak saja pembeli benih yang stop memesan benih, tetapi ia akan bercerita ke semua temannya sesama pembudidaya: jangan pesan benih dari si Anu, banyak kematian sehingga SR rendah,” Fendi menjelaskan trik usahanya.



Untuk naskah selengkapnya silakan baca Majalah AGRINA Edisi 324 terbit Juni 2021 atau dapatkan majalah AGRINA versi digital dalam format pdf di Magzter, Gramedia, dan Myedisi.

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain