Minggu, 2 Mei 2021

PERIKANAN : Membangun Daya Saing Perikanan Banten

PERIKANAN : Membangun Daya Saing Perikanan Banten

Foto: Windi Listianingsih
Udang salah satu komoditas unggulan perikanan budidaya di Banten

Sertifikasi tidak selalu meningkatkan harga jual tetapi membuat pilihan pasar menjadi lebih luas.


Perikanan menjadi salah satu sektor yang paling tangguh menghadapi badai Covid-19. Bahkan, ungkap Syamsul Arifin, CEO PT Global Reliance International, industri perikanan skala ekspor memperoleh pendapatan yang baik selama pandemi.
 
“Saya lihat produksi nggak ada yang turun, terutama di perikanan budidaya. Perikanan budidaya, terutama udang dan ikan nila justru banyak sekali peminatnya,” urai dia pada webinar Meneropong Potensi Kelautan & Perikanan Terpadu - Berkelanjutan di Provinsi Banten, Rabu (7/4).

Apalagi, pasar ritel Amerika dan Uni Eropa tumbuh pesat saat pandemi. Hal ini mendorong permintaan ekspor perikanan Indonesia tetap tinggi di pasar dunia. Namun, ia mengingatkan, persaingan global semakin ketat sehingga perlu meningkatkan daya saing. Lantas, bagaimana membangun perikanan yang berdaya saing?


Potensi Perikanan Banten

Dalam webinar yang diselenggarakan DPD Himpunan Alumni Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB Banten itu, Epi Rustam, Sekretaris Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Prov. Banten menjelaskan, produksi perikanan Banten mencapai 221.893 ton pada 2019.
 
Rinciannya, 121.260 ton produksi perikanan budidaya dan 100.631 ton perikanan tangkap. “Produksi perikanan budidaya diperoleh dari lahan budidaya yang mencapai 15.376,97 ha. Lahan tersebut terdiri dari laut 3.379,89 ha, tambak 10.361 ha, dan kolam 1.536 ha,” katanya.

Komoditas unggulan perikanan budidaya itu ialah rumput laut, lele, ikan air tawar lainnya dan udang. Produksi rumput laut mencapai 70.666 ton atau 58,38%, diikuti lele 17.839 ton atau 14,74%, sisanya 26,89% berupa ikan air tawar dan udang, termasuk kekerangan.

Potensi kelautan Banten, ungkap Yudi Heriawan, Kabid Perikanan Tangkap DKP Prov. Banten, berupa 11.500 km2 luas perairan laut, 500 km garis pantai, 1.781 ha luas terumbu karang, 425 ha mangrove, 1.246 ha padang lamun, dan berada dalam 3 Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI), yaitu Laut Jawa, Selat Sunda, Samudera Hindia. Provinsi ini memiliki 30.336 nelayan, 36.805 pembudidaya, 4.020 pengolah, dan 29.327 pemasar ikan.  

Pemprov Banten berencana mengembangkan kawasan pelabuhan perikanan terpadu di Banten Selatan yang mencakup Kabupaten Lebak dan Pandeglang.
 
“Di Lebak sedang dibangun Pelabuhan Perikanan Binuangeun dan di Pandeglang dibangun Pelabuhan Perikanan Cikeusik,” ucap Yudi. Area seluas 85 ha itu rencananya menjadi pelabuhan perikanan dengan industri perikanan tradisional dan modern di sisi Lebak sedangkan area Pandeglang menjadi wisata kuliner, bahari, pendidikan, dan pelatihan.

Pelabuhan perikanan ini dibangun secara terintegrasi dan terpadu. “Terintegrasi artinya melibatkan semua sektor. Terpadu, kita akan bangun fasilitasnya secara hulu-hilir,” imbuhnya. Salah satu keuntungan pelabuhan itu dekat hub internasional. “Jika terjadi ekspor-impor, tidak perlu transit ke Jakarta, bisa langsung ekspor,” jelasnya.

Wahidin Halim, Gubernur Banten mengutarakan, kebutuhan perikanan di Banten akan meninggi seiring pertumbuhan penduduk, perkembangan Kota Satelit Maja, kawasan perumahan, dan industri. “Penduduk Banten sekarang sudah 12 juta jiwa. Kebutuhan ikan menjadi begitu penting dan mendesak. Program peningkatkan produksi ikan menjadi bagian strategis pemerintah provinsi,” tegasnya.


Strategi Pengembangan

Mengupas potensi Banten, M. Rahmat Mulianda, Asdep Pengembangan Perikanan Budidaya, Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim, Kemenko Maritim dan Investasi menjelaskan, rumput laut, udang, dan gurami merupakan komoditas utama perikanan budidaya (akuakultur) di Tanah Jawara itu. Tidak ketinggalan, lobster juga menjadi sumber daya alam yang dapat dikembangkan.

Karena itulah, Rahmat menganjurkan pengembangan akuakultur pesisir terintegrasi dengan komoditas udang, rumpur laut, dan lobster di Kecamatan Sumur, Pontang, dan Kronjo. Sentra budidaya udang di Pontang dan Kronjo sedangkan sentra budidaya rumput laut di Sumur, Pontang, dan Kronjo.
 
“Pemda Banten pemetaan komoditasnya harus refocusing (difokuskan lagi), tidak perlu banyak, relevan dengan komoditas unggulan nasional. Ikan lainnya silakan dikembangkan secara lokal tapi yang utama harus prioritas komoditas unggulan nasional,” sarannya.

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM) 2020-2024, ulasnya, pembangunan tidak lagi berbasis sektor tapi wilayah. Wilayah sebagai basis pembangunan didukung SDM berkualitas dan berdaya saing serta pembangunan infrastruktur dan konektivitas.
 
“Pembangunan mempertimbangkan faktor lingkungan dan keberlanjutan sebagai variabel utama sehingga pembangunan perikanan harus memperhatikan keberlanjutan,” imbuhnya.    



Untuk naskah selengkapnya silakan baca Majalah AGRINA Edisi 323 terbit Mei 2021 atau dapatkan majalah AGRINA versi digital dalam format pdf di Magzter, Gramedia, dan Myedisi.

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain