Foto: Istimewa
Prof Bungaran Saragih saat menemui Presiden ke IV RI Abdurrahman Wahid. Sistem dan usaha agribisnis didasari pada karakteristik berdaya saing, berkerakyatan, terdesentralisasi dan berkelanjutan.
Pemikiran Prof. Bungaran Saragih terkait sistem dan usaha agribisnis didasari pada karakteristik berdaya saing, berkerakyatan, terdesentralisasi dan berkelanjutan. Hal Ini menjadi prinsip-prinsip dasar utama untuk mewujudkan pembangunan pertanian bagi peningkatan kesejahteraan petani serta memenuhi kebutuhan industri pangan Indonesia.
Uraian tersebut dilontarkan Musdalifah Mahmud, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kemenko Perekonomian dalam Webinar Bedah Buku Suara Agribisnis: Kumpulan Pemikiran Bungaran Saragih, Senin (19/4). Dalam acara tersebut, sekaligus dilakukan seremonial ulang tahun Prof Bungaran Saragih yang ke 76 tahun.
Menurut Musdalifah, Prof. Bungaran Saragih merupakan tokoh nasional yang selalu mendorong sektor pangan dan agribisnis Indonesia menjadi lebih baik kedepan. “Prof. Bungaran menciptakan paradigma baru soal pembangunan pertanian melalui pendekatan agribisnis. Agribisnis merupakan paradigma baru pembangunan ekonomi berbasis pertanian,” bahasnya.
Ia melanjutkan, unsur utama pembangunan agribisnis meliputi dunia usaha skala mikro, kecil, menengah, besar. Sementara pemerintah merupakan fasilitator dalam mewujudkan pembangunan agribisnis tersebut. Sistem agribisnis meliputi subsistem primer seperti tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan yang didukung secara terintegrasi oleh subsistem input, agroindustri, pemasaran dan jasa penunjang yang mengubah sumber daya menjadi produk-produk agribisnis.
Pangan dan agribisnis menjadi salah satu motor penggerak dalam perekonomian nasional untuk mencapai pertumbuhan yang berkualitas dan berkeadilan. “Pemikiran Prof. Bungaran Saragih sangat relevan dengan kebijakan pembangunan pertanian Nasional saat ini dan masa mendatang, terkait sistem dan usaha agribisnis melalui peran aktif stakeholder,” ungkapnya.
Di tengah sektor lain berkontraksi negatif pada masa pandemi Covid, justru sektor pangan dan pertanian berkontribusi positif terhadap perekonomian nasional. Sehingga bisa diyakini aktivitas perekonomian sangat tergantung dengan sektor pertanian. Dengan begitu, sektor pertanian merupakan salah satu sektor penyelamat perekonomian Indonesia.
Pada kesempatan yang sama, Bayu Krisnamurthi, Dosen Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB University menambahkan, strategi pembangunan ekonomi nasional agribisnis atau tepatnya sistem dan usaha agribisnis memang sangat melekat dengan sosok Bungaran Saragih.
Mantan Wakil Menteri Pertanian dan Wakil Menteri Perdagangan mengatakan, selama lebih dari 25 tahun sampai saat ini, Prof Bungaran tetap konsisten menulis, menjawab wawancara, mengajar, memberi seminar dan berkotbah berkaitan dengan agribisnis.
Bungaran Sarahih pada periode tahun 2000 2004 mendapat kesempatan menjadi Menteri Pertanian. “Jadilah pengembangan sistem dan usaha agribisnis resmi menjadi strategi pembangunan pertanian dan coba dijalankan sepenuhnya oleh Kementerian Pertanian RI,” jelas Bayu.
Tungkot Sipayung, Direktur Eksekutif Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI) menuturkan, paradigma pemikiran Prof Bungaran terkait pembangunan sistem dan usaha agribisnis yang dibangung masih relevan dengan saat ini. “Saya menyebutnya Bungaranomics. Pendekatan sistem dan usaha agribisnis diikuti elemen pendukung, lokomotif, dan pathway industrialisasi agribisnis,” tukas Tungkot.
Prof Bungaran Saragih menceritakan, pada mahasiswa pertanian hanya dibuat alat oleh pengusaha maupun pemerintah. Pertanian itu jauh lebih besar dibayangkan oleh kita pada waktu lalu. Untuk itu kita perlu paradigma baru yakni sistem usaha agribisnis, ujar dia.
“Dengan paradigma baru ini lebih mudah membangun pertanian dan lebih besar peranannya. Sektor ini tidak hanya melayani dirinya, tapi justru melayani makronya,” kata dia.
Untuk itu, dia mengajak semua orang belajar dalam membangun sektor pertanian karena sektor ini penting bagi kemajuan bangsa. “Saya bukan orang mikro, teknikal dan ahistoris. Tapi saya mmembawa pertanian dari mikro statistik kepada makro perspektif sejarah. Keluar dari masalah teknis, namun masuk ke masalah kelembagaan dan sumber daya manusia,” pungkasnya.
Pada acara tersebut juga menghadirkan Derom Bangun (Pelaku usaha industri kelapa sawit Indonesia), Soemitro Samadikoen (Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia – APTRI), Untung Jaya (Jurnalis Senior Majalah AGRINA), Nunik Mardiana Pambudy (Pemimpin Redaksi Harian Kompas). Acara dimoderatori oleh Bhima Yudistira (Peneliti INDEF) dan Rachmat Pambudi (Pengamat Pertanian dan Dosen IPB University).
Try Surya A