Jumat, 2 April 2021

PERIKANAN : Budidaya Sidat di Pekarangan, Kenapa Tidak?

PERIKANAN : Budidaya Sidat di Pekarangan, Kenapa Tidak?

Foto: Dok. PT LABAS
Budidaya sidat di bak fiber cocok dilakukan di rumah

Investasi tangki IBC murah dan tahan lama.


Menghasilkan pundi-pundi rupiah dari pekarangan rumah sangat mungkin dilakukan. Salah satunya dengan budidaya sidat, si “belut bertelinga” yang banyak diburu masyarakat dunia. Tertarik mencoba?


Keunggulan

Sidat adalah komoditas ekspor yang keberedaannya di dunia mulai langka.
 
Angga Kurniawan, General Manager PT Laju Banyu Semesta (Labas), produsen sidat budidaya dan produk olahan sidat di Bogor, Jabar menjelaskan, kondisi sidat di negara lain, seperti Jepang, terjadi overfishing (penangkapan berlebih) karena pemanfaatan yang tidak terkendali tanpa memperhatikan kelestarian di alam.
 
“Akibatnya, harganya menjadi tinggi karena mereka (Jepang) punya kebutuhan, seperti hari makan sidat,” jelasnya.

Menurut Angga, sidat merupakan makan yang sehat dan menyehatkan. Pemilik nama latin Anguilla sp. ini kaya nutrisi berupa vitamin A, EPA, dan DHA. Dibanding salmon, tenggiri, atau telur ayam, hati dan daging sidat mengandung protein yang paling tinggi. “Ini menjadi rahasia kenapa orang-orang di negara maju mengonsumsi sidat sehingga bisa sehat,” katanya.    

Permintaan yang cukup besar membuka peluang budidaya sidat. “Indonesia punya prospek karena punya sumber daya benih yang melimpah dari pesisir laut selatan dari barat ke timur. Baru sedikit yang dieksploitasi, baru di Pelabuhan Ratu, Palu, dan Manado. Banyaknya perusahaan asing yang berinvestasi di Indonesia membuktikan sidat ini sangat prospek,” ujar Deni Firmansyah, Direktur Utama Labas.

Tidak hanya untuk pemodal besar, pemodal kecil skala rumah tangga juga bisa memelihara sidat. “Opini di masyarakat sekarang yang beredar: usaha ikan sidat padat modal, sangat membutuhkan modal tinggi dengan teknologi tinggi. Ikan sidat bisa dipelihara di air deras, tambak, bak-bak kecil, bahan tembok, dengan terpal, jaring, lainnya. Dalam pikiran masyarakat high cost (biaya tinggi), ini tidak benar,” timpal Deni. PT Labas pun memperkenalkan inovasi budidaya sidat di pekarangan rumah agar masyarakat bisa ikut menikmati potensi bisnis sidat.


Tangki IBC

Angga menjelaskan, budidaya sidat skala rumah tangga menggunakan tangki intermediate bulk container (IBC) volume 1 m3. Tangki berbahan fiber ini memuat 2-3 kg sidat ukuran elver. Penempatannya, sambung S2 lulusan IPB University itu, “Bisa di pekarangan rumah, carport, taman rumah, belakang rumah sehingga pembelajarannya bisa lebih baik dan komprehensif.”

Keunggulan tangki IBC yaitu cukup luas dan hanya membutuhkan lahan 5 m x 2,5 m untuk 3 tangki. “Kalau nggak punya lahan seluas ini, 1 tangki IBC pun cukup untuk mencoba,” katanya. Wadah budidaya itu juga dibuat portable dan knock down sehingga mudah dipindah dan dibongkar-pasang.

“Ketika meningkat produksinya, bisa dibongkar-pasang. Tangki ini juga relatif mudah didapat karena memanfaatkan bahan-bahan industri yang biasa digunakan untuk menampung bahan cair,” terang Angga. Selain memanfaatkan barang yang sudah tidak terpakai (reuse), investasinya murah dan tahan lama hingga 5-10 tahun.


SOP Budidaya

Standar operasional prosedur (SOP) budidaya sidat di bak fiber, ungkap Angga, meliputi tahap persiapan, penebaran, pemberian pakan, dan manajemen air. Dalam tahap persiapan, cuci bersih tangki lalu diisi air dan klorin sebanyak 10 ml/lt air.
 
“Klorin untuk desinfektan atau cuci hama agar jamur, bakteri, bibit-bibit penyakit yang lain bisa mati,” jelasnya. Setelah itu, buang larutan klorin melalui keran di bawah tangki IBC dan bilas. Kemudian, isi tangki dengan air, nyalakan pompa, dan beri pupuk NPK sebanyak 10 mg/l air.

Di tahap penebaran, gunakan benih sidat yang bagus dengan ciri aktif berenang, tidak ada luka dan penyakit secara visual, sudah memakan pakan buatan, serta hasil budidaya. “Pakan buatan yang biasa digunakan adalah pakan buatan pasta elver,” ulas pria yang meneliti pakan buatan untuk sidat itu.

Dia menekankan pentingnya memelihara benih sidat hasil budidaya. “Sidat hasil budidaya langsung memburu ketika diberikan pakan, sudah beradaptasi dengan wadah budidaya, sudah mengerti ketika ada pergantian air. Itu bedanya antara ikan hasil budidaya dan alam. Maka, biasanya bibit yang berasal dari alam mudah mengalami kematian karena tidak mau makan dari pakan buatan,” urainya.

Sebelum menebar, cek dahulu kondisi benih sidat. Untuk aklimatisasi suhu, apungkan plastik kemasan benih di tangki IBC selama 15-20 menit hingga plastik berembun. Selanjutnya, buka karet plastik dan masukkan air dari tangki IBC ke plastik untuk aklimatisasi air. Lalu, diamkan 5-10 menit sambil berikan gelembung aerasi untuk suplai oksigen. Jika sudah, buanglah air plastik buat menghindari bibit penyakit.

Kemudian, benih dimasukkan ke dalam stereafoam yang sudah diisi air tangki IBC. Angga menuturkan, “Kita tebar dalam stereofoam untuk memastikan ikan yang mati, ikan yang sakit.” Lalu, timbang benih untuk mengetahui bobot awal dan masukkan perlahan ke tangki IBC. “Ketika sudah dapat bobotnya maka tidak perlu timbang ulang. Tapi kalau tidak tahu maka harus timbang ulang,” ia mengingatkan.


Manajemen Pakan dan Air

Cara pemberian pakan, ujar Angga, timbang pakan sesuai feeding rate (FR). FR elver berkisar 3%-5%. “Ini adalah satuan persentasi yang kita gunakan untuk memberi jumlah pakan pada ikan. Misal ikan kita ada 6 kg, feeding rate-nya 4%. Maka, 4% dikali 6.000 gr, kita dapatkan 240 g/hari. Bila kita berikan makan 2 kali maka di pagi hari kita beri 120 g dan di sore hari 120 g,” paparnya.

Lalu, timbang 120 g pakan pasta dan tambahkan 125% atau 150 g air. “Pakan akan mudah dimakan dan tidak hancur. Kita aduk hingga kalis. Pakan ini akan jadi adonan yang tidak lagi menempel di tangan dan wadah pengaduk,” sambungnya. Setelah itu, berikan pakan ke sidat. Jika ada sisa pakan, segera buang agar tidak mempengaruhi kualitas air.  

Angga menyarankan perhitungan FR menggunakan Excel atau kalkulator agar memudahkan dan mendapat bobot yang pas. Jika nafsu makan sidat turun, kurangi pakan agar tidak terbuang dan merusak kualitas air.
 
Perubahan nafsu makan mungkin terjadi karena perubahan kualitas air. “Bila ikan tidak mau makan sama sekali maka bisa kita puasakan ikan tersebut. Kualitas air bisa diperbaiki lagi. Kemudian, dia akan siap untuk makan,” tambahnya.

Pada manajemen air, ucap dia, hitung debit air yang masuk ke tangki IBC untuk mengetahui ketinggian air. Pergantian air sebanyak 3%-5% dalam sekali pergantian untuk menstabilkan kualitasnya.
 
Lalu, berikan probiotik setiap 5 hari sekali sebanyak 4 ml/l. Jangan lupa untuk membuang kotoran yang mengendap di dasar tangki IBC. “Dengan bibit yang sehat, manajemen pakan, manajemen air maka sidat akan tumbuh sempurna,” serunya.

Menurut Angga, elver ukuran 3 g/ekor dipelihara selama 6 bulan mencapai ukuran 25 g/ekor atau fingerling. Nilai konversi pakannya (FCR) 2 dan tingkat kelulusan hidup (SR) 90%.
 
Biaya operasional untuk budidaya 6 kg elver dalam 3 tangki IBC selama setahun sebesar Rp11,160 juta. “Penjualan 36 kg panennya, dapat Rp21,6 juta. Keuntungan Rp8,8 juta setahun,” rincinya.

Bisa juga menggunakan bak nonfiber dan peralatan budidaya sidat, seperti filter yang lebih murah. “Harganya Rp2,5 juta. Keuntungannya lebih besar, Rp9,68 juta. Ini cukup representatif untuk bisa dilakukan di rumah,” tandasnya.



Windi Listianingsih

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain