Jumat, 2 April 2021

PERKEBUNAN : Saatnya Perkebunan Punya e-Commerce

PERKEBUNAN : Saatnya Perkebunan Punya e-Commerce

Foto: Dok. AGRINA
Tampilan antarmuka (user interface – UI) Plantage.id

Sektor perkebunan membutuhkan dukungan teknologi untuk penjualan, jasa, dan sarana berkonsultasi.


Pandemi Covid-19 praktis mengubah tatanan perekonomian dunia. Di Tanah Air, berbagai sektor ekonomi mengalami perlambatan bahkan penurunan.
 
Berbeda halnya dengan pertanian, berdasarkan data Badan Pusat Statisktik (BPS), sektor ini tumbuh positif 2,59% pada kuartal empat 2020.
 
Subsektor perkebunan pun menjadi salah satu penopang yang konsisten dengan pertumbuhan 1,13%.

Kendati demikian, inovasi teknologi tetap dibutuhkan untuk mendukung industri perkebunan nasional. Ramainya gaung industri 4.0 tahun lalu benar-benar harus dimanfaatkan para pelaku usaha saat mobilitas dibatasi seperti saat ini.
 
Bukan cuma drone, adanya internet of things (IoT) akan semakin dirasakan manfaatnya.

Musdhalifah Machmud, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kemenko Perekonomian memaparkan, rata-rata usia petani Indonesia saat ini adalah 45 tahun.
 
Datangnya pandemi menambah tantangan seperti akses sarana dan prasarana produksi, hingga pemasaran.

Di sisi lain, fenomena yang muncul adalah tren belanja daring (online) meningkat pesat. Mengutip data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), transaksi e-commerce mencapai Rp1.850 triliun pada 2020.
 
Angka tersebut 9 kali lebih besar dibandingkan 2015 yang sebesar Rp200 triliun. Frekuensi transaksi internet dan mobile banking pun melesat 67,2% pada 2020.


Pasar Baru Perkebunan Digital

Menurut Musdhalifah, rendahnya literasi digital bagi UMKM terutama bidang pertanian dan perkebunan menjadi tantangan dalam menyikapi ekonomi digital. Untuk itu, kolaborasi pemerintah dan pihak terkait sangat dibutuhkan.

Produk-produk unggulan yang bernilai tinggi harus dikembangkan lebih lanjut. Kemudian, ekspansi pasar seperti pembuatan ekosistem digital dari hulu ke hilir perlu dilakukan untuk meningkatkan daya saing komoditas perkebunan.

“Dengan digitalisasi pasar melalui e-commerce, pembayaran bisa dilakukan secara cashless. Stok produk pun dengan mudah dapat dipantau dan memungkinkan tracking (pelacakan) langsung ke petani agar efisiensi lebih tinggi,” ulasnya dalam diskusi daring Japri Bun (Jawaban Problem dan Informasi Perkebunan), baru-baru ini.

Muhammad Abdul Ghani, Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara (PTPN) III menimpali, industri perkebunan mulai banyak diisi generasi X dan milenial. Generasi-generasi muda ini dinilai lebih responsif terhadap perubahan teknologi termasuk di bidang bisnis.

Pemanfaatan teknologi akan mempermudah akses kebutuhan produk perkebunan dan permintaan jasa pada masa mendatang. Berkaca pada peluang tersebut, PT Riset Perkebunan Nusantara (RPN) mengambil kesempatan dengan meluncurkan ‘Plantage.id’.

Ghani menjelaskan, media jual beli daring tersebut menyediakan produk dulu dan hilir serta jasa pelayanan dan laboratorium bagi petani atau perusahaan. Konsumen nantinya bisa bertransaksi dan berkonsultasi langsung dengan para tenaga ahli.


Plantage.id Siap Menjadi Solusi

Pada kesempatan yang sama, Iman Yani Harahap, Direktur PT RPN menambahkan, komoditas perkebunan Indonesia paling besar dari kelapa sawit. Namun secara budidaya, ia menilai, masih belum optimal lantaran masih ditentukan oleh luas area perkebunan.

Mantan Kepala Pusat Penelitan Kelapa Sawit Medan tersebut menguraikan, pertumbuhan luas area hanya terjadi pada komodtas kelapa sawit dan kopi. Sementara teh, karet, dan tebu stagnan bahkan mengalami penurunan.
 
“Tingkat produktivitas masih 50% dari potensi. Kita juga terlambat melakukan peremajaan, belum mempraktikkan GAP (Good Agriculture Practices) dan GHP (Good Handling Prcatices). Yang paling penting, kurangnya akses teknologi,” ujarnya.

Padahal, sambung dia, RPN memiliki SDM peneliti dan 20 bidang kepakaran yang siap disalurkan inovasi teknologinya.
 
Sebagai contoh, sebanyak 50% benih kelapa sawit yang ada saat ini adalah hasil penelitan RPN. Potensi produksinya dua kali lipat dari generasi sebelumnya dan fase tanaman belum menghasilkan (TBM) lebih pendek.

Selain itu, RPN juga melakukan pendampingan dan penyuluhan secara konvensional terhadap petani perkebunan. Sebagai contoh, pendampingan yang telah dilakukan di Muara Bulian, Jambi dalam penggunaan bahan tanaman.
 
Hasilnya lebih tinggi dari standar produktivitas yang ditargetkan. Ada pula pendampingan terhadap petani kakao di Lampung Timur. Namun yang menjadi kendala adalah keterbatasan waktu dan tenaga. Adanya teknologi, bisa mengintegrasikan pendampingan secara virtual hingga ke pelosok negeri.

Berdasarkan survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada 2018, pengguna internet aktif di Indonesia sebanyak 64,8%. Potensi pertumbuhan 10,12% per tahun. Dengan demikian, potensi tersebut harus dimanfaatkan dalam menyebarluaskan teknologi.

Hadirnya Plantage.ig melengkapi wadah teknologi digital pertanian yang sudah ada lebih dulu. Ia mengambil contoh, TaniHub merupakan platform consumer goods dari petani ke konsumen rumah tangga yang fokus pada produk hortikultura, perikanan, dan hasil ternak. Sedangkan Plantage, sebagai penyedia produk, teknologi, dan jasa perkebunan.

“Keberadaannya lebih kepada melengkapi, selain karena penggunanya juga berbeda, barang dan jasa yang dijual juga berbeda. Kontennya adalah bagaimana memperkuat transfer teknologi, membuka peluang bagi konsultasi terkait problem-problem praktis di lapangan,” tandas doktor jebolan IPB University itu.

Lahirnya lokapasar pelat merah ini diharapkan mampu menghubungkan pelaku usaha produk dan jasa perkebunan antarperusahaan (B2B) atau perorangan (B2C).
 
Strategi pengembangan Plantage yang dicanangkan RPN, yakni memperkuat kesadaran pengguna tentang perlunya teknologi unggul di perkebunan, media tanya jawab, dan penguatan jaringan diseminasi.
 
Nantinya, inovasi-inovasi baru akan lebih cepat dikenal oleh pengguna sehingga riset mampu meningkatkan produktivitas perkebunan nasional.

Musdhalifah mengatakan, subsektor perkebunan mampu menyerap 11 juta petani. Setiap tahun, nilai ekspor perkebunan juga cukup signifikan.
 
Tersedianya platform Plantage.id diharap dapat memasarkan produk hasil riset ataupun produk akhir hasil perkebunan. “Tujuan agar dapat meningkatkan ekomoni nasional, petani, pekebun, dan masyarakat,” pungkasnya.



Try Surya Anditya, Syatrya Utama

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain