Foto: Windi Listianingsih
Jagung yang bebas kontaminasi mikotoksin membuat petani dan peternak hepi
Populasi di lapang sangat tinggi karena bisa bertahan hidup dalam waktu lama.
Kontaminasi mikotoksin pada jagung tidak bisa dianggap remeh karena membahayakan dari aspek kesehatan dan ekonomi.
Kontaminasi mikotoksin pada jagung tidak bisa dianggap remeh karena membahayakan dari aspek kesehatan dan ekonomi.
Mikotoksin berbahaya bagi kesehatan manusia dan hewan ternak, seperti ayam, sapi, dan ikan karena bersifat karsinogenik atau menyebabkan kanker.
Dari aspek ekonomi, petani dan peternak rugi besar lantaran harga jagung rendah dan hewan ternak mati akibat terpapar mikotoksin. Bagaimana mengendalikannya?
Mikotoksin
Menurut Ir. Syahrir Pakki, MS, Ketua Kelti Bidang Hama Penyakit Balai Penelitian Serealia (Balitsereal) Maros, Sulsel, mikotoksin adalah toksin yang dihasilkan fungsi alias cendawan atau jamur patogen seperti aspergillus, fusarium, penicillium, dan alternaria.
Mikotoksin
Menurut Ir. Syahrir Pakki, MS, Ketua Kelti Bidang Hama Penyakit Balai Penelitian Serealia (Balitsereal) Maros, Sulsel, mikotoksin adalah toksin yang dihasilkan fungsi alias cendawan atau jamur patogen seperti aspergillus, fusarium, penicillium, dan alternaria.
“Sebenarnya masih banyak cendawan lain yang menghasilkan mikotoksin. Tapi, yang menjadi perhatian selama ini Aspergillus flavus dan fusarium,” katanya. Ke depan, patogen ini harus menjadi perhatian terutama saat mengekspor jagung. Karena, kadar mikotoksin menjadi kriteria negara importir.
Mikotoksin, ungkap Christanti D. Lestariningtyas, Indonesia Agronomy Leader Corteva Agriscience Indonesia, sering mengontaminasi tanaman biji-bijian seperti jagung, kacang tanah, dan kedelai.
Mikotoksin, ungkap Christanti D. Lestariningtyas, Indonesia Agronomy Leader Corteva Agriscience Indonesia, sering mengontaminasi tanaman biji-bijian seperti jagung, kacang tanah, dan kedelai.
Mikotoksin disintetis dan dikeluarkan cendawan selama masa pertumbuhan baik di ladang (field toxin) maupun penyimpanan di gudang (storage toxin). Fusarium paling sering mengontaminasi pada masa tanam sedangkan aspergillus dan penicillium di fase penyimpanan.
Syahrir menjelaskan, A. flavus pertama kali dilaporkan di Turki pada 1960. Fungi ini menimbulkan penyakit yang mematikan ratusan ribu kalkun atau turkey egg disease sehingga menjadi perhatian dunia. Setelah itu, banyak menjadi kendala di Inggris dan negara maju lainnya. Aspergillus menghasilkan toksin bernama aflatoksin.
“Aflatoksin adalah kelompok senyawa toksik bersifat karsinogenik dan dapat mematikan beberapa hewan, seperti unggas. Dalam konsentrasi tertentu bisa mematikan sapi, kuda, dan babi. Yang paling berisiko penurunan daya imun terhadap penyakit,” kata pria kelahiran 11 Desember 1955 ini.
A. flavus bersifat kosmopolitan. Artinya, bisa hidup dan berkembang di manapun, kapanpun, dan berbagai wadah, seperti makanan yang disimpan dengan kelembapan ideal. Inangnya ada 25 jenis tanaman. “Mampu berkembang baik di tanah. Di tanaman jagung dan wilayah dengan iklim ideal, bisa ditemukan 1.400 – 2.000-an koloni/g tanah,” ucapnya.
Sementara, fusarium ditemukan pada makanan, bahan organik, dan tanah, serta bertahan dengan baik pada suhu dingin dan curah hujan sedang sampai tinggi. Pada tanaman serealia seperti jagung, spesies yang banyak menginfeksi adalah Fusarium verticilliodies.
Syahrir menjelaskan, A. flavus pertama kali dilaporkan di Turki pada 1960. Fungi ini menimbulkan penyakit yang mematikan ratusan ribu kalkun atau turkey egg disease sehingga menjadi perhatian dunia. Setelah itu, banyak menjadi kendala di Inggris dan negara maju lainnya. Aspergillus menghasilkan toksin bernama aflatoksin.
“Aflatoksin adalah kelompok senyawa toksik bersifat karsinogenik dan dapat mematikan beberapa hewan, seperti unggas. Dalam konsentrasi tertentu bisa mematikan sapi, kuda, dan babi. Yang paling berisiko penurunan daya imun terhadap penyakit,” kata pria kelahiran 11 Desember 1955 ini.
A. flavus bersifat kosmopolitan. Artinya, bisa hidup dan berkembang di manapun, kapanpun, dan berbagai wadah, seperti makanan yang disimpan dengan kelembapan ideal. Inangnya ada 25 jenis tanaman. “Mampu berkembang baik di tanah. Di tanaman jagung dan wilayah dengan iklim ideal, bisa ditemukan 1.400 – 2.000-an koloni/g tanah,” ucapnya.
Sementara, fusarium ditemukan pada makanan, bahan organik, dan tanah, serta bertahan dengan baik pada suhu dingin dan curah hujan sedang sampai tinggi. Pada tanaman serealia seperti jagung, spesies yang banyak menginfeksi adalah Fusarium verticilliodies.
Di investasi awal, fungi ini mampu mematikan tanaman. Fusarium menghasilkan toksin fumonisin yang menyebabkan infeksi tenggorokan, liver, hati, dan paru-paru, serta kebutaan pada hewan ternak maupun manusia.
Infeksi fusarium di jagung melalui perlukaan atau sporanya terbawa angin, menginfeksi, hingga berkembang dalam jaringan tanaman. “Awal infeksinya dari permukaan tanah atau inang lainnya, terdeposisi ke rambut jagung, masuk ke dalam tongkol, menginfeksi biji, dan terbawa ke tempat penyimpanan,” jelasnya.
Aspergillus dan fusarium tumbuh sangat baik di Indonesia. “Tersebar luas di sentra pertanaman jagung seluruh Indonesia baik di Jawa, Sulawesi. Hasil survei saya, di Sulsel hampir semua ditemukan aspergillus dan fusarium dengan konsentrasi berbeda di setiap tempat,” urainya.
Infeksi fusarium di jagung melalui perlukaan atau sporanya terbawa angin, menginfeksi, hingga berkembang dalam jaringan tanaman. “Awal infeksinya dari permukaan tanah atau inang lainnya, terdeposisi ke rambut jagung, masuk ke dalam tongkol, menginfeksi biji, dan terbawa ke tempat penyimpanan,” jelasnya.
Aspergillus dan fusarium tumbuh sangat baik di Indonesia. “Tersebar luas di sentra pertanaman jagung seluruh Indonesia baik di Jawa, Sulawesi. Hasil survei saya, di Sulsel hampir semua ditemukan aspergillus dan fusarium dengan konsentrasi berbeda di setiap tempat,” urainya.
Kedua patogen ini umumnya bersamaan menginfeksi jagung. Pada kondisi hujan biasanya fusarium mendominasi sedangkan di penyimpanan dan kondisi agak kering, aspergillus cepat menyebar.
Penyebab
Christanti menjelaskan, ada 3 elemen yang berpengaruh pada kehadiran penyakit. Yaitu, tanaman yang rentan, lingkungan yang mendukung, dan keberadaan penyakit.
Penyebab
Christanti menjelaskan, ada 3 elemen yang berpengaruh pada kehadiran penyakit. Yaitu, tanaman yang rentan, lingkungan yang mendukung, dan keberadaan penyakit.
Contoh perilaku budidaya yang bisa memicu tumbuhnya jamur penghasil mikotoksin ialah menanam terlalu rapat di musim hujan dan tidak memperhatikan sanitasi lahan baik kebersihan saluran irigasi maupun gulma.
Ia menekan pentingnya pengendalian gulma karena pada kondisi tertentu, kompetisi dengan gulma bisa menurunkan produksi jagung hingga 40%.
Ia menekan pentingnya pengendalian gulma karena pada kondisi tertentu, kompetisi dengan gulma bisa menurunkan produksi jagung hingga 40%.
Saat musim hujan, keberadaan gulma meningkatkan kelembapan lahan sehingga optimal untuk pertumbuhan berbagai jenis fungi, termasuk aspergillus dan fusarium.
“Gulma harus terkendalikan, kita memiliki ambang batas 10%-20% maksimum dari total lahan untuk gulma, Selama masih di bawah 20%, nggak apa-apa,” jelasnya.
Lahan yang tidak bersih dengan limbah tumpukan sisa panen, ucap Syahrir, membuat aspergillus dan fusarium tumbuh optimal.
Lahan yang tidak bersih dengan limbah tumpukan sisa panen, ucap Syahrir, membuat aspergillus dan fusarium tumbuh optimal.
“Populasinya tinggi di lapang karena salah satu sifat cendawan patogen ini miselianya bisa bertahan hidup di tanah dalam waktu yang cukup lama, 1-2 tahun terutama bila tidak ada perlakuan,” imbuhnya.
Selain itu, sistem monokultur dan panen saat hujan memicu intensitas infeksi. “Sistem tanam monokultur saja menyebabkan inang di lapang tersedia terus dan selalu jadi kendala pascapanen jagung,” timpalnya.
Pengendalian Budidaya
Pengendalian mikotoksin di jagung harus dilakukan sejak budidaya hingga pascapanen. Apalagi, ungkap Prof. Budi Tangendjaja, Ahli Nutrisi Ternak, di Indonesia mikotoksin merupakan masalah klasik menahun. Keberadaannya cenderung naik saat musim hujan bersamaan panen raya.
Di hulu, Christanti menegaskan, petani harus menerapkan pengendalian hama dan penyakit secara terpadu serta tidak sekadar mengandalkan obat-obatan kimia.
Selain itu, sistem monokultur dan panen saat hujan memicu intensitas infeksi. “Sistem tanam monokultur saja menyebabkan inang di lapang tersedia terus dan selalu jadi kendala pascapanen jagung,” timpalnya.
Pengendalian Budidaya
Pengendalian mikotoksin di jagung harus dilakukan sejak budidaya hingga pascapanen. Apalagi, ungkap Prof. Budi Tangendjaja, Ahli Nutrisi Ternak, di Indonesia mikotoksin merupakan masalah klasik menahun. Keberadaannya cenderung naik saat musim hujan bersamaan panen raya.
Di hulu, Christanti menegaskan, petani harus menerapkan pengendalian hama dan penyakit secara terpadu serta tidak sekadar mengandalkan obat-obatan kimia.
Yaitu, menanam varietas jagung yang tahan fungi lalu melakukan budidaya yang benar. Ia menyebut, P32 Singa, P35 Banteng, dan P36 Bekisar sebagai pilihan varietas jagung yang mumpuni menghadapi serangan hama dan penyakit.
Yang paling banyak diminta yaitu P32 Singa sebagai solusi petani di daerah bertekanan penyakit tinggi. “P32 sangat membantu petani di Sumut, dataran tinggi di atas 1.000 m dpl karena sangat toleran berbagai jenis penyakit, termasuk jamur yang menghasilkan mikotoksin,” urainya.
Strategi menghindari infeksi mikotoksin, ungkap Syahrir, menanam benih jagung yang berlabel dan tahan fungi. Secara morfologi, varietas yang ditanam punya kelobot tertutup sehingga dapat menekan infeksi di lapang. Pasalnya, fungi bisa menginfeksi benih dengan tidak bergejala.
Yang paling banyak diminta yaitu P32 Singa sebagai solusi petani di daerah bertekanan penyakit tinggi. “P32 sangat membantu petani di Sumut, dataran tinggi di atas 1.000 m dpl karena sangat toleran berbagai jenis penyakit, termasuk jamur yang menghasilkan mikotoksin,” urainya.
Strategi menghindari infeksi mikotoksin, ungkap Syahrir, menanam benih jagung yang berlabel dan tahan fungi. Secara morfologi, varietas yang ditanam punya kelobot tertutup sehingga dapat menekan infeksi di lapang. Pasalnya, fungi bisa menginfeksi benih dengan tidak bergejala.
“Biji tidak bergejala bisa membawa fusarium 8%-10%,” katanya yang menyinggung benih bioteknologi atau biotek (genetically modivied organism, GMO) tahan fungi secara genetik dan morfologi.
Budi menambahkan, jagung GMO terhindar paparan mikotoksin karena tahan serangga sehingga mencegah kerusakan tanaman dan mencegah tumbuhnya fungi.
Budi menambahkan, jagung GMO terhindar paparan mikotoksin karena tahan serangga sehingga mencegah kerusakan tanaman dan mencegah tumbuhnya fungi.
“Jagung GMO yang tidak rusak oleh insek juga lebih tahan terhadap mikotoksin. Kalau dimakan ayam, itu dicerna semua, nggak ada efek sampingnya,” ucapnya. Ia menyayangkan Indonesia belum mau mengadopsi penanaman benih GMO.
Apalagi, sambung Christanti, benih biotek yang tahan glifosat juga memudahkan pengendalian gulma. “Di negara yang sudah membolehkan biotek, petani menggunakan glyphosate ready. Jadi, saat jagung umur 30-40 HST, disemprot pakai glifosat, rumputnya mati, jagungnya tidak rusak,” paparnya.
Langkah berikutnya, masih menurut alumni Universitas Brawijaya, Malang, Jatim itu, petani harus mempersiapkan lahan yang baik seperti pengolahan tanah, persiapan saluran irigasi, dan pengendalian gulma sejak jagung berumur 0-40 HST.
Apalagi, sambung Christanti, benih biotek yang tahan glifosat juga memudahkan pengendalian gulma. “Di negara yang sudah membolehkan biotek, petani menggunakan glyphosate ready. Jadi, saat jagung umur 30-40 HST, disemprot pakai glifosat, rumputnya mati, jagungnya tidak rusak,” paparnya.
Langkah berikutnya, masih menurut alumni Universitas Brawijaya, Malang, Jatim itu, petani harus mempersiapkan lahan yang baik seperti pengolahan tanah, persiapan saluran irigasi, dan pengendalian gulma sejak jagung berumur 0-40 HST.
“Saat jagung sudah berdiri, aplikasikan fungisida yang bisa membantu menekan pertumbuhan berbagai jenis jamur. Salah satu bahan aktif yang bisa membantu mancozeb atau azoxystrobin,” katanya yang kembali menekankan pengendalian hama dan penyakit terpadu.
Syahrir mengingatkan, petani harus membersihkan lahan dari sisa hasil panen, seperti batang atau jerami karena bisa menjadi tempat berkembangnya jamur. “Miselia cendawan ini dapat hidup lama pada sisa hasil panen dan jadi sumber awal,” tandasnya.
Panen dan Pascapanen
Sebelum memanen jagung, tutur Christanti, sebaiknya mesin panen (combine harvester) dibersihkan untuk membuang kotoran di dalamnya. “Itu berbahaya kalau nggak dibersihkan. Harus dibersihkan dulu, mesinnya diputar 1-2 kali running (operasi) baru digunakan,” imbuhnya.
Setelah panen, urai Budi, kendalikan mikotoksin dengan mengurangi kadar air dan mencegah tumbuhnya fungi saat jagung disimpan. Ia mengatakan, mengecek pertumbuhan jamur lebih tepat dengan water activity (aw).
Syahrir mengingatkan, petani harus membersihkan lahan dari sisa hasil panen, seperti batang atau jerami karena bisa menjadi tempat berkembangnya jamur. “Miselia cendawan ini dapat hidup lama pada sisa hasil panen dan jadi sumber awal,” tandasnya.
Panen dan Pascapanen
Sebelum memanen jagung, tutur Christanti, sebaiknya mesin panen (combine harvester) dibersihkan untuk membuang kotoran di dalamnya. “Itu berbahaya kalau nggak dibersihkan. Harus dibersihkan dulu, mesinnya diputar 1-2 kali running (operasi) baru digunakan,” imbuhnya.
Setelah panen, urai Budi, kendalikan mikotoksin dengan mengurangi kadar air dan mencegah tumbuhnya fungi saat jagung disimpan. Ia mengatakan, mengecek pertumbuhan jamur lebih tepat dengan water activity (aw).
Water activity ialah jumlah air bebas di dalam jagung yang bisa dimanfaatkan fungi. “Patokannya paling tidak aw 0,62 kalau pengen menghambat jamur, beberapa toleran sampai 0,65. Kalau dibawah itu maka jamurnya nggak akan tumbuh. aw sekitar 0,65 biasanya kadar air jagung harus di bawah 14%,” paparnya.
Fungi tumbuh ideal di kadar air 16%-18%. Karena itu setelah panen, ia menyarankan jagung segera dikeringkan dengan pengering (dryer) sampai kadar air di bawah 14%. Jika tidak, mikroba selain jamur juga berpeluang tumbuh.
Fungi tumbuh ideal di kadar air 16%-18%. Karena itu setelah panen, ia menyarankan jagung segera dikeringkan dengan pengering (dryer) sampai kadar air di bawah 14%. Jika tidak, mikroba selain jamur juga berpeluang tumbuh.
“Setiap mikroba, entah bakteri, jamur, kapang, yeast (ragi) membutuhkan kadar air tertentu. Untuk aW tinggi, misalnya 0,85 ke atas itu paling ideal tumbuhnya bakteri asam laktat, bakteri pembusuk akan dengan mudah tumbuh,” terangnya.
Sedangkan, mencegah fungi saat penyimpanan dengan aplikasi antijamur berbahan aktif asam propianat dan pengikat mikotoksin (mycotoxin binder).
Setelah dikeringkan, Syahrir menganjurkan, jagung disimpan dalam karung khusus berlapis plastik atau karung hermetik agar tidak terkontaminasi dari luar.
Setelah dikeringkan, Syahrir menganjurkan, jagung disimpan dalam karung khusus berlapis plastik atau karung hermetik agar tidak terkontaminasi dari luar.
“Saat pengolahan, hindari kerusakan biji. Kumbang bubuk (Xytophilus sp) sebagai vektor penyebar dalam penyimpanan dapat berkembang kalau pengeringan tidak optimal dan biji banyak yang pecah,” tukasnya.
Gudang penyimpanan harus rutin disterilkan dengan asam propionat, suhu terjaga 15-17 ˚C, dan kelembapan 62%. Pengangkutan antarpulau harus dalam paket yang tidak mudah terkontaminasi air.
Khusus peternak ayam yang meramu pakan sendiri (selfmixing), Budi menyarankan memilih jagung berkualitas dengan screening ultraviolet, mengendalikan mikotoksin saat disimpan, dan lebih waspada di musim hujan karena banyak terjadi masalah mikotoksin.
Khusus peternak ayam yang meramu pakan sendiri (selfmixing), Budi menyarankan memilih jagung berkualitas dengan screening ultraviolet, mengendalikan mikotoksin saat disimpan, dan lebih waspada di musim hujan karena banyak terjadi masalah mikotoksin.
“Mulai belajar bagaimana mengetes kualitas jagung yang masuk, mengendalikan situasi di musim penghujan, membuatkan sistem sampai mengendalikan ketika ditemukan adanya masalah mikotoksin,” jabarnya.
Doktor lulusan University of South Wales, Australia ini mengatakan, Indonesia belum detail mengatur kadar toleransi mikotoksin. Mengacu Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika (FDA) kadar mikotoksin pada ayam yang masih tumbuh (immature) maksimum 20 ppb.
Doktor lulusan University of South Wales, Australia ini mengatakan, Indonesia belum detail mengatur kadar toleransi mikotoksin. Mengacu Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika (FDA) kadar mikotoksin pada ayam yang masih tumbuh (immature) maksimum 20 ppb.
Karena itu, ia menyarankan, revisi Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk jagung secara menyeluruh baik level kualitas (grade) maupun kadar mikotoksin untuk setiap industri pengguna.
“SNI harus dibagi, yaitu SNI untuk jagung tertentu mempunyai mikotoksin aflatoksin dibawah 20 ppb misalnya, tapi untuk ayam besar masih ditolerir sampai 100 ppb. Jadi, harus diberikan patokan SNI tidak hanya aflatoksin, mikotoksin, tetapi grade jagung juga. Nggak usah bikin sendirilah. Adopsi dari negara lain yang sudah berjalan puluhan tahun, kita modifikasi. Itu saran saya supaya melangkah lebih baik,” tandasnya. Dengan mikotoksin terkendali, petani dan peternak bakal hepi.
Windi Listianingsih dan Brenda Andriana
“SNI harus dibagi, yaitu SNI untuk jagung tertentu mempunyai mikotoksin aflatoksin dibawah 20 ppb misalnya, tapi untuk ayam besar masih ditolerir sampai 100 ppb. Jadi, harus diberikan patokan SNI tidak hanya aflatoksin, mikotoksin, tetapi grade jagung juga. Nggak usah bikin sendirilah. Adopsi dari negara lain yang sudah berjalan puluhan tahun, kita modifikasi. Itu saran saya supaya melangkah lebih baik,” tandasnya. Dengan mikotoksin terkendali, petani dan peternak bakal hepi.
Windi Listianingsih dan Brenda Andriana