Foto: Dok. DJPB KKP
Pakan mandiri menghemat biaya produksi budidaya dan mempercepat panen
Aplikasi pakan ikan mandiri diklaim mampu menghemat 30% biaya produksi akuakultur. Bagaimana performanya?
Efisiensi pakan menjadi salah satu kunci sukses peningkatan daya saing industri akuakultur (perikanan budidaya). Karena itu, Ditjen Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan (DJPB KKP) aktif mengembangkan pakan ikan mandiri di sentra produksi akuakultur sejak 2015.
Menurut Slamet Soebjakto, Dirjen Perikanan Budidaya, KKP, pakan mandiri memiliki peran strategis karena pakan menempati biaya terbesar dalam produksi akuakultur. Apalagi, produksinya terus ditingkatkan seiring kenaikan permintaan ikan setiap tahun.
“Kita terus meningkatkan produksi perikanan budidaya, khususnya ikan air tawar karena menduduki hampir 60% produksi perikanan budidaya. Ini menjadi penting untuk dikembangkan karena biaya terbesar usaha budidaya adalah pakan. Dengan pakan mandiri, kita akan memajukan perikanan budidaya,” tegasnya.
Sebaran dan Manfaat Pakan Mandiri
Aplikasi pakan mandiri, Mimid Abdul Hamid, Direktur Pakan dan Obat Ikan, DJPB KKP, menjelaskan, sukses dilakukan kelompok pembudidaya ikan (pokdakan) dan kelompok pakan ikan mandiri (pokandri) di berbagai daerah.
Efisiensi pakan menjadi salah satu kunci sukses peningkatan daya saing industri akuakultur (perikanan budidaya). Karena itu, Ditjen Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan (DJPB KKP) aktif mengembangkan pakan ikan mandiri di sentra produksi akuakultur sejak 2015.
Menurut Slamet Soebjakto, Dirjen Perikanan Budidaya, KKP, pakan mandiri memiliki peran strategis karena pakan menempati biaya terbesar dalam produksi akuakultur. Apalagi, produksinya terus ditingkatkan seiring kenaikan permintaan ikan setiap tahun.
“Kita terus meningkatkan produksi perikanan budidaya, khususnya ikan air tawar karena menduduki hampir 60% produksi perikanan budidaya. Ini menjadi penting untuk dikembangkan karena biaya terbesar usaha budidaya adalah pakan. Dengan pakan mandiri, kita akan memajukan perikanan budidaya,” tegasnya.
Sebaran dan Manfaat Pakan Mandiri
Aplikasi pakan mandiri, Mimid Abdul Hamid, Direktur Pakan dan Obat Ikan, DJPB KKP, menjelaskan, sukses dilakukan kelompok pembudidaya ikan (pokdakan) dan kelompok pakan ikan mandiri (pokandri) di berbagai daerah.
“Pakan-pakan lebih rendah harganya, bisa Rp1.000-Rp3.000/kg dibandingkan pakan komersial atau pabrikan,” terangnya pada webinar “Dengan Pakan Mandiri, Budidaya Tetap Jaya di Tengah Pandemi”, Rabu (18/11).
Pakan patin dengan berbagai kadar protein, ulas Mimid, harganya sangat terjangkau. Pakan patin protein 25% dibanderol Rp5.500-Rp6.000/kg sedangkan protein 28%-30% senilai Rp6.000-Rp7.000/kg. Sementara, pakan lele protein 30% dijual Rp8.000-Rp8.500/kg.
Pakan patin dengan berbagai kadar protein, ulas Mimid, harganya sangat terjangkau. Pakan patin protein 25% dibanderol Rp5.500-Rp6.000/kg sedangkan protein 28%-30% senilai Rp6.000-Rp7.000/kg. Sementara, pakan lele protein 30% dijual Rp8.000-Rp8.500/kg.
Di Indramayu, Jawa Barat, pokandri sudah bisa memproduksi pakan udang berprotein 25% dengan harga Rp8.000/kg. Di samping itu, lanjutnya, “Kelompok pakan mandiri di Jawa Timur bisa memproduksi pakan udang dan pakan bandeng.”
Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung juga berhasil memproduksi pakan mandiri untuk ikan air laut. “Pakan bawal bintang dengan kandungan protein 40% bisa diproduksi dengan harga Rp12.500/kg dan pakan mandiri untuk kakap putih bisa diproduksi dengan harga sekitar Rp13.500/kg," ungkap Mimid.
Kisah sukses ini membuat KKP gencar mendorong produksi pakan mandiri dengan memberi stimulus bantuan mesin dan bahan baku pakan bagi pokdakan dan pokandri. Untuk program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) Tahun 2020, tersedia bantuan 33 paket bahan baku pakan untuk 24 kabupaten/kota dan 77 paket mesin pakan untuk 56 kabupaten/kota.
Terlebih, bahan baku lokal untuk pembuatan pakan ikan mandiri sangat melimpah. Bahan baku ini terdiri atas bahan baku hewani, seperti kekerangan, dan bahan baku nabati berupa tanaman legum atau indigofera. Selain itu, KKP juga mengembangkan maggot sebagai bahan baku pakan alternatif pengganti protein tepung ikan.
Mimid mengingatkan pembudidaya agar meningkatkan kualitas dan mempeluas sebaran pakan mandiri. Karena itu, pembudidaya harus mendaftarkan pakan mandiri terlebih dulu.
Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung juga berhasil memproduksi pakan mandiri untuk ikan air laut. “Pakan bawal bintang dengan kandungan protein 40% bisa diproduksi dengan harga Rp12.500/kg dan pakan mandiri untuk kakap putih bisa diproduksi dengan harga sekitar Rp13.500/kg," ungkap Mimid.
Kisah sukses ini membuat KKP gencar mendorong produksi pakan mandiri dengan memberi stimulus bantuan mesin dan bahan baku pakan bagi pokdakan dan pokandri. Untuk program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) Tahun 2020, tersedia bantuan 33 paket bahan baku pakan untuk 24 kabupaten/kota dan 77 paket mesin pakan untuk 56 kabupaten/kota.
Terlebih, bahan baku lokal untuk pembuatan pakan ikan mandiri sangat melimpah. Bahan baku ini terdiri atas bahan baku hewani, seperti kekerangan, dan bahan baku nabati berupa tanaman legum atau indigofera. Selain itu, KKP juga mengembangkan maggot sebagai bahan baku pakan alternatif pengganti protein tepung ikan.
Mimid mengingatkan pembudidaya agar meningkatkan kualitas dan mempeluas sebaran pakan mandiri. Karena itu, pembudidaya harus mendaftarkan pakan mandiri terlebih dulu.
“Sehingga, bisa didistribusikan secara nasional karena telah memenuhi standar. Kelompok bisa mendaftarkan atau melakukan sertifikasi Cara Pembuatan Pakan Ikan yang Baik (CPPIB) untuk terus menjaga kualitas,” timpal dia. Harapannya, pakan mandiri bisa berkelanjutan dari sisi ekonomi dan tersedia di masyarakat sesuai kualitas dan standar pasar.
Sukses Produksi Pakan Mandiri
Kisah sukses produksi dan aplikasi pakan mandiri dirasakan Wahyudiono, Asosiasi Pakan Mandiri Nasional (APMN) di Probolinggo, Jawa Timur. Ketua Kelompok Pembudidaya Ikan Berkah Siongan di Banjarsari, Kec. Sumberasin ini sukses memproduksi pakan mandiri untuk lele dengan protein mencapai 31%.
Sukses Produksi Pakan Mandiri
Kisah sukses produksi dan aplikasi pakan mandiri dirasakan Wahyudiono, Asosiasi Pakan Mandiri Nasional (APMN) di Probolinggo, Jawa Timur. Ketua Kelompok Pembudidaya Ikan Berkah Siongan di Banjarsari, Kec. Sumberasin ini sukses memproduksi pakan mandiri untuk lele dengan protein mencapai 31%.
Awalnya, ia membuat pakan lele memakai tepung ikan dari menjala di laut dan menghasilkan protein 15%. Dengan penambahan dedak, tepung gaplek, tepung kulit rajungan, minyak ikan, dan silase, protein pakan lele itu naik menjadi 26%.
Wahyu terus berupaya agar protein pakan lele buatannya bisa lebih tinggi. Ia pun menghaluskan lagi bahan baku pakan yang digunakan. “Tepung ikan yang kurang halus, dihaluskan lagi, dedak juga dihaluskan, cangkang rajungan diganti dengan tepung jagung, ditambahkan probiotik herbal yang saya buat. Akhirnya, proteinnya mencapai 31%,” terang dia semringah.
Apalagi, harga pakan buatan Wahyu lebih murah daripada pakan pabrikan ditambah produksi lele semakin besar. “Panen lele dengan pakan mandiri ini sangat meningkat. Ikannya sehat dan hasil panennya juga banyak,” seru pembudidaya kelahiran1 Februari 1974 itu bahagia.
Para pembudidaya patin di Kabupaten Batang Hari, Jambi juga menikmati manfaat pakan mandiri. Imza Hermawan, Ketua Asosiasi Pembudidaya Catfish Indonesia (APCI) mengungkap, pakan mandiri mempermurah biaya produksi patin sebab harganya hanya Rp4.100/kg.
Wahyu terus berupaya agar protein pakan lele buatannya bisa lebih tinggi. Ia pun menghaluskan lagi bahan baku pakan yang digunakan. “Tepung ikan yang kurang halus, dihaluskan lagi, dedak juga dihaluskan, cangkang rajungan diganti dengan tepung jagung, ditambahkan probiotik herbal yang saya buat. Akhirnya, proteinnya mencapai 31%,” terang dia semringah.
Apalagi, harga pakan buatan Wahyu lebih murah daripada pakan pabrikan ditambah produksi lele semakin besar. “Panen lele dengan pakan mandiri ini sangat meningkat. Ikannya sehat dan hasil panennya juga banyak,” seru pembudidaya kelahiran1 Februari 1974 itu bahagia.
Para pembudidaya patin di Kabupaten Batang Hari, Jambi juga menikmati manfaat pakan mandiri. Imza Hermawan, Ketua Asosiasi Pembudidaya Catfish Indonesia (APCI) mengungkap, pakan mandiri mempermurah biaya produksi patin sebab harganya hanya Rp4.100/kg.
“Labanya luar biasa karena (pembudidaya) mendapatkan harga (patin) Rp14.500/kg. Seandainya harga Rp13 ribu/kg, juga tetap untung. Jadi, pakan mandiri mempermurah biaya produksi,” urainya.
Imza menuturkan, hampir semua kolam patin di Batang Hari berukuran 400 m2 dengan padat terbar benih 3.000-4.000 ekor/kolam. Awal pemeliharaan patin, pembudidaya menggunakan pakan pabrikan lalu dilanjutkan pakan mandiri.
Imza menuturkan, hampir semua kolam patin di Batang Hari berukuran 400 m2 dengan padat terbar benih 3.000-4.000 ekor/kolam. Awal pemeliharaan patin, pembudidaya menggunakan pakan pabrikan lalu dilanjutkan pakan mandiri.
Pakan mandiri untuk patin, sambung dia, biasanya terbuat dari ikan rucah dengan bungkil kelapa atau bungkil sawit. “Hasilnya luar biasa. Dengan modal Rp18 juta, bisa mendapatkan keuntungan Rp15 juta. Sehingga, dapat ditarik kesimpulan bahwa pandemi Covid-19 di Batang Hari tidak mengganggu pemasaran dan pakan mandiri memang salah satu solusi usaha budidaya patin,” pungkasnya.
Pun pembudidaya di Kabupaten OKU Timur, Sumatera Selatan mengamini efektivitas pakan mandiri. “Pakan mandiri yang kami produksi mampu mempercepat masa panen, memangkas biaya produksi budidaya, kualitas daging ikan patin lebih baik dan minim dampak pencemaran air," kata Purwanto, ketua APMN OKU Timur.
Pun pembudidaya di Kabupaten OKU Timur, Sumatera Selatan mengamini efektivitas pakan mandiri. “Pakan mandiri yang kami produksi mampu mempercepat masa panen, memangkas biaya produksi budidaya, kualitas daging ikan patin lebih baik dan minim dampak pencemaran air," kata Purwanto, ketua APMN OKU Timur.
Pokdakan Mitra Mandiri berhasil memproduksi pakan ikan mandiri super patin skala medium. Produksinya sebanyak 1,2–1,6 ton/hari dengan bahan baku lokasl 70% dan bahan baku impor 30%.
Windi Listianingsih
Windi Listianingsih