Foto: WINDI L.
Ekspor pertanian semakin mudah
Jakarta (AGRINA-ONLINE.COM) . Nilai ekspor pertanian selama pandemi covid-19 terus meningkat. Menurut Ali Jamil, Kepala Badan Karantina Pertanian(Barantan) Kementerian Pertanian, nilai ekspor pertanian pada Januari-Oktober 2020 naik 12,09%. Angka ini mencapai Rp37,5 triliun daripada periode yang sama di 2019.
“Berdasarkan apa yang disampaikan Bapak Syahrul Yasin Limpo (Menteri Pertanian) dari data BPS di masa pandemi ini, dapat kita katakan kinerja pertanian termasuk ekspor pertanian tumbuh baik dibandingkan periode sama tahun lalu,” ujar Ali Jamil pada Diskusi Webinar “Ekspor Pertanian: Strategi dan Peluang” yang diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (FORWATAN) dan Barantan, Selasa (24/11).
Ali Jamil menjelaskan, Kementan punya 5 kebijakan strategis dalam menyukseskan Gerakan Tiga kali Ekspor (Gratieks) yang dicanangkan Menteri Pertanian (Mentan). Harapannya, pada akhir 2024 ekspor pertanian mencapai Rp1.800 triliun dari Rp550 triliun pada 2019.
Kebijakan strategis pertama, meningkatkan volume ekspor melalui kerjasama dengan pemerintah daerah dan stakeholder (pemangku kepentingan) untuk melakukan terobosan dan inovasi kebijakan ekspor (3K).Kedua, menambah negara mitra dagang lewat kerjasama dan harmonisasi aturan protokol karantina secara bilateral dan multilateral.
Ketiga, mendorong pertumbuhan eksportir baru dengan cara mendorong tumbuhnya agropreneur berorientasi ekspor.Terkait ini, Kementan punya program mencetak 2,5 juta petani milenial sehingga ada 500 ribu petani milenial per tahun.
“Kami juga mengapresiasi program Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Barat yang meminta 1.000 petani milenial untuk menggarap lahan tidur milik pemerintah," ujar Ali Jamil.
Keempat, menambah ragam komoditas ekspor melalui ekspor dalam bentuk olahan, kerjasama dengan pemerintah daerah dan stakeholder, menggali potensi daerah (iMace),dan mendorong tumbuhnya investasi.
”Arahan Presiden dan Menteri,jangan lagi mengekspor dari hulunya karena permintaan hilirnya masih unlimited(tidak terbatas),” ulas Ali Jamil.
Kelima, meningkatkan frekuensi pengiriman dengan percepatan layanan ekspor.Peningkatan volume ekspor ini diperkuat dengan kerja sama perjanjian sanitary and phytosanitary (SPS) dengan negara mitra.
Sahara, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi FEM, IPBUniversity menegaskan,sektor pertanian sangat tangguh di tengah kondisi pandemi covid-19. Meski begitu, ia menyarankan pemerintah memperkuat faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor, salah satunya dwelling timedi pelabuhan. “Ini yang harus dikurangi. Lamanya waktu bongkar-muat (dwelling time) membuat tidak efisien,”kritiknya.
Beberapa faktor penentu ekspor lainnya adalah biaya logistik, ketelusuran yang meliputi kemanan pangan (food safety), isu lingkungan, kesejahteraan hewan, hingga tenaga kerja. Dan yang tidak kalah penting adalah kebijakan non tarif (non tariff measures, NTMs).
“Biaya logistik dan non-tarif barriers sangat berpengaruh terhadap kinerja ekspor,” tandasnya.
Ricky Subagja, eksportir tanaman hias memaparkan, ekspor pertanian semakin mudah dengan kebijakan barantan. Ia mengekspor tanaman hias seperti philoderon, monstera, calathea, dan adeniumke Jerman, Kanada, Belgia, dan Amerika Serikat.
“Regulasi sangat mudah dari pemerintah. Selama ini, kita tidak menyalahi peraturan,” katanya yang mengeskpor 1.000-2.000 tanaman hias per bulan.
Untuk menembus pasar ekspor, Rixky mengandalkan lahan 250 m2 dan bermitra dengan petani. “Walaupun lahan saya tidak luas, tetapi saya merangkul petani lainnya. Kurang lebih ada 10 petani yang saya bina,” pungkasnya.
Windi Listianingsih