Jumat, 20 Nopember 2020

Industri Sawit Andalan Perekonomian Indonesia

Industri Sawit Andalan Perekonomian Indonesia

Foto: WINDI L.
Industri Sawit Meningkat Pesat

Jakarta (AGRINA-ONLINE.COM). Dalam delapan tahun terakhir, industri kelapa sawit di Indonesia telah berkontribusi sangat besar bagi perekonomian. Pada 2019 saja, industri sawit mampu menyumbang ekspor senilai US$20,5 miliar.

“Industri sawit, baik perkebunan dan industri hilirnya, menyerap tenaga kerja yang sangat besar dan penyumbang devisa terbesar bagi negara,” ungkap Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI), Derom Bangun saat peringatan Hari Sawit Nasional (18/11).

Meski menghadapi pandemi Covid-19, Derom memprediksi, tahun ini nilai ekspor sawit tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya. Industri sawit terus meningkat dengan melahirkan terobosan dan inovasi di berbagai bidang, seperti refine and unmodified oli, energi, hingga oleochemical (oleokimia).

Pada bidang refining and unmodified oil, kebijakan Bea Keluar (BK) dan Tarif Bea Keluar dengan PMK No.11/2011 sukses mendorong hilirisasi. Ini terbukti dengan naiknya kapasitas refinari dari 46 juta ton pada 2011 menjadi 65 juta ton di 2019.

Katalis Merah Putih menjadi terobosan yang mendapat perhatian di bidang energi. “Katalis Merah Putih perubah sawit menjadi biohidrokarbon dapat menjadi asupan Kilang Biohidrokarbon untuk menghasilkan Diesel Bio H dan juga Bensin Bio H,” lanjutnya. Selain itu, juga dikembangkan produk minyak sawit spesifikasi baru yang disebut Industrial Vegetable Oil (IVO).

Biodiesel yang mulai dikembangkan pada 2006 dengan bauran B-5 juga mengalami kenaikan signifikan. “Dengan meningkatnya kualitas Fatty Acid Methyl Ester (FAME), kini kita sudah bisa dengan bauran B-30,” kata Derom.

Saat ini kapasitas biodiesel Indonesia sebanyak 11,5 KL/tahun. Kapasitas ini masih akan terus meninggi sampai 2021 dengan tambahan 600 KL/tahun akibat tumbuhnya investasi pada industri FAME.

Perkembangan Industri oleokimia selama 8 tahun terakhir sangat pesat. “Baik kapasitas maupun jumlah produsen indutri oleochemical ini berkembang pesat,” ungkap Derom.

Pada 2011 hanya ada 5 perusahaan oleokimia dengan kapasitas 2,3 juta ton. Kini, kapasitas produksinya naik lima kali lipat menjadi 11,3 juta ton yang didukung 21 perusahaan. Peningkatan ini tidak lepas dari berbagai insentif investasi yang dikeluarkan pemerintah sejak 2012.

Karena itu, derom menegaskan, Industri Sawit secara keseluruhan masih dapat diandalkan sebagai penopang perekonomian Indonesia. “Industri ini juga mampu menjadi daya tarik bagi investor baik dalam maupun luar negeri,” tandasnya.

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) menyebut, sawit menjadi dukungan terbesar dalam mendapatkan devisa negara. Ia pun meminta industri sawit sebagai koridor pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan.

“(Sertifikasi) ISPO dari 17 goals SDGs, 12 sudah tercover di ISPO,” imbuh Dirjen Perkebunan, Kementan, Kasdi Subagyono.

SYL menegaskan, Kementan berkomitmen membangun kebijakan dan program dalam rangka mendukung pembangunan perkelapasawitan, baik hulu maupun hilir.  Perkembangan luas sawit cukup pesat. Data terbaru 16,38 juta ha (lahan) dan ini menjadi bagian penting untuk meningkatkan upaya produktivitas, terutama di sawit rakyat,” ungkapnya.

Upaya peningkatan produktivitas melalui peremajaan sawit rakyat (PSR) dengan pendanaan BPDPKS. “Upaya akselerasinya terus kita bangun dengan penyederhanaan persyaratan yang semula 14 sekarang hanya 2,” pungkasnya.

 

Windi Listianingsih

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain