Foto: Dok. Kadin
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo di pembukaan JFFS ke-5, mencapai ketahanan pangan dengan teknologi
Jakarta (AGRINA-ONLINE.COM). Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia bersinergi dengan pemerintah untuk membenahi sektor pertanian secara fundamental. Dalam jangka pendek, sinergi ini bertujuan mengantisipasi ancaman krisis pangan akibat pandemi Covid-19 yang sedang melanda dunia, termasuk Indonesia.
Kemudian dalam jangka panjang, sinergi tersebut untuk memperkuat ketahanan pangan, sekaligus meningkatkan kesejahteraan pelaku di sektor pangan, seperti petani, peternak, nelayan, dan industri pengolahan.
Franky Oesman Widjaja, Wakil Ketua Kadin Bidang Agribisnis, Pangan dan Kehutanan mengungkapkan, Kadin mendukung upaya pemerintah mengantisipasi ancaman krisis pangan, terutama di masa pandemi Covid-19. Kadin pun mengapresiasi upaya pemerintah untuk memperkuat ketahanan pangan dengan membangun food estate (lumbung pangan) dan pengesahan Undang-Undang Cipta Kerja.
Kebijakan tersebut dinilainya akan mendorong investasi dan inovasi di bidang pertanian yang berujung pada peningkatan ketahanan pangan nasional. Upaya ini perlu didukung dengan pembenahan sektor pertanian secara fundamental.
Dalam membenahi sektor ini, tambah Franky, kendala terbesar adalah belum lengkapnya ekosistem dari hulu hingga hilir. Sejauh ini, baru industri sawit yang memiliki ekosistem lengkap dari hulu-hilir. “Komoditas lainnya, seperti perkebunan lainnya, peternakan dan perikanan masih belum lengkap,” ujar Franky dalam Jakarta Food Security Summit (JFSS) kelima di Jakarta, Rabu (18/11) yang digelar secara daring.
JFSS-5 yang berlangsung pada 18-19 November 2020 mengangkat tema “Pemulihan Ekonomi Nasional untuk Mendukung Ketahanan Pangan dan Meningkatkan Kesejahteraan Petani, Peternak, & Nelayan.” Kegiatan yang berlangsung sejak 2010 dan telah dilakukan empat kali pada 2010, 2012, 2015 dan 2018, ini bertujuan menggerakkan seluruh pemangku kepentingan dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional dan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani, peternak dan nelayan.
Komoditas pangan juga menghadapi berbagai persoalan seperti lahan, benih, pupuk, irigasi, pembiayaan, pemasaran, serta sarana dan prasarana pertanian. Khusus di hortikultura ditambah fasilitas penyimpanan. Sementara sektor peternakan juga menghadapi masalah bibit, lahan, pembiayaan, dan kelembagaan peternak. Belum lagi sektor perikanan yang menghadapi kendala cold storage, pembiayaan, logistik, serta sarana dan prasarana.
sistem inclusive closed loop (rantai pasok terintegrasi) menurut Franky bisa menjadi jawaban. Sistem ini, jelas Franky, merupakan skema kemitraan saling menguntungkan dari hulu-hilir, sehingga keberlanjutan produksi terjaga diikuti dengan petani, peternak dan nelayan yang sejahtera.
Inclusive closed loop sudah berhasil diterapkan di industri minyak sawit. Dampaknya sangat positif, yaitu industri minyak sawit memiliki daya saing tinggi, produktivitas tinggi dan petani lebih sejahtera. “Industri sawit memiliki kemitraan inclusive closed loop atau ekosistem yang lengkap, mencakup petani, koperasi sebagai wadah petani, perbankan dan offtaker,” ujarnya.
Ketua Komite Tetap Hortikultura Kadin, Karen Tambayong menambahkan, Indonesia bisa mencapai ketahanan pangan melalui upaya penyediaan lahan dan infrastruktur serta peningkatan daya saing. Untuk itu, diperlukan pangkalan data yang real time dengan memanfaatkan penyuluh, petani mileneal dan pemerintah.
Karen menambahkan, inisiatif kolaborasi saling menguntungkan di hulu sampai ke hilir melalui inclusive cloosed loop bisa dikembangkan. Model ini bisa menjadi jembatan untuk petani dengan pasar, sehingga hasil penen tersalurkan, pasokan lebih maksimal dan harga produk menjadi stabil.
“Model closed loop bisa direplika untuk berbagai komoditas. Kuncinyasinergi antara semua pelaku ekonomi di sektor pangan, mulai swasta, BUMN, perbankan, petani, dan akademisi itu penting,” bahasnya.
Kadin telah melakukan pilot project inclusive closed loop dengan petani cabai di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Dalam pilot project tersebut terdapat 16 pihak yang terlibat. Yaitu Kementerian Koordinator Perekonomian, Kadin, IPB, Kementerian Pertanian, Koperasi, PT KAI, Pupuk Kujang, East West, Bayer, Paskomnas, Indofood, 8 Villages, Petani Melinial Eptilu, BRI, Merci Corps dan UNPAD.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menimpali, peningkatan produktivitas hanya bisa dicapai melalui peningkatan teknologi, seperti mekanisasi pertanian. Ia mengungkapkan, Presiden Joko Widodo telah meminta Kementerian Pertanian agar memfokuskan kepada penggunaan teknologi pertanian ke depan sebagai strategi untuk mencapai ketahanan pangan. “Peran teknologi ini memang akan kami tingkatkan,” tandasnya.
Try Surya A