Rabu, 5 Agustus 2020

Rendah Aflatoksin, Petani Jagung NTB Siap Penuhi Ekspor

Rendah Aflatoksin, Petani Jagung NTB Siap Penuhi Ekspor

Foto: Istimewa
PT Datu Nusa Agribisnis ekspor 200-400 ton jagung dalam sebulan

Jakarta (AGRINA-ONLINE.COM). Jumlah produksi jagung di Indonesia setiap tahun kurang lebih 22 juta ton dengan penggunaan Lebih dari 70% produksi untuk bahan baku pakan ternak, terutama unggas. Selain itu jagung juga digunakan sebagai bahan baku industri pangan dengan syarat kadar alfatoksin di bawah 20 ppb.
 
Di dalam negeri, koperasi Dinamika Nusa Agribisnis (DNA) di Lombok Timur mampu memproduksi jagung rendah alfatoksin. Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi NTB Husnul Fauzi mengatakan, produksi jagung rendah alfatoksin di Nusa Tenggara Barat sudah dilakukan sejak tahun 2019 dan mampu menghasilkan rata-rata 20 ton jagung rendah alfatoksin yang digunakan oleh perusahaan penghasil susu sapi segar.
 
"Direncanakan produksi jagung rendah alfatoksin pada tahun 2020 akan lebih besar dengan target produsi sebesar 20.000 ton yang berasal dari 3.500 hektar lahan," kata Husnul di Mataram, Senin (3/8).
 
Dean Novel, pengusaha muda dari PT Datu Nusa Agribisnis mengatakan, ia mulai mengembangkan tanaman jagung 200 hektare di kebun inti sekitar Lombok, Nusa Tenggara Barat. Kemudian membangun kemitraan dengan 7.200 kepala keluarga petani jagung melalui Koperasi DNA, dengan luasan tanaman jagung 7.000 hektare, kebun plasma.
 
Mulanya, Dean fokus bisnis jagung pipilan untuk pakan ternak dengan perlakuan stok gudang, akhirnya Dean mengembangkan produksi jagung khusus subtitusi impor, berupa jagung rendah aflatoksin. Disamping hasil utama berupa jagung, juga diperoleh limbah berupa tongkol jagung yang dijadikan Corncobs Meal dengan volume antara 200 hingga 300 kilogram dari setiap ton jagung pipilan basah. 
 
Peluang pasar ekspor tongkol jagung berasal dari Korea Selatan, disana tongkol jagung yang sudah berbentuk Corncobs meal digunakan sebagai media tanam budidaya jamur.
 
“Corncobs Meal terlihat sederhana, tapi membuatnya tidak mudah, khususnya untuk memenuhi spesifikasi ekspor ke Korea Selatan. Selama ini hanya Tiongkok dan Vietnam yang memasok kebutuhan corncobs meal, dari Indonesia hanya PT Datu Nusa Agribisnis (DNA),” sambung Dean.
 
Saat ini, imbuh Dean, pihaknya melakukan ekspor 200 hingga 400 ton dalam sebulan. “Rata-rata 300 ton, setiap bulannya dengan harga 135,00 USD per metrik ton, semua dipasok dari Lombok, hingga saat ini buyer dari Korea, puas memakai produksi kami,” tambah Dean.
 
Untuk meningkatkan kapasitas usahanya Dean juga melakukan kerjasama dengan berbagai pelaku usaha diantaranya perbankan yang menyediakan kredit murah dari program kredit usaha rakyat, pabrik benih dan obat-obatan jagung. “PT DNA menjadi offtakernya,” sebut Dean.
 
Sementara itu, Direktur Pemasaran Tanaman Pangan, Gatut Sumbogodjati mengatakan, selain memperhatikan kandungan air pada produksi jagung petani, kadar aflatoksin yang mencapai minimal 20 ppb dapat menambah nilai jual produk jagung petani.
 
Hal ini dibutuhkan untuk membuat pakan ternak sehat yang dibutuhkan oleh industri. Langkah menggalakkan produksi jagung rendah aflatoksin di dalam negeri juga untuk menekan impor jagung, dimana komoditas jenis ini sebelumnya lebih banyak didatangkan dari luar negeri oleh sektor industri.
 
Di lain kesempatan, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi meyakini, Indonesia memiliki potensi untuk memproduksi Jagung Rendah Aflatoksin sebagai substitusi impor jagung untuk kebutuhan khusus sekaligus menghasilkan Corncobs Meal yang dapat diekspor.
 
Try Surya A
 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain