Bisnis perikanan sangat khas karena itu perlu memahami bisnis dan fokus.
Industri pengolahan ikan mengalami goncangan signifikan saat pandemi Covid-19. Bagaimana strategi untuk keluar dari situasi sulit ini? Simak penuturan ekslusif Budhi Wibowo, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I) menghadapi dinamika pasar industri perikanan serta kunci meraih kesuksesan bisnis dan kehidupan.
Bahan Baku
Pasar produk perikanan lokal dan global terus bergairah. Sayangnya, para pelaku unit pengolahan ikan (UPI) belum bisa memenuhi kebutuhan pasar karena kurangnya bahan baku. Menurut Budhi, ini menjadi permasalahan utama UPI di Indonesia sehingga utilitasnya masih kecil, berkisar 60%. Karena itu, AP5I memiliki target utama menambah suplai bahan baku ikan hasil tangkapan dan budidaya.
“Saya pribadi berharap utilitas UPI bisa meningkat sekitar 10% setiap tahunnya. Meskipun, tahun ini mungkin agak sulit tercapai peningkatan tersebut karena adanya wabah COVID-19,” ucap pria kelahiran 27 Mei 1963 ini kepada AGRINA. Ia pun menjalin komunikasi dan koordinasi dengan pemerintah dan para pelaku usaha (stakeholder) lainnya sebagai jalan keluar.
Budhi meminta pemerintah fokus mengembangkan infrastruktur perikanan tangkap dan budidaya. Yaitu, pelabuhan perikanan, listrik, coldstorage (gudang pendingin), pabrik es, air bersih untuk perikanan tangkap dan di perikanan budidaya berupa listrik, irigasi, serta jalan produksi. Khusus udang, ia menganjurkan pembuatan standar operasional prosedur (SOP) budidaya berkelanjutan. SOP harus dipatuhi semua stakeholder agar budidaya udang berkelanjutan.
Selain itu, AP5I mendesak penyederhanaan perizinan perikanan tangkap dan budidaya. Di sisi hulu, AP5I gencar berkoordinasi dengan stakeholder penyedia bahan baku, meliputi nelayan, petambak, dan hatchery (pembenih) agar upaya peningkatan produksi bahan baku perikanan bisa terlaksana.
Tantangan
Budhi mengaku, pasar produk perikanan terimbas pandemi Corona. “Wabah ini menyebabkan pasar food service: hotel, restoran, kafe, katering, turun banyak, baik itu untuk pasar dalam negeri maupun pasar eskpor karena hanya sedikit orang yang makan di luar. Namun, pasar ritel tetap stabil bahkan berkembang,” ulasnya.
Agar bisa bertahan menghadapi situasi ini, UPI melakukan pengalihan dari food service ke ritel walau tidak mudah dan perlu waktu. “Beberapa minggu terakhir ini pasar food service pelan-pelan mulai bergerak, baik di dalam maupun luar negeri karena banyak negara yang melonggarkan lockdown-nya, termasuk Indonesia,” jelas pria yang 30 tahun berkecimpung di bisnis perikanan ini.
Khusus pasar dometik, penjualan daring (online) meningkat pesat di masa pandemi. Permintaan produk frozen (beku) naik, terutama ready to cook (siap masak) atau ready to eat (siap makan). Ia berharap semakin banyak UPI memproduksi makanan beku. UPI yang selama ini memproduksi filet ikan beku akan menghasilkan filet ikan beku berbumbu, seperti bumbu kuning, teriyaki, dan lada hitam.
Indonesia Representative of Green Food Co, Korea ini menuturkan, pemasaran online produk beku mengalami kendala distribusi. Sebab, masih sedikit perusahaan logistik yang bisa menerima pengiriman produk beku dari rumah ke rumah (door to door) antarwilayah. Kalaupun ada, dikirim dengan pesawat yang biayanya sangat mahal. Saat ini penjualan online produk frozen hanya bisa dilakukan pada satu kota atau wilayah saja.
“Untuk mengatasi hal tersebut kami sudah berdiskusi dengan pemerintah, agar BUMN 2 bidang logistik misalnya KAI atau Kalog (kereta logistik), PELNI, POS bisa bekerja sama dengan perusahaan swasta agar nantinya bisa melayani pengiriman produk frozen door to door. Mudah-mudahan dalam waktu dekat ini hal tersebut bisa terwujud,” terangnya.
Kunci Sukses
Budhi menjelaskan, dunia perikanan sangat khas dan tidak gampang berbisnis di dalamnya. “Jenis ikan sangat banyak dan satu dengan lainnya berbeda karakteristik, ukuran, dan supply chain (rantai pasok). Sebaiknya kalau ingin berbisnis di perikanan, fokus pada satu jenis ikan dahulu. Pahami betul bisnis pada jenis ikan tersebut, fokus, jangan mudah beralih ke jenis ikan lain,” sarannya.
Pria yang senang berbagi ilmu ini memberi kunci sukses di dunia usaha dan kehidupan. Tiga kunci utama, yaitu jujur, kerja keras, dan membangun jaringan (networking) atau silaturahmi. Kejujuran akan menimbulkan kepercayaan.
Industri pengolahan ikan mengalami goncangan signifikan saat pandemi Covid-19. Bagaimana strategi untuk keluar dari situasi sulit ini? Simak penuturan ekslusif Budhi Wibowo, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I) menghadapi dinamika pasar industri perikanan serta kunci meraih kesuksesan bisnis dan kehidupan.
Bahan Baku
Pasar produk perikanan lokal dan global terus bergairah. Sayangnya, para pelaku unit pengolahan ikan (UPI) belum bisa memenuhi kebutuhan pasar karena kurangnya bahan baku. Menurut Budhi, ini menjadi permasalahan utama UPI di Indonesia sehingga utilitasnya masih kecil, berkisar 60%. Karena itu, AP5I memiliki target utama menambah suplai bahan baku ikan hasil tangkapan dan budidaya.
“Saya pribadi berharap utilitas UPI bisa meningkat sekitar 10% setiap tahunnya. Meskipun, tahun ini mungkin agak sulit tercapai peningkatan tersebut karena adanya wabah COVID-19,” ucap pria kelahiran 27 Mei 1963 ini kepada AGRINA. Ia pun menjalin komunikasi dan koordinasi dengan pemerintah dan para pelaku usaha (stakeholder) lainnya sebagai jalan keluar.
Budhi meminta pemerintah fokus mengembangkan infrastruktur perikanan tangkap dan budidaya. Yaitu, pelabuhan perikanan, listrik, coldstorage (gudang pendingin), pabrik es, air bersih untuk perikanan tangkap dan di perikanan budidaya berupa listrik, irigasi, serta jalan produksi. Khusus udang, ia menganjurkan pembuatan standar operasional prosedur (SOP) budidaya berkelanjutan. SOP harus dipatuhi semua stakeholder agar budidaya udang berkelanjutan.
Selain itu, AP5I mendesak penyederhanaan perizinan perikanan tangkap dan budidaya. Di sisi hulu, AP5I gencar berkoordinasi dengan stakeholder penyedia bahan baku, meliputi nelayan, petambak, dan hatchery (pembenih) agar upaya peningkatan produksi bahan baku perikanan bisa terlaksana.
Tantangan
Budhi mengaku, pasar produk perikanan terimbas pandemi Corona. “Wabah ini menyebabkan pasar food service: hotel, restoran, kafe, katering, turun banyak, baik itu untuk pasar dalam negeri maupun pasar eskpor karena hanya sedikit orang yang makan di luar. Namun, pasar ritel tetap stabil bahkan berkembang,” ulasnya.
Agar bisa bertahan menghadapi situasi ini, UPI melakukan pengalihan dari food service ke ritel walau tidak mudah dan perlu waktu. “Beberapa minggu terakhir ini pasar food service pelan-pelan mulai bergerak, baik di dalam maupun luar negeri karena banyak negara yang melonggarkan lockdown-nya, termasuk Indonesia,” jelas pria yang 30 tahun berkecimpung di bisnis perikanan ini.
Khusus pasar dometik, penjualan daring (online) meningkat pesat di masa pandemi. Permintaan produk frozen (beku) naik, terutama ready to cook (siap masak) atau ready to eat (siap makan). Ia berharap semakin banyak UPI memproduksi makanan beku. UPI yang selama ini memproduksi filet ikan beku akan menghasilkan filet ikan beku berbumbu, seperti bumbu kuning, teriyaki, dan lada hitam.
Indonesia Representative of Green Food Co, Korea ini menuturkan, pemasaran online produk beku mengalami kendala distribusi. Sebab, masih sedikit perusahaan logistik yang bisa menerima pengiriman produk beku dari rumah ke rumah (door to door) antarwilayah. Kalaupun ada, dikirim dengan pesawat yang biayanya sangat mahal. Saat ini penjualan online produk frozen hanya bisa dilakukan pada satu kota atau wilayah saja.
“Untuk mengatasi hal tersebut kami sudah berdiskusi dengan pemerintah, agar BUMN 2 bidang logistik misalnya KAI atau Kalog (kereta logistik), PELNI, POS bisa bekerja sama dengan perusahaan swasta agar nantinya bisa melayani pengiriman produk frozen door to door. Mudah-mudahan dalam waktu dekat ini hal tersebut bisa terwujud,” terangnya.
Kunci Sukses
Budhi menjelaskan, dunia perikanan sangat khas dan tidak gampang berbisnis di dalamnya. “Jenis ikan sangat banyak dan satu dengan lainnya berbeda karakteristik, ukuran, dan supply chain (rantai pasok). Sebaiknya kalau ingin berbisnis di perikanan, fokus pada satu jenis ikan dahulu. Pahami betul bisnis pada jenis ikan tersebut, fokus, jangan mudah beralih ke jenis ikan lain,” sarannya.
Pria yang senang berbagi ilmu ini memberi kunci sukses di dunia usaha dan kehidupan. Tiga kunci utama, yaitu jujur, kerja keras, dan membangun jaringan (networking) atau silaturahmi. Kejujuran akan menimbulkan kepercayaan.
“Kalau jujur, bisa dipercaya, dan punya kemampuan, tentu orang akan bersedia membantu berbisnis. Sebaliknya kalau Anda dikenal tidak jujur, tidak akan ada orang yang berani melakukan bisnis dengan Anda. Walau punya modal sendiri yang besar, bisnis Anda tidak akan berhasil karena tidak akan ada yang mau menjalin hubungan bisnis akibat ketidakjujuran,” urainya.
Untuk sukses, sudah pasti harus bekerja keras karena kesuksesan tidak bisa diraih dengan bermalas-malasan. Kemudian, ia menyarankan tekun membangun jaringan. “Karena dari jaringan yang kita punya, akan sangat membantu jalannya usaha atau kehidupan. Perbanyak teman, jangan menambah musuh. Seribu teman masih kurang, satu musuh sudah terlalu banyak,” lanjutnya.
BBB
Berkecimpung dalam bisnis, ia mengaku, paling berat saat pembeli (buyer) klaim. Pengolahan ikan mengandalkan manusia sehingga hasilnya tidak bisa sempurna dan kadang ada masalah kualitas.
Untuk sukses, sudah pasti harus bekerja keras karena kesuksesan tidak bisa diraih dengan bermalas-malasan. Kemudian, ia menyarankan tekun membangun jaringan. “Karena dari jaringan yang kita punya, akan sangat membantu jalannya usaha atau kehidupan. Perbanyak teman, jangan menambah musuh. Seribu teman masih kurang, satu musuh sudah terlalu banyak,” lanjutnya.
BBB
Berkecimpung dalam bisnis, ia mengaku, paling berat saat pembeli (buyer) klaim. Pengolahan ikan mengandalkan manusia sehingga hasilnya tidak bisa sempurna dan kadang ada masalah kualitas.
“Kalau masalahnya dianggap serius oleh buyer dan merugikan, terkadang mereka klaim,” ucapnya. Meyakinkan buyer yang rewel, ia mengandalkan kejujuran. “Kalau kita jujur, bicara apa adanya, pegang janji atau komitemen, biasanya buyer akan percaya. Yang penting kita haru jaga kredibilitas,” urainya.
Meski banyak rintangan dan harus aktif negosiasi, Budhi senang terjun dalam bisnis dan pemasaran. “Kalau di TIN memang diajarkan hampir semua aspek yang berkaitan dengan industri, termasuk pemasaran. Kebetulan passion (hasrat) saya cocok di situ,” tukas S1 jurusan Teknik Industri (TIN), Fakultas Teknologi Pertanian, IPB Bogor, Jabar ini.
Tidak hanya mengembangkan karir, ia turut membangun Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Tanah Air dengan mendirikan komunitas Berbagi Bersama Berkembang (BBB) pada 2015. Lebih dari 1.000 UMKM bergabung dalam BBB. Beragam kreasi yang dihasilkan, meliputi produk olahan makanan seperti keripik pare, cokelat, kecap; kerajinan tangan berupa tas, boneka; hingga furnitur. BBB rutin mengadakan pelatihan, workshop, mentoring, dan pameran untuk peningkatan ilmu dan skil anggota.
Saat senggang, Budhi mengisi waktu dengan nonton film bergenre action. Sementara untuk mengurangi penat bekerja, penggemar film Lord of the Ring ini juga menyegarkan diri dengan makan atau traveling. “Hobby saya traveling ke seluruh dunia. Ada yang mengatakan, ‘Dunia ini seperti buku. Jika kita hanya tinggal di suatu tempat, kita hanya lihat satu halaman saja’,” pungkas pria yang terkesan dengan pemandangan alam New Zealand, Alaska, Norwegia, dan Swis itu.
Windi Listianingsih
Meski banyak rintangan dan harus aktif negosiasi, Budhi senang terjun dalam bisnis dan pemasaran. “Kalau di TIN memang diajarkan hampir semua aspek yang berkaitan dengan industri, termasuk pemasaran. Kebetulan passion (hasrat) saya cocok di situ,” tukas S1 jurusan Teknik Industri (TIN), Fakultas Teknologi Pertanian, IPB Bogor, Jabar ini.
Tidak hanya mengembangkan karir, ia turut membangun Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Tanah Air dengan mendirikan komunitas Berbagi Bersama Berkembang (BBB) pada 2015. Lebih dari 1.000 UMKM bergabung dalam BBB. Beragam kreasi yang dihasilkan, meliputi produk olahan makanan seperti keripik pare, cokelat, kecap; kerajinan tangan berupa tas, boneka; hingga furnitur. BBB rutin mengadakan pelatihan, workshop, mentoring, dan pameran untuk peningkatan ilmu dan skil anggota.
Saat senggang, Budhi mengisi waktu dengan nonton film bergenre action. Sementara untuk mengurangi penat bekerja, penggemar film Lord of the Ring ini juga menyegarkan diri dengan makan atau traveling. “Hobby saya traveling ke seluruh dunia. Ada yang mengatakan, ‘Dunia ini seperti buku. Jika kita hanya tinggal di suatu tempat, kita hanya lihat satu halaman saja’,” pungkas pria yang terkesan dengan pemandangan alam New Zealand, Alaska, Norwegia, dan Swis itu.
Windi Listianingsih