Foto: Istimewa
ekspor perikanan Indonesia hanya 8,2% dari kebutuhan Amerika
Cilacap (AGRINA-ONLINE.COM). Pada 2019, Indonesia menempati urutan ke-11 eksportir produk perikanan di dunia dengan nilai sebesar USD4,9 milyar atau sekitar 3% pangsa pasar global. Sementara Amerika Serikat (AS) yang merupakan importir terbesar produk perikanan dunia, Indonesia menempati urutan ke-5 dengan nilai ekspor sebesar USD1,9 milyar atau sekitar 8,2% pangsa pasar impor produk perikanan AS.
Atas capaian tersebut, Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk saling menguatkan daya saing produk kelautan dan perikanan di pasar global. Terlebih kegiatan ekspor juga memiliki tantangan yang relatif besar dengan semakin ketatnya persyaratan dari negara tujuan dan adanya persaingan antar negara-negara eksportir produk perikanan.
"Ekspor merupakan salah satu pendongkrak pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Karena ekspor memiliki keterkaitan langsung, terutama kepada nelayan, pembudidaya, pengolah, dan pemasar hasil perikanan," kata Menteri Edhy.
Menteri Edhy mengingatkan perkembangan persyaratan impor Amerika Serikat semakin ketat, baik dari unsur keamanan pangan (food safety) maupun dari unsur keberlanjutan (sustainability), sebagaimana tertuang dalam Food Safety Modernization Act, Seafood Import Monitoring Program, serta rencana pemberlakukan ketentuan impor baru yaitu terkait Marine Mammal Protection Act (MMPA).
Hal itu merupakan tantangan sekaligus peluang bagi eksportir produk perikanan mengingat Indonesia memiliki kebijakan yang sejalan dengan pemerintah Amerika Serikat dalam hal keamanan produk pangan dan keberlanjutan pengelolaan sumberdaya alam.
Sebagai bentuk dukungan terhadap para pelaku usaha, Menteri Edhy memastikan jajarannya terus berupaya mengembangkan sistem sertifikasi hasil tangkapan ikan, sistem ketertelusuran ikan, implementasi Seafood Import Monitoring Program (SIMP), implementasi logbook, serta terus menjaga sumberdaya laut. Cara yang ditempuh pemerintah di ataranya melalui konservasi sumberdaya perikanan, seperti mengurangi resiko kematian mamalia laut dalam kegiatan penangkapan ikan.
"KKP mengapresiasi bantuan teknis yang selama ini diberikan oleh Pemerintah AS melalui USAID maupun organisasi lainnya dalam pengelolaan sumber daya perikanan yang berkelanjutan dan pelestarian ekosistem laut," sambungnya.
Dikatakan Menteri Edhy, Indonesia diberkahi sumber daya alam khususnya sektor kelautan dan perikanan dengan 6,4 juta km2 luas perairan dan 108 ribu km garis pantai. Dari kondisi geografis tersebut, Indonesia memiliki potensi lestari perikanan tangkap sebesar 12,54 juta ton/tahun, potensi budidaya air tawar 2,83 juta Ha, budidaya air payau 2,96 juta Ha, dan budidaya laut 12,12 juta Ha.
"Keunggulan sumberdaya tersebut diharapkan dapat dikelola dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk mendukung terwujudnya Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, berkepribadian dan berlandaskan gotong royong," jelas Menteri Edhy.
Sebagai informasi, berdasarkan data BPS Semester I tahun 2020, nilai ekspor Indonesia mencapai USD2,4 milyar atau meningkat 6,9% dibanding periode yang sama tahun 2019. Sedanfkan suprlus neraca perdagangan semester I 2020 sebesar USD2,2 milyar atau meningkat 8,3% dibanding periode yang sama tahun 2019.
Pada periode tersebut Amerika Serikat merupakan negara tujuan utama dengan nilai ekspor USD 977,8 juta atau 40,6% terhadap total ekspor perikanan. Angka tersebut mengalami peningkatan sebesar 16,2% dibanding periode yang sama tahun 2019. Komoditas utama ekspor perikanan ke AS meliputi: udang, rajungan, tuna-cakalang, tilapia, dan rumput laut.
Try Surya A