Foto: Istimewa
Produksi susu kerbau perah mencapai 6-8 liter/hari
Jakarta (AGRINA-ONLINE.COM) kerbau juga bisa menghasilkan susu yang kemudian diolah menjadi berbagai penganan enak dan bergizi. Contohnya, kuliner Dangke di Kab. Enrekang Sulawesi Selatan, Dadih di Sumatera Barat dan Dali Ni Horbo atau Roti Batak di Sumatera Utara dan Permen Susu di NTB.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, I Ketut Diarmita menjelaskan, kuliner tersebut dihasilkan dari kerbau rumpun khusus. Yaitu kerbau sungai, bukan kerbau yang biasa kita saksikan sehari hari. Kerbau ini memiliki kemampuan produksi susu yang lebih tinggi dan karakteristik bentuk tanduknya yang khas.
”Karena kemampuan menghasilkan susu yang lebih tinggi, kerbau sungai sering disebut kerbau perah." ungkap Ketut, Jumat (3/7).
Biasanya, tanduk kerbau berbentuk seperti setengah lingkaran memanjang ke dalam. Sementara kerbau perah tanduknya mengarah keluar, sedikit melingkar di atas kepalanya relatif pendek. Jadi sebenarnya ada dua jenis kerbau, yaitu yang kerbau lumpur yang biasa ditemui dan sering berkubang di perairan yang berlumpur. Kemudian kerbau perah yang habitatnya lebih ke perairan atau kerbau sungai.
Menurut Ketut, kerbau perah ini merupakan salah satu kekayaan plasma nutfah Indonesia dan populasinya saat ini mulai terancam. Sehingga diperlukan pendekatan khusus dengan memakai pendekatan kuliner untuk mempertahankan dan mengembangkan populasinya.
Sementara itu, Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak, Ditjen PKH, Kementan, Sugiono menjelaskan, produksi susu dari kerbau perah ini sedikit lebih tinggi dari kerbau lumpur, karena memang dipelihara untuk diambil susunya. Produksi susunya sehari mampu mencapai 6-8 liter, sedangkan kerbau lumpur jika diperah hanya menghasilkan 1-3 liter.
Lebih lanjut Sugiono menerangkan, sebagai dukungan pemerintah dari sisi produksi benih dan bibit ternak, populasi dan produksi bibit kerbau perah difokuskan di Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BPTU-HPT) Siborong-borong dan produksi benihnya oleh Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang.
Periode 2015-2019 telah teristribusikan sebanyak 38 ekor kerbau perah ke wilayah sentra kerbau di Sumatera Utara. Saat ini Populasi ternak kerbau perah di BPTU-HPT Siborong-borong sebanyak kurang lebih hanya 80 ekor, sehingga BPTU-HPT Siborong-borong dianggap benteng terakhir konservasi ternak kerbau perah.
"Sedangkan produksi benih (semen beku) kerbau sungai yang dihasilkan oleh BIB Lembang, jenis kerbau sungai telah didistribusikan sebanyak 75.107 dosis ke 23 Provinsi potensi pengembangan kerbau sungai di Indonesia," ujar Sugiono.
Selain itu, Ditjen PKH Kementan juga sudah memberikan bantuan ke 4 Provinsi (Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, dan NTB) sebanyak 67 ekor, dan sampai Juni 2020 telah berkembang menjadi 76 ekor. Bantuan ini dilakukan melalui kegiatan pengembangan budidaya kerbau perah dan penguatan kelompok sejak tahun 2019.
"Lokasi tersebut merupakan daerah sentra kerbau dan secara budaya umumnya peternak memerah kerbau, dan diolah menjadi panganan khas," tandas Sugiono.
Try Surya A