Foto: Dok. Arif M.
“Bersyukur Tuhan masih memberikan kemudahan sehingga saya bisa berkarya.” - Sudradjat Yusuf
Selalu ada peluang di setiap tantangan
Keterbatasan mobilitas karena pembatasan wilayah cukup menyulitkan pergerakan atau aktivitas individu dan organisasi.
Tak terkecuali Himpunan Masyarakat Pestisida Nasional atau lebih dikenal CropCare Indonesia, yang baru melantik Ketua Umum periode 2020-2023 Maret lalu. Bagaimana kiat Sudradjat Yusuf, Ketua Umum Cropcare Indonesia menahkodai asosiasi ini di tengah pandemi?
Fokus Utama
Menurut Sudradjat, banyak program kerja CropCare yang harus menyesuaikan situasi pandemi Corona. Seperti, silaturahmi pengurus baru dengan pemerintah belum bisa dilaksanakan dalam waktu dekat.
Meski begitu, kondisi pembatasan wilayah tidak menghalangi CropCare untuk menyelesaikan hal-hal penting, misalnya pengawasan lapang hingga keterlambatan pendaftaran izin produk.
Di era kepemimpinannya, CropCare memfokuskan pada dukungan lebih pemerintah untuk perusahaan yang telah berinvestasi mendirikan pabrik dan menghasilkan produk berkualitas.
Ada 36 pemilik pabrik pestisida dari 66 anggota CropCare. “Diharapkan pabrik-pabrik itu akan nambah atau lebih meningkat lagi mengikuti Good Laboratorium Practices atau Good Manufacturing Practices dalam era menyongsong industri 4.0,” urai dia kepada AGRINA.
Dukungan pemerintah yang sangat diharapkan semisal kemudahan izin investasi dan pendaftaran pestisida. Dengan begitu, Sudradjat menuturkan, perusahaan pestisida nasional akan menjadi menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
“Jangan sampai yang menikmati (perusahaan) di luar nasional. Itu target jangka panjang saya,” tegas pria yang 40 tahun lebih berkecimpung di industri pestisida itu.
Dalam masa covid-19, ia berterima kasih pada Kementerian Perindustrian yang memberikan Surat Izin Operasional dan Mobilitas Kegiatan Industri (IOMKI) sehingga kegiatan produksi, distribusi, dan promosi tetap berjalan.
“Karena pestisida dan pupuk itu sarana budidaya pangan. Pangan itu bahan yang dikecualikan dalam protokol kesehatan. Jadi, industri sampai sekarang tidak ada PHK (Pemutusan Hubungan Kerja). Kita pun di lapangan alhamdulillah tetap berjalan,” terangnya lega.
Tantangan Pestisida
Lebih jauh, Direktur PT Tritama Wirakarsa itu menjelaskan, kebutuhan pestisida tahun ini cukup tinggi mengingat banyak kegiatan penanaman. Apalagi, pasar pestisida tumbuh 5% per tahun.
Meski begitu, pengusaha menghadapi kendala turunnya daya beli petani dan harga bahan baku meningkat karena naiknya kurs dolar terhadap rupiah.
Impor bahan baku pun terkendala sebab negara produsen melakukan lockdown (karantina). Kondisi ini membuat stok bahan baku pestisida di semester II 2020 akan bermasalah.
Sudrjadjat mengungkap, suplai bahan baku mulanya dari China. Saat negeri panda itu terdampak Covid-19, CropCare mencari sumber lain ke India.
“Tapi masalahnya, China sekarang terbuka, India justru lockdown. Kalau di lapang itu permintaan bagus, tergantung anggota sendiri berkreasi seperti apa. Kalau punya strategi bagus, bisa mengambil keuntungan besar,” ungkapnya.
Tetapi, ia tidak memungkiri kemungkinan lonjakan harga pestisida lantaran kenaikan dolar.
Untuk naskah selengkapnya silakan baca Majalah AGRINA Edisi 312 terbit Juni 2020 atau dapatkan majalah AGRINA versi digital dalam format pdf di magzter, gramedia, dan myedisi.