Foto: Dok. Pribadi
“Coba kenali dulu jadi tidak ada prasangka macam-macam.” - Melinda Tunjung Wulan
Butuh banyak edukasi karena banyak petani yang belum paham ragam fungsi traktor.
Lelaki bergulat dengan mesin tentu sudah biasa. Jika perempuan sebagai komandan penggerak penggunaan mesin pertanian, tentu sangat mengesankan. Itulah yang dilakoni Melinda Tunjung Wulan, Sales Manager PT Kubota Machinery Indonesia.
Tidak hanya piawai memasarkan mesin pertanian ke pelosok daerah, perempuan energik ini juga mahir mengoperasikannya. Apa saja tantangan menarik yang Melinda temui?
Membuka Pasar
Melinda adalah salah satu tim Kubota, produsen mesin pertanian asal Jepang, yang membuka pasar mesin pertanian di daerah terpencil Nusantara pada 2012.
Maklum, kala itu belum banyak petani yang tertarik menggunakan mesin pertanian untuk mengelola sawah sebab tenaga kerja tersedia dengan biaya murah.
“Awal-awal kami hanya bisa memasarkan mesin ke daerah-daerah terpencil. Karena biasanya daerah-daerah terpencil ini kekurangan tenaga kerja. Jadi mau nggak mau, mereka harus pakai mesin,” ulasnya kepada AGRINA.
Pertama kali ia mendatangi daerah Muara Telang, Banyuasin, Sumsel. Perlu 2 jam berperahu menyusuri anak sungai Musi dari Palembang menuju ke sana.
Ketika panen, petani Muara Telang harus mendatangkan tenaga panen dari Jawa atau Lampung dengan menanggung biaya transportasi dan akomodasi. Kunjungan ke Muara Telang sangat berkesan buat Melinda.
“Jujur khawatir juga ini aman nggak ya kapalnya. Saya sampai pasrah kalau harus meninggal di tengah sungai,” katanya tertawa. Sebab, ia menaiki speed boat kayu bermesin kecil dengan laju lambat dan menyusuri alirasn sungai besar.
Pengalaman membuka pasar mesin pertanian di Sulawesi juga membekas dalam ingatan. “Waktu ke Sulawesi itu belum ada jalan tol jadi di jalan sekitar 5 jam dan jalanannya nggak selalu bagus. Yang suka ngeri harus lewat pinggir jurang dan pinggir jurang di sana nggak sebagus di sini yang ada rambu-rambunya,” kenangnya.
Akibat tidak ada petunjuk jalan, ia dan tim kerap nyasar mencari jalan pulang dari rumah petani. Apalagi, peta digital juga belum mendukung karena minim sinyal internet.
“Kalau kami pulang malam, harus cari jalan sendiri. Untungnya orang Indonesia suka nongkrong di warung kopi. Jadi kalau mau nanya jalan gampang, cari aja warung kopi, pasti ada orang,” ucapnya semringah.
Melinda menambahkan, ia memulai penjualan dari mesin panen (combine harvester) seiring kebutuhan petani untuk memanen padi.
“Biasanya kita mulai dari mesin panen. Karena kalau sudah waktunya panen, harus saat itu juga dipanen. Jadi, lebih mudah memperkenalkan mesin panen,” cetusnya.
Setelah mesin panen, harapannya petani akan familiar menggunakan traktor dan mesin tanam (transplanter). Penetrasi transplanter agak sulit karena cara pembibitannya berbeda.
“Di Indonesia bisa dibilang fifty-fifty (50:50) yang pakai pembibitan dan tebar langsung. Jadi, kita masih edukasi terus ke pelanggan,” jelas perempuan kelahiran 1 Mei 1984 ini.
Berbagai Tantangan
Melinda mengungkap, pasar mesin pertanian terbagi atas ritel dan korporasi. Ritel atau perorangan terdiri atas petani tanaman pangan dengan penjualan terbanyak mesin panen. Sedangkan, korporasi adalah perusahaan atau perkebunan sawit dan tebu dengan kebutuhan utama traktor.
Di masa pandemi Covid-19, ia optimis pasar mesin pertanian bisa bertahan seperti tahun lalu. “Plantation (perkebunan), korporasi masih melihat situasi dulu karena Covid. Tapi kalau ritel sampai saat ini masih berjalan. Jadi, di ritel kita akan tumbuh dibandingkan tahun lalu tapi plantation sepertinya masih akan jalan di tempat,” urainya.
Istri Ronald Hendrawan itu menambahkan, tantangan pengembangan mesin pertanian saat ini memperkenalkan teknologi dan varian terbaru serta penggunaan traktor di ritel. Ia menjelaskan, belum banyak petani yang paham bahwa traktor bukan untuk membajak sawah saja.
“Traktor bisa untuk menanam, bisa untuk memupuk, bisa untuk menyiram, tergantung implement (alat) yang ditempelkannya apa. Itu yang mau kita perkenalkan,” paparnya.
Untuk naskah selengkapnya silakan baca Majalah AGRINA Edisi 311 terbit Mei 2020 atau dapatkan majalah AGRINA versi digital dalam format pdf di magzter, gramedia, dan myedisi.