Sabtu, 2 Mei 2020

TANAMAN PANGAN : Kiat Menghindari FAW Sejak Dini

TANAMAN PANGAN : Kiat Menghindari FAW Sejak Dini

Foto: Windi Listianingsih
Pengamatan dan perlindungan sejak dini memungkinkan jagung terhindar FAW

Penting mengamati pertumbuhan tanaman dan munculnya hama. 
 
 
Setahun kehadirannya di Indonesia, hama ini sudah menyebar ke seluruh Nusantara. Tidak sekadar meninggalkan jejak, hama bernama latin Spodoptera frugiperda ini juga menyebabkan gagal panen.
 
Kabar terbaru datang dari Kab. Sikka, Nusa Tenggara Timur. Sekitar 3.000-an ha lahan jagung puso dari luas lahan 14.600-an ha pada Februari lalu. Bagaimana mengendalikan hama ulat grayak jagung itu sejak dini?
 
 
Merata di Sentra Jagung 
 
Yuana Laksana, Agronomy Lead Corteva AgriScience Indonesia membenarkan massifnya pergerakan ulat grayak jagung. “Setahun ini sudah merambah ke semua daerah produsen jagung di Indonesia sehingga 1 tahun perkembangan hamanya cukup luar biasa dan itu perlu kita waspadai khususnya di musim kemarau ini,” ulasnya kepada AGRINA. 
 
Hama bernama bernama beken fall armyworm (FAW) itu, ujar Muhammad Soni Kusuma, Senior Manager Departemen Riset dan Pengembangan PT Petrokimia Kayaku, mewabah di Lampung, Jabar, Jateng, Jatim, dan Sulsel. Lalu, FAW muncul di Nusa Tenggara pada September 2019 karena perbedaan musim dengan Pulau Jawa. 
 
Kemampuan terbang ulat grayak jagung yang mencapai 100 km/hari dan sifat polifagus (banyak inang) mempermudah penyebaran ke seluruh sentra produksi jagung.
 
Terlebih, ungkap Yuana, ulat yang sangat lapar ini belum mendefinisikan posisinya dalam jejaring makanan. “Intinya, belum ada predator yang secara intensif bisa mengendalikan hama ini makanya dia cukup meledak,” katanya. 
 
Apalagi, sahut Iman Segara, Crop Manager FMC Agricultural Manufacturing, petani tidak biasa mengamati tanaman jagung sejak awal. Akibatnya, petani menemukan serangan FAW ketika ulat sudah besar, instar 4 atau 5.
 
Padahal, Soni menerangkan, fase larva merupakan fase kritis perkembangan ulat grayak jagung. Karena itu, petani harus awas sejak kehadiran ngengat FAW. Ngengat akan meletakkan telur yang menjadi larva.
 
“Larva inilah yang merusak jagung. Ketika 1 atau 2 tanaman rusak tidak dikendalikan, dalam waktu 3-5 hari tanpa penanganan itu bisa rusak semua,” imbuhnya.
 
 
Pengendalian Sejak Dini
 
Meski begitu, ulat grayak jagung bisa dikendalikan sejak awal dengan beberapa cara. Pertama, jelas Yuana, pendekatan budidaya yang tidak bisa dilakukan karena saat kurang air petani cenderung menanam jagung.
 
Sehingga, upaya memutus siklus FAW dengan memotong rantai persediaan makanan tidak memungkinkan. 
 
Pendekatan genetika menggunakan benih jagung toleran FAW bisa diterapkan. Tanaman bioteknologi yang disisipi gen Bacillus thuringiensis (Bt) mampu mengendalikan hama ulat.
 
Kapas Bt di India dan jagung Bt di Filipina efektif mengendalikan hama ulat penggerek. “Kemudian kok ada namanya FAW, rupanya tanaman Bt ini tahan terhadap FAW juga,” ucapnya. sayangnya, tanaman biotek belum ada di Indonesia. 
 
 
 
Untuk naskah selengkapnya silakan baca Majalah AGRINA Edisi 311 terbit Mei 2020 atau dapatkan majalah AGRINA versi digital dalam format pdf di magzter, gramedia, dan myedisi.
 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain