Kamis, 2 April 2020

PERKEBUNAN : Memanen Kocek Tambahan di Kebun Sawit

PERKEBUNAN : Memanen Kocek Tambahan di Kebun Sawit

Foto: Windi Listianingsih
Hariri Sadiman dan Rukiah Jamaluddin, pendapatan tambahan 20%-25%

Budidaya sawit berkelanjutan juga bisa hasilkan banyak uang asal dikelola dengan tepat. Seperti apa wujudnya?
 
 
Perkebunan sawit identik dengan jalan bergelombang dan kesunyian. Namun, tidak demikian di Jerami Farm. Kebun sawit berkelanjutan milik Hariri Sadiman ini ramai dikunjungi peneliti, petani, pecinta lingkungan, hingga para pelajar dan mahasiswa. Ada apa di dalamnya?
 
 
Double Row Avenue Planting System 
 
Hariri adalah satu dari 250 ribu petani swadaya di Malaysia. Ia memiliki 3.4 ha lahan sawit di Kampung Tok Muda, Kapar, Selangor, Malaysia. Ia mulai berkebun sawit pada 2007 selepas pensiun bekerja.
 
Di bawah bimbingan Malaysian Palm Oil Board (MPOB), lahan yang sebelumnya ditanami kelapa itu diubah menjadi kebun sawit berbendera Jerami Farm. “Jadi, saya nggak terlibat dalam perusakan hutan.
 
Dan lahan ini warisan dan secara legal dinyatakan sebagai lahan pertanian,” ulasnya pada 11th Sustainable Palm Oil Summit di Jakarta.
 
Pria yang lama mengabdi di Petronas ini langsung menerapkan cara budidaya yang baik (Good Agriculture Practices, GAP) sesuai anjuran MPOB. Secara bertahap, ia memperoleh sertifikasi GAP pada 2014.
 
Di tahun ini juga ia memperoleh penghargaan MPOB 30-Ton Club  Membership karena berhasil mencapai panen 30 ton minyak sawit mentah (CPO) per ha per tahun. Lalu, pada 2018 ia mengantongi sertifikat Malaysian Sustainable Palm Oil (MSPO). 
 
Menurut Hariri, MPOB merekomendasikan sistem penanaman jalur ganda (double row avenue planting system) yang menerapkan pertanian terpadu.
 
Sistem ini menggabungkan sawit tumpang sari dengan tanaman lain, kegiatan peternakan, dan agriwisata. “Aktivitas terintegrasi dilakukan di lahan, sepanjang umur tanaman sawit atau lebih,” jelasnya.
 
Pria paruh baya itu melanjutkan, sistem penanaman jalur ganda membagi pertanaman sawit menjadi 2 area dengan jarak 15,2 m. Jalur seluas 15,2 m ini digunakan untuk tumpang sari, peternakan, atau kegiatan pertanian lain.
 
Sementara, jarak tanam sawit dalam 1 lajur sekitar 6,1 m dan jarak antarbaris selebar 8,5 m. Seiring harga sawit yang lesu karena tekanan pasar global, sistem pertanian terpadu ini sangat membantu.
 
“Kebun saya berbasis double row evenue planting system. Tidak hanya untuk tumpang sari dan peternakan tapi juga wisata agri. Ini akan mendatangkan pendapatan tambahan sekitar 20%-25%. Kalau saya bisa meningkatkan 50%, itu akan jadi prestasi,” ujarnya.
 
 
Sawit Berkelanjutan
 
Sarjana Teknik Listrik lulusan University of Caterbury, Selandia Baru ini menjelaskan, GAP sawit sesuai rekomendasi MPOB terdiri atas 15 bagian, yaitu keterlacakan, pencatatan dan audit internal, bahan tanam, manajemen dan riwayat lokasi, manajemen tanah, manajemen pupuk, irigasi dan fertigasi, perlindungan tanam, pemanenan, penanganan paskapanen, manajemen polusi; limbah; dan hasil samping, kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan pekerja, isu lingkungan, catatan keluhan, dan persyaratan hukum. 
 
Langkah awal ialah seleksi benih yang berpotensi hasil tinggi dan seleksi varietas benih berdaun pendek. “Saya harus memastikan varietas sawit dari jenis palem yang pendek sehingga kegiatan pertanian terpadu dan pencahayaan matahari terpenuhi,” ucapnya.
 
Pemupukan harus terjadwal dengan jumlah mencukupi dan panen yang baik setiap dua minggu sekali. Mengelola sawit dengan baik, lanjut Hariri, memberikan banyak manfaat. Misalnya, melindungi kelembapan tanah, menjaga keanekaragaman hayati di atas dan di bawah tanah, dan berperan dalam penyerapan karbon. 
 
Suami Rukiah Jamaluddin ini juga menjalankan pengendalian biologis untuk mengatasi hama dengan menanam tanaman bunga seperti turnera untuk menarik hama yang bisa merusak sawit.
 
“Saya memastikan tidak ada epiphates di batang sawit. Dan dalam mengelola panen, saya memastikan siklus tanaman dan bagian bawahnya bersih. Saya tidak menggunakan herbisida apapun untuk mengendalikan rumput,” paparnya.
 
Hariri juga menyediakan tanaman refugia untuk menarik datangnya serangga, burung, dan hewan liar. Daun tanaman digunakan untuk pakan kambing dan domba serta kompos. 
 
 
Tumpang Sari dan Agriwisata
 
Sistem jalur ganda memungkinkan tumpang sari berbagai tanaman, seperti pisang, jagung, singkong, cabai, kacang panjang, dan terung. Hariri memilih tanaman yang cepat dijual dan untuk kebutuhan keluarga, seperti jagung dan singkong.
 
“Jagung biasanya dipanen dalam 50 hari, singkong sekitar 10 bulan, dan cabai bisa dipanen setelah 3 bulan. Ini tanaman-tanaman berumur pendek. Dijual di pasar lokal bisa memberi tambahan pendapatan,” ucapnya. 
 
Selain itu, ia menanam rumput gajah untuk pakan kambing dan domba. Ada juga pohon nangka, jeruk nipis, dan jeruk bali (pomelo) melengkapi kebunnya.
 
Sepanjang jalan ditumbuhi Heliconia untuk memperindah kebun. Sementara itu, kandang ternak diletakkan di sisi jalan yang luas. Kambing dan domba dibesarkan di kadang berpagar terbuka sehingga bebas merumput. 
 
Di area ini juga Hariri memelihara kuda poni yang kerap diberi makan dan ditunggangi anak-anak yang berwisata. Pria murah senyum ini juga menyediakan arena bermain anak seperti ayunan dan panahan.
 
Tidak hanya para peneliti, petani, mahasiswa, anak-anak pun senang berkunjung ke kebun sawit Jerami farm. Hariri bahkan kerap memfasilitasi pelatihan budidaya sawit hingga kunjungan wisata dari dalam negeri hingga mancanegara, seperti Jepang, Rusia, dan Amerika Serikat. Tertarik mencoba?
 
 
 
Windi Listianingsih

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain