Kamis, 2 Januari 2020

PETERNAKAN : Memberdayakan Peternak Rakyat

PETERNAKAN : Memberdayakan Peternak Rakyat

Foto: Windi Listianingsih
Potensi pengembangan sapi nasional ada di peternakan rakyat

Konsorsium meningkatkan kesejahteraan peternak dan menstabilkan produksi daging sapi. 
 
 
Basis kekuatan peternakan sapi di Indonesia ada di tangan rakyat. Sebab, hampir 98% populasi sapi dimiliki peternak rakyat dengan rerata kepemilikan 2-3 ekor tiap peternak.
 
Jumlah peternak kecil ini mencapai 4,2 juta orang. Prof. Dr. Muladno, MSA, Guru Besar IPB menegaskan, yang bisa mengembangkan peternakan sapi di Indonesia adalah peternak kecil. 
 
“Di Indonesia ada potensi besar. Peternaknya banyak, rata-rata punya 2,5 ekor. Mari jadikan peternak rakyat sebagai perusahaan besar, seperti Australia. Perusahaan di Indonesia milik ratusan orang,” tandasnya.
 
Guna memberdayakan peternak rakyat, PT Surya Agropratama (SAP) membentuk konsorsium yang terdiri dari pemerintah, institusi pendidikan, pelaku bisnis, dan investor. Seperti apa bentuknya?
 
 
Konsorsium
 
Bernardi Rahaju, Direktur SAP menjelaskan, konsorsium bertujuan mendidik peternak rakyat menjadi kelompok peternak yang profesional dan mewujudkan kemitraan dalam rantai produksi yang teratur sehingga rantai produksi sapi potong menjadi berkelanjutan.
 
“Konsorsium ini dapat meningkatkan kesejahteraan peternak, menstabilkan produksi sapi potong dan produksi daging untuk menjawab kebutuhan pangan masyarakat, khususnya daging sapi,” ujarnya dalam peluncuran Program Kerja Sama di Bidang Peternakan dengan Memberdayakan Peternakan Rakyat di Jakarta beberapa waktu yang lalu.
 
Konsorsium ini meluncurkan program kerja sama pemberdayaan peternak yang didukung Infrabanx dari Kanada, Sekolah Peternakan Rakyat (SPR), IPB, dan pemerintah daerah.
 
“Program ini cukup unik, melibatkan semua pihak: organisasi, perusahaan publik atau swasta lokal dan luar negeri dalam rangka memastikan produksi sapi potong berkelanjutan. Proyek ini memberdayakan petani melalui program pemberdayaan mikro yang terstruktur,” ulasnya. 
 
Kerja sama yang dilakukan meliputi tiga hal. Pertama, pendanaan dan dukungan teknis investasi di bidang peternakan antara Infrabanx dan SAP.
 
Kedua, kerjasama antara SAP dan LPPM IPB untuk program Train of Trainers tentang konsep SPR ke perguruan tinggi lainnya. Ketiga, kerja sama antara SAP dan Kabupaten Blora, Jawa Tengah untuk implementasi kemitraan dengan peternakan rakyat. 
 
Darren S. Dimoelyo, Dirut PT Surya Jaya Abadi Perkasa (SJAP) sebagai agriculture sector sponsor Infrabanx INHC 103 di Indonesia menjelaskan, Infrabanx tertarik memberdayakan peternak melalui SPR karena menyentuh peternak rakyat.
 
Dalam kerja sama ini Infrabanx akan memberikan pinjaman lunak senilai US$100 juta selama 10 tahun didukung pendampingan budidaya dari IPB dan SAP.
 
“Tujuannya SPR menjadi suatu unit bisnis,” katanya. Pinjaman lunak dibagi beberapa tahap. Setiap tahap berlangsung selama 10 tahun. Tahap pertama direncanakan Januari 2020. 
 
Dalam kerja sama ini SAP berperan merangkai seluruh rantai pasok industri sapi potong mulai dari mendatangkan dan membagikan sapi hingga memasarkan sapi yang dipelihara peternak ke rumah potong atau konsumen.
 
Tujuannya, menjaga kestabilan harga daging nasional dan membagi margin secara merata ke setiap pelaku usaha di rantai pasok.
 
“Perlu kolaborasi end to end (ujung ke ujung) jadi semua mendapat margin selayaknya. Nah, bagaimana menjaga harga yang terbaik di konsumen akhir. Makanya dibikin koolaborasi di mana semuanya harus bersepakat,” terang Darren.
 
 
Pemberdayaan SPR
 
Pinjaman lunak Infrabanx untuk memberdayakan sekitar 39 SPR di seluruh Indonesia. Dana ini tidak diberikan dalam uang tetapi berupa sapi, pakan, fasilitas budidaya, hingga asuransi.
 
Darren memaparkan, populasi sapi yang akan dibutuhkan sekitar 2.000 ekor dengan pembagian 100 sapi per SPR. “Didatangkan secara bertahap sesuai kemampuan SPR. Jadi, kita memberi bantuan bukan semata-mata. Sapi nggak dikasih karena sapinya kemitraan. Saat dbisniskan (dijual), ada sistem bagi hasil (dengan peternak),” ulasnya.
 
Muladno yang menggagas SPR menjelaskan, sejak didirikan pada 2012 sudah terbentuk 39 SPR di 11 provinsi. Sebanyak 9 SPR yang sudah lulus dan diwisuda ada di Jawa Barat: Subang, Jawa Timur: Bojonegoro 3 SPR dan Kediri, Sumatera Selatan: Musi Banyuasin dan OKI; Jambi: Bungo, dan Kalimantan Selatan: Barito Kuala. 
 
Kerja sama pemberdayaan dengan Infrabanx diutamakan untuk SPR yang sudah lulus. “Program SPR bertujuan meningkatkan daya saing bisnis peternak untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan mereka. Dengan demikian, model usaha peternak diarahkan menuju bisnis kolektif dalam bentuk koperasi,” ucapnya.  
 
Manfaat SPR, terang Muladno, mampu membentuk perusahaan kolektif peternak skala kecil yang dikelola secara profesional. Peternak mampu menghasilkan sapi pedaging atau sapi perah berkualitas tinggi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
 
“Kemudian, akan menghasilkan anak sapi bersertifikat untuk memenuhi kebutuhan petani lain. Yang terutama juga kedaulatan petani skala kecil dengan posisi tawar lebih tinggi dengan bank serta peningkatan kedudukan dan pengakuan di masyarakat,” tandasnya.
 
Salah satu daerah yang terpilih mengikuti program pemberdayaan peternak adalah Kabupaten Blora. Djoko Nugroho, Bupati Blora menerangkan, wilayahnya ditunjuk sebagai sentra produksi sapi di Jawa Tengah.
 
Populasi sapi Blora pada 2019 sebanyak 239 ribu ekor sapi. Sebelumnya, populasi sapi sebanyak 231 ribu ekor pada 2018 dan 222 ribu ekor pada 2017.
 
“Ada tiga jenis ternak yang diusahakan di Blora, yakni ternak besar, ternak kecil, dan unggas. Sapi potong merupakan jenis ternak besar terbanyak di Kabupaten Blora. Bahkan, setiap tahun jumlah sapi yang tersebar di Kabupaten Blora, mengalami peningkatan cukup bagus,” ungkap Djoko.
 
Terlebih, masyarakat Blora sudah terlatih dan terbiasa beternak sapi. Sayangnya, peternak belum berpikir ke arah bisnis.
 
“Sapi untuk celengan, dijual ketika anak mau sekolah. Kami peternak alami, sapi dipelihara apa adanya, belum bergerak bisnis. Saya bahagia Blora dijadikan sarana kerja sama. Edukasi bisa ber-impact pada kesejahteraan,” pungkasnya semringah. 
 
 
 
Windi Listianingsih

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain