Kamis, 2 Januari 2020

TANAMAN PANGAN : Musim Tanam Telat, Perlu Langkah Tepat

TANAMAN PANGAN : Musim Tanam Telat, Perlu Langkah Tepat

Foto: Windi Listianingsih
Pembibitan ibarat jendela kualitas tanaman di lahan

Perubahan musim makin nyata terbukti dengan molornya musim tanam padi tahun ini. Bagaimana caranya supaya tetap berproduksi optimal?
 
 
Dulu musim penghujan selalu berlangsung pada Oktober hingga Maret. Namun hampir satu dekade ini pola musim penghujan berubah. Musim penghujan 2019/2020 di Jawa molor hingga awal Desember, bahkan berlanjut sampai pertengahan Januari 2020 petani baru bisa tanam padi. 
 
“Dengan mundurnya musim tanam MH (musim hujan) 2019/2020 ini, maka waktu petani yang tersedia untuk melakukan penanaman diperkirakan akan sangat pendek.
 
Baik MH2019/2020 maupun di MH 2020 dengan asumsi, awal musim kemarau 2020 diperkirakan normal (Maret-April-Mei).
 
Karena itu, para petani dan kita semua sebagai stakeholder pertanian harus mengerahkan ikhtiar agar dalam periode tanam yang singkat ini, petani dapat menghasilkan panen yang semaksimal mungkin,” ujar Iman Segara, Crop Manager FMC Agricultural Manufacturing di Jakarta.
 
Selain itu, lanjut dia, dengan ketersediaan air yang berbeda-beda antardaerah, kemungkinan variasi umur tanam akan terjadi pada MH 2019/2020. “Ini tentunya menjadi tantangan tersendiri. Salah satunya dalam pengendalian hama penyakit,” papar Iman. 
 
Variasi ketersediaan air tersebut misalnya dialami petani Kabupaten Subang, Jabar. Akibat debit air bendungan Jatiluhur kurang mencukupi, Perum Jasa Tirta meminta petani di 28 desa menunda tanam.
 
Walhasil, sampai minggu kedua Januari 2020, ada petani yang masih panen pertanaman 2019, tapi ada pula yang tengah mempersiapkan bibit. Jadi, padi baru akan dipanen pada April mendatang.   
 
 
Siapkan Lahan
 
Terkait mundurnya waktu tanam, Ayub Darmanto, Direktur Utama PT Agrosid Manunggal Sentosa, berpendapat, petani harus cepat menyiapkan benih dari varietas yang biasa ditanamnya atau sama dengan petani sekitar.
 
Ia tidak menyarankan untuk memilih benih yang umur pendek (genjah). Alasannya, “Kalau jenis yang berbeda, misalnya umur berbeda, ada kemungkinan berakibat terserang tikus atau burung. Yang penting jaga kesuburan tanahnya supaya tanaman bisa tumbuh dan berproduksi dengan normal.” 
 
Ayub yang memproduksi benih padi hibrida tersebut juga merekomendasikan aplikasi pupuk organik dan pupuk hayati pada saat penanaman berikutnya karena masa istirahat lahan relatif lebih singkat. 
 
Untuk penyiapan lahan, FMC memiliki produk andalan Micro Ferti Magnet. “Magnet berfungsi sebagai pembenah tanah yang mengandung asam humat, fulvat, humin, dan karbohidrat. Ini bisa menggantikan fungsi pupuk kandang yang penyediaannya lebih sulit karena butuh volume besar, 15-20 ton/ha, sementara Magnet cukup 10 liter/ha saat awal tanam atau olah tanah,” ungkap Iman. 
 
Ia menambahkan, pemberian Magnet meningkatkan kandungan bahan organik tanah. Aplikasinya dengan disiramkan atau disemprotkan pada tanah yang kondisinya lembap atau berair macak-macak. 
 
 
Amankan Bibit
 
Untuk mengamankan masa tanam yang lebih singkat ini, Yoyo Suparyo, petani senior di Desa Limanjaya, Kec. Pamanukan, Subang, mempersiapkan bibit dengan sangat serius. Mula-mula benih diperlakukan dengan produk seed treatment dan auksin (hormon tumbuh) supaya semua benih berkecambah. 
 
“Benih direndam satu hari semalam, lalu ditiriskan, lalu dikekep dengan karung supaya jangan ada udara dan kecambahnya keluar. Lalu kita seed treatment lagi, pakai fungisida. Dikrepet-kepret di persemaian sebelum disebar di persemaian. Umur bibit yang dipindahtanam tergantung varietasnya, 15-25 hari,” tutur Yoyo.
 
Tiga hari sebelum dipindahtanam, bibit disemprot pestisida yang jenisnya disesuaikan dengan ancaman organisme pengganggu tumbuhan (OPT) di lahan setempat. Tujuannya agar bibit itu bebas OPT.
 
Yoyo yang membawahi kelompok pengguna produk dari FMC, Corteva, Agricon, dan Bayer menyerahkan pilihan pestisida kepada petani masing-masing. “Yang penting, dosis dan kalibrasinya harus benar. Dan, jangan pakai produk yang tidak tertulis untuk padi,” pesan dia kepada sejawatnya.
 
Menurut Iman, pembibitan merupakan jendela kualitas tanaman di lahan. Pengelolaan pembibitan yang buruk dapat mengakibatkan menularkan hama. “Pengamanan pada awal tanam dengan aplikasi produk perlakuan benih Marshal 25 DS dengan dosis 5 g/1 kg benih padi,” saran Iman. 
 
Pada fase vegetatif, petani mengharapkan anakan yang maksimum, pertumbuhan yang seragam, sehat, dan hijau, berkurangnya penyulaman bibit, baik karena stres maupun serangan OPT.
 
“Untuk itu kami menawarkan solusi terhadap gangguan penggerek batang berupa insektisida Prevathon dan Ferterra serta herbisida Tigold yang dapat membantu petani mendapatkan pertumbuhan optimal akibat serangan gulma di awal tanam. Fertera diaplikasikan bersamaan pemupukan pertama umur 14 hari setelah tanam (HST). Selanjutnya pada umur 21 dan 28 HST diaplikasi dengan insektisida Prevathon,” pungkas Iman 
 
 
 
Peni Sari Palupi, Windi Listianingsih

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain