Foto: Windi Listianingsih
Harga pakan dijaga supaya tetap terjangkau
Dalam dunia bisnis yang semakin kompetitif, pelaku usaha dituntut makin meningkatkan efisiensi di semua lini. Bahan baku termasuk hal paling penting diperhatikan.
Pengusaha pasti akan mencari bahan baku berkualitas tetapi ramah di kantong agar produk akhirnya sanggup bersaing di pasar domestik dan mancanegara.
Pada industri unggas yang sekarang tengah terancam serbuan produk impor yang lebih kompetitif, pembenahan bisa dilakukan dari bahan baku pakan utama, misalnya jagung.
Ketika jagung relatif mudah didapat dan terjangkau secara harga dan kualitas, para nutrisionis pabrik pakan menggunakan jagung sebagai sumber energi utama.
Porsinya sekitar 50%. Namun, ketika harga jagung di dalam negeri kian melambung karena pemerintah mengerem impor, para nutrisionis mencari bahan baku lain yang lebih terjangkau seperti gandum.
Ini dilakukan agar harga pakan yang dihasilkan tetap terjangkau peternak sehingga pada gilirannya harga ayam dan telur juga masih bisa terbeli masyarakat konsumen. Porsi penggunaan jagung jadi berkurang. Sayang bukan devisa kita melayang?
Padahal kalau produksi jagung di dalam negeri bisa diatur sedemikian rupa, Indonesia berpotensi mampu memenuhi kebutuhan industri pakan maupun pangan sendiri.
Harus ada yang benar-benar mengorkestrasi para petani dalam memproduksi jagung. Dengan kemajuan teknologi informasi dan pengindraan jarak jauh sekarang ini, semestinya mendata para petani jagung beserta luas tanamnya bisa dilakukan dengan lebih presisi.
Tentu tidak hanya mendata secara real-time berapa luas tanam, umur tanam, fase tanaman, hingga jumlah panen, tapi juga ada upaya untuk meningkatkan kapasitas petani dalam budidaya agar produktivitasnya maksimal.
Kalau produktivitas maksimal, harga bisa diupayakan tetap menguntungkan bagi petani dan tetap terjangkau pabrikan pakan dan peternak. Pengalaman selama ini bila harga terlalu menguntungkan petani, di seberang mereka peternak berteriak karena tak mampu membeli jagung untuk ternaknya.
Bantuan alsintan yang selama ini sudah ada perlu dioptimalkan pemanfaatannya. Spek alsintan yang diberikan ke suatu daerah perlu disesuaikan dengan kondisi lapangan agar tidak mubazir karena tidak bisa dimanfaatkan. Bantuan alat panen dan pascapanen seperti pengering juga perlu ditambah di sentra-sentra jagung. Tahun depan pemerintah sudah mengganggarkan bantuan alsintan panen dan pascapanen jagung sekitar Rp172 miliar.
Satu hal lagi, bantu petani mengorganisasikan diri secara lebih baik. Kuatkan fungsi asosiasi petani jagung dan dewan jagung agar dapat berperan lebih baik lagi dengan melibatkan teknologi informasi dan komunikasi. Tujuannya, melayani industri pakan dan pangan sebaik-baiknya sehingga petani mendapat jaminan pasar dan harga yang baik.
Sementara itu para peternak unggas mandiri yang berulangkali menggelar demo lantaran harga jual ayam hidup jatuh bisa mengkonsolidasikan diri.
Prof. Muladno, Guru Besar Fapet IPB, berpendapat sebaiknya peternak tidak beroperasi secara sendiri-sendiri. Mereka disarankan membentuk perusahaan skala menengah sendiri atau perusahaan kolektif berjamaah.
Perusahaan-perusahaan kolektif ini diklasifikasi kegiatannya: ada yang spesialis penggemukan final stock (FS), ada yang pembesaran parent stock (indukan), ada juga yang spesialis grand parent stock (GPS).
Perusahaan menengah dan kolektif berjamaah yang menggemukkan FS berhubungan dengan rumah potong unggas (RPU). Dari RPU, ayam disalurkan ke distributor, horeka, dan pengolahan.
Untuk menyeimbangkan suplai dan permintaan, bupati harus memastikan jumlah maksimal FS dalam setiap siklus di wilayah kabupatennya. Gubernur memastikan jumlah maksimal PS di provinsi. Sementara menteri pertanian memastikan jumlah maksimum GPS yang diimpor.
Para peternak ini bisa bergabung dalam Sekolah Peternakan Rakyat yang direncanakan ada di tiap kabupaten produsen unggas. Perguruan Tinggi setempat dilibatkan untuk membina peternak dalam hal teknis budidaya dan mengelola perusahaan kolektif secara profesional.
Dan terakhir, secara persuasif konsumen mesti dibangkitkan kecintaannya untuk membeli produk dalam negeri.
Peni Sari Palupi