“Keberlanjutan telah menjadi suatu norma dan paradigma mendasar dalam pembangunan global. Sesuai tujuan Sustainable Development Goals ke-2 tentang dunia tanpa kelaparan mengakui bahwa pertanian menjadi sektor pokok dan kunci dalam mengatasi kelaparan dan kemiskinan,” ungkap Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, M.Ec., Menteri Pertanian periode 2000 – 2004, saat diwawancara AGRINA.
Bagaimana implementasinya di pertanian?
Pertanian kita, contohnya pemupukan relatif kurang berkelanjutan karena masih sangat tergantung pada pupuk anorganik.
Produksi pupuk anorganik menggunakan bahan baku dari sumberdaya alam tak terbarukan seperti gas, tambang fosfat (P) dan tambang kalium (K).
Perlu didiskusikan lebih mendalam cara mengatasi ketergantungan pemupukan kita pada sumberdaya yang tidak terbaharukan ini.
Pemahaman keberlanjutan sudah menjadi kesadaran dan tuntutan global (global mainstream). Kita sudah menangkap dan telah secara aktif menjadi penggerak paradigma dan kesadaran atas tuntutan ini dengan menganjurkan penggunaan pupuk organik bagi petani.
Sedari awal disadari, pengembangan pupuk organik sangat strategis dan mendesak baik dalam jangka pendek, menengah maupun panjang, antara lain untuk: pertama, memperbaiki kondisi lahan pertanian yang sebagian besar sudah levelling off, keras, dan rusak bahkan kritis akibat penggunaan pupuk anorganik berlebihan terus menerus dalam jangka panjang.
Kedua, meningkatkan efisiensi pemupukan di lahan pertanian yang rendah kandungan C-organiknya.
Ketiga, memenuhi kebutuhan pertanian organik untuk menghasilkan produk organik yang berkembang pesat saat ini.
Dan keempat, dalam jangka menengah dan panjang dapat meningkatkan kualitas fisik dan kimia tanah untuk landasan peningkatan produktivitas berkelanjutan.
Bagaimana ke depannya?
Dengan semakin menguatnya dimensi dan aspek keberlanjutan dalam pembangunan pertanian dan agribisnis serta pencapaian kedaulatan pangan berkelanjutan ke depan, posisi dan kontribusi pemupukan organik semakin strategis dan mendesak.
Tidak saja untuk peningkatan produksi dan produktivitas padi tetapi juga bagi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani serta upaya pengentasan kemiskinan di pertanian. Namun bukan untuk membuat pertanian kita menjadi pertanian organik dalam pengertian budidaya tanpa pupuk anorganik.
Paradigma dan pendekatan itu telah menjadi salah satu pondasi dan faktor penentu tercapainya peningkatan produksi komoditas pertanian dan pangan strategis dalam beberapa puluh tahun belakangan ini, termasuk dalam beberapa tahun terakhir 5% - 6% per tahun.
Rasanya sulit membayangkan peningkatan produksi dan produktivitas yang tinggi secara berkesinambungan tanpa didukung prestasi dalam pemupukan berimbang yang berkelanjutan.
Walaupun faktor dan variabel lain juga pasti berkontribusi seperti perbaikan irigasi, pengendalian hama penyakit terpadu, dukungan pembiayaan, dan dukungan kebijakan.
Terkait pupuk organik, fakta menunjukkan penjualan dan penyerapan serta aplikasi pupuk organik sampai saat ini masih relatif rendah. Pertumbuhannya lambat dan cenderung stagnan.
Dari alokasi subsidi pupuk organik yang 1 juta ton dalam beberapa tahun terakhir, realisasi penyerapannya baru 600 ribu – 800 ribu ton per tahun.
Ada beberapa aspek yang menjadi kendala dalam penetrasi, pertumbuhan, dan daya serap pupuk organik antara lain persepsi petani.
Perlu dikaji lebih komprehensif soal penamaan produk pupuk organik, apakah memang termasuk “pupuk” yang berarti mengandung nutrisi bagi tanaman, atau justru lebih efektif bila dikategorikan sebagai pembenah tanah.
Mungkin para ahli dan akademisi di bidang ini bersama-sama Kementerian Pertanian dan pemangku kepentingan lainnya perlu mengkaji dan mendalami hal ini.
Selanjutnya strategi, kebijakan dan program pengembangan pupuk organik harus dibarengi pengembangan pupuk hayati (biofertilizer) dan pembenah tanah (soil conditioner) agar ketiganya saling menguatkan dan saling melengkapi.
Dan ke depan, usaha promosi sosialisasi, dan peningkatan pengetahuan serta kesadaran petani akan pentingnya penggunaan pupuk organik, pupuk hayati, dan pembenah tanah yang efektif dan berimbang perlu semakin diperkuat.
Untung Jaya