Foto: Istimewa
Kenal dengan Soedjai Kartasasmita di Washington DC, Amerika Serikat
"Soedjai Kartasasmita, pribadi yang sangat menghargai dan mengaplikasikan ilmu dan teknologi secara baik dalam pengabdiannya di bidang pengelolaan dan pembangunan agribisnis berbasis perkebunan di Indonesia. Ini adalah suatu prestasi pribadi dan merupakan sumbangan besar untuk Indonesiasehingga beliau layak menjadi teladan bagi kita,” ungkap Prof. Dr. lr. Bungaran Saragih, M.Ec., saat diwawancara AGRINA.
Bagaimana Profesor mengenal Soedjai Kartasasmita?
Saya bertemu pertama kali dengan Soedjai Kartasasmita di Kantor Pusat Bank Dunia di Washingthon DC, Amerika Serikat pada 1978. Beliau bersama rombongan dari Indonesia menyampaikan permohonan kredit pengembangan perkebunan rakyat dengan sistem perusahaan inti rakyat (PIR).
Saya sebagai mahasiswa doktoral di North Carolina State University juga berada di kantor yang sama dalam rangka pengumpulan data untuk disertasi mengenai ekonomi sawit. Kami diperkenalkan oleh perwakilan Bank Dunia yang mengurusi Indonesia.
Dalam pertemuan itu saya menyampaikan keinginan melakukan penelitian sawit di Sumatera bagian utaradan butuhdata primer mengenai perkebunan sawit. Beliau dengan tegas dan senang hati menyanggupi dan mendukung keinginan saya untuk melakukan penelitian di Indonesia. Beliau juga membantu menyediakan data dan menganjurkan saya ke Sumatera bagian utara, bahkan mengupayakan semua fasilitas.
Berkat bantuan dan pengaruh beliau, saya mendapatkan data dari Perusahaan Perkebunan Negara dan perkebunan swasta yang saat itu semuanya milik asing. Beberapa senior saya di Institut Pertanian Bogor (IPB)punsangat kagum dengan keterbukaan perkebunan besar untuk menyediakan data primer pada tingkat kebun. Sebelumnyadata tersebutsangat sulit diperoleh. Berkat keterbukaan dan jiwa besar Soedjai Kartasasmita, hal itu dimungkinkan.
Seperti apa sosok Soedjai Kartasasmita di mata Profesor?
Soedjai Kartasasmita mengembangkan profesi di bidang pengelolaan agribisnis berbasis perkebunan besar. Generasi pertama putra lndonesia ini mengelola perkebunan besar milik Belanda yang dinasionalisasi pada akhir 1950-an.
Beliau konsisten mengembangkan karir di Sumatera bagian utara sehingga sangat paham dalam pengelolaan perkebunan yang jumlahnya sangat besar pada saat itu di sana. Perkebunan-perkebunan besar tersebut membutuhkan SDM dalam jumlah cukup besar dan berkualitas baik.
Karena itu, beliau selalu mendukung pengembangan pendidikan di bidang perkebunan seperti Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP) di Yogyakarta dan Medan, serta memberikan perhatian khusus dalam pengembangan Sekolah Tinggi Ilmu Perkebunan (STIPER) di Yogyakarta dan fakultas pertanian di seluruh Indonesia.
Selain SDM, beliau juga percaya pentingnya aplikasi iptekdalam bidang pengelolaan perkebunan. Salah satunya adalah pengembangan perbenihan karena benih merupakanblue printtanaman. Beliau juga memberikan perhatian khusus pada pengembangan penelitian perkebunan milik perkebunan negara dan swasta.
Beliau termasuk pelopor dan penganjur penggunaan teknologi informasi dalam pengelolaan perkebunan. Dan beliau sudah melakukan hilirisasi produk sawit pada abad lalu, sementara lainnya baru mulai belakangan ini.
Beliau mengembangkan diri dengan mengikuti program pendidikan manajemen tingkat tinggi berlevel internasional secara teratur. Semua ilmu yang diperolehnya diajarkan secara baik kepada orang lain.
Soedjai sangat mengapresiasi para mahasiswa, peneliti dan SDM perkebunan yang baik. Beliau juga terlibat dalam beberapa penelitian di bidang perkebunan baik nasional maupun internasional. Tidak hanya dalam bidang ilmu dan teknologi tetapi kita juga dapat belajar mengenai kehidupan yang berumur sangat panjang, selalu sehat, dan tetap produktif.
Beliau pionir dalam pengembangan perkebunan dengan model PIR. Dengan model PIR ini perkebunan besar di Indonesia eksis menjadi agen pembangunan yang membantu perkebunan rakyat. Dan model ini terbukti menjadikan Indonesia sebagai produsen dan eksportir sawit terbesar di dunia dan menstimulir pembangunan wilayah sawit ke hampir seluruh provinsi di Indonesia. Alhasil terjadi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan para petani sawit sehingga menjadi penyumbang besar terciptanya middle class di Indonesia.
Untung Jaya