Foto: Istimewa
Indonesia top 3 produsen biodiesel terbesar dunia bersama EU dan USA
“Industri sawit kitatelah menjadi lokomotif ekonomi, kontribusi dalam output nasional meningkat cepat, melibatkan banyak tenaga kerja, peningkatan pendapatan dan pengurangan kemiskinan, menyumbang pada ketahanan pangan nasional, ketahanan energi nasional, sumber devisa terbesar,” ungkap Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, M.Ec., Menteri Pertanian periode 2000–2004, saat diwawancara AGRINA.
Apa pencapaian industri sawit kita?
Rangkaian kebijakan, yakni nasionalisasi perkebunan milik kolonial dan swasta asing, penguatan Perkebunan Besar Swasta Nasional(PBSN), pengembangan model PIR(Perkebunan Inti Rakyat), kebijakan reformasi sejak 2000, dan percepatan hilirisasi sawit domestikmenghasilkan pencapaian yangmembanggakan kita. Pertama, luas perkebunan sawit Indonesiameningkat dari sekitar 294,5 ribu hapada 1980 menjadi sekitar 16,3 jutahapada 2021. Volume produksi CPO juga naik darisekitar 721,2 ribu ton menjadi 49,7 juta ton.
Kedua, perkebunan sawit rakyat tumbuhsecara revolusioner. Periode 1980–2021, pangsa perkebunan sawit rakyatmeningkat cepat dari sekitar 2% menjadi 40%. Saat ini luas kebun sawit rakyat 6,8 juta ha merupakan kebun smallholder terluas di dunia. Ketiga, keberhasilan hilirisasi sawit domestik.Pada2011 ekspor sawit Indonesia masih didominasi bahanmentah (CPO), 54%, mulai 2021 berubah drastis, 93% berupa produk olahan danCPO tinggal7%.
Keempat, jadi Top-3 produsen biodiesel terbesar duniabersama EU dan USA. Sampai 2021, kapasitas produksi biodiesel kita mencapai 17 juta ton.Kelima, industri sawit mengalami perkembangan fundamental dari hanya perkebunan sawit (on-farm) menjadi megasektor sistem dan usaha agribisnissawit modern. Dan keenam, kita menjadi produsen dan eksportir terbesar minyak sawit dunia, sekaligus konsumen terbesar dunia dengan pangsa sekitar 30%.
Bagaimana peran sawit dalam perekonomian kita?
Perkembangan industri sawit itu disertai peningkatan kontribusi dalam perekonomian nasional.Pertama, industri sawit telah menjadi lokomotif ekonomi, baik secaranasional maupun daerah. Secara nasional, dengan backward dan forwardlinkages serta multiplier effect yang cukup besar menarik pertumbuhan 10 sektor ekonomi utama nasional. Pada level daerah, industri sawit menjadi driver tumbuh-kembangnya pusat-pusat ekonomi daerah sentra sawit nasional.
Kedua, kontribusi dalam output nasional meningkat cepat. Kontribusi perkebunansawit dan industri oleofood meningkat dari hanya Rp54 triliun pada 2000 menjadi Rp1.119 triliun pada 2021. Ketiga, melibatkan tenaga kerja sekitar 17,6 juta orang, 2,4 juta rumah tangga petani, ratusan ribu unit usaha agro input danjasa transportasi, keuangan, dan UKM kuliner. Berdasarkan jumlah penyerapan tenagakerja saja sekitar 70 juta orang hidup dari ekonomi sawit.
Keempat, peningkatan pendapatan dan pengurangan kemiskinan. Pendapatanpetani sawit 5-10 kali lebih tinggi ketimbang petani lainnya sehingga mereka beserta keluarganya menjadi middle income class di kawasan pedesaan.Kelima, menyumbang pada ketahanan pangan nasional. Setiap tahunindustri sawit memenuhi kebutuhan minyak goreng bagi 280 juta orang penduduk Indonesia. Selain itu,juga memenuhi kebutuhan minyak goreng bagi ratusan ribu UKM kuliner dan kebutuhan specialty fat bagi industri pangan nasional.
Keenam, ketahanan energi nasional. Industri biodiesel menyuplai kebutuhan energi baru terbarukan berupa biodiesel sawit sebagai substitusi energi solar fosil impor. Dan ketujuh, sumber devisa terbesar dalam perekonomian Indonesia. Pada 2022, ekspor sawit kita menyumbang sekitar US$39 miliar dan devisa substitusi impor (penghematan devisa karena B30) mencapai US$10,3 miliar. Total devisa sawit sebesar US$49,3 miliar atau Rp710 triliun. Pada 2022, kita menikmati surplus neraca perdagangan sebesar US$55,7 miliar yang sebagian besarnya disumbang sawit.
Pengalaman sukses pembangunan sistem dan usaha agribisnis sawit ini dapat diduplikasi pembangunan komoditas lain. Jika bisa dilakukan, pada masa Indonesia Emas 2045, perekonomian kita bukan hanya berbasis pertanian tapi sudah berbasis megasektor sistem dan usaha agribisnis dari hulu sampai hilir.
Untung Jaya